Dunia tidak hanya berisi kesenangan, keindahan, dan kebahagiaan, tetapi juga berisi cobaan, kesusahan, dan kesengsaraan. Bahkan, dikatakan bahwa dunia adalah negeri cobaan dan ujian.
Jangan sekali pun kita menyangka bahwa ketika kita hidup senang dan bahagia, semua itu akan terus kita rasakan tanpa ada cobaan sama sekali. Akan tetapi, layaknya roda yang berputar—kadang di atas, kadang di bawah, begitulah kebahagiaan dan kesedihan, kemudahan dan kesusahan, akan terus silih berganti menerpa kehidupan manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّاسِ
“Dan hari-hari (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia.” (Ali ‘Imran: 140)
Menghadapi kenyataan seperti ini, hendaklah seorang hamba berbekal dengan dua sikap, yaitu bersabar dan bersyukur. Dia bersabar ketika mendapatkan cobaan dan ujian, dan bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila kedua sikap ini telah dilakukan oleh seorang hamba, berarti dia telah memiliki tanda-tanda kebahagiaan.
Tanda-tanda kebahagiaan ada tiga. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Semoga Allah menjadikan Anda termasuk orang yang apabila diberi nikmat oleh Allah, dia bersyukur; apabila diberi cobaan, dia bersabar; apabila melakukan dosa, dia beristighfar. Sesungguhnya tiga hal ini adalah tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda kesuksesannya di dunia dan akhiratnya.” (al–Wabil ash-Shayyib 1/11, melalui Maktabah Syamilah)