Qonitah
Qonitah

hari pertamamu di dunia

10 tahun yang lalu
baca 7 menit
Hari Pertamamu di Dunia

buah-kasih-8Al-Ustadzah Ummu Umar Asma

Hari itu begitu istimewa. Seluruh anggota keluarga menyambut kehadiran anggota baru yang selama ini dinanti. Kebahagiaan pun menghiasi dada pasangan suami istri yang kini disebut sebagai ayah dan bunda. Supaya kebahagiaan ini tidak berlalu tanpa arti, tetapi bernilai ibadah di sisi Ilahi, apa yang mesti dilakukan? Berikut beberapa tuntunan Islam pada hari tersebut.

Ridha Menerima Keadaan Bayi

Janin yang belum dilahirkan termasuk perkara gaib. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan hal ini dalam firman-Nya,

إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡأَرۡحَامِۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسٞ مَّاذَا تَكۡسِبُ غَدٗاۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسُۢ بِأَيِّ أَرۡضٖ تَمُوتُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرُۢ ٣٤

“Sesungguhnya Allah, hanya Dialah yang mengetahui tentang hari kiamat, Dia pula yang menurunkan air hujan. Dia pula yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tidaklah satu jiwa mengetahui apa yang akan ia usahakan esok hari. Dan tidak pula satu jiwa mengetahui di bagian bumi manakah dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Luqman: 34)

Pembaca Qonitah, hal-hal yang disebutkan oleh Allah dalam ayat di atas hanya Dia yang mengetahuinya, termasuk janin dalam kandungan. Allah sajalah yang mengetahui keadaannya secara mendetail: wajahnya, warna kulitnya, bentuk rambutnya, dan keadaan fisik lainnya. Bahkan, ibu yang mengandungnya pun baru bisa mengetahuinya setelah si bayi lahir.

Allahlah yang membentuknya sesuai dengan kehendak-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

هُوَ ٱلَّذِي يُصَوِّرُكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ كَيۡفَ يَشَآءُۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ٦

            Dialah yang membentuk kalian di dalam rahim-rahim sesuai dengan kehendakNya. Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Dia Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Ali Imran: 6)

Pembaca sekalian, dari sini kita mengetahui bahwa manusia, termasuk orang tua, tidak memiliki andil sedikit pun dalam menentukan keadaan bayinya. Semua itu adalah hak Allah secara mutlak. Namun, kita harus yakin bahwa setiap keadaan yang Ia kehendaki pada setiap bayi, pasti ada hikmah di baliknya. Allah tidak menentukan sesuatu dengan sia-sia. Oleh karena itu, di akhir ayat, Allah menyebutkan nama-Nya yang mulia, yaitu al-Hakim (Mahabijaksana). Dia l Maha memiliki hikmah di setiap ciptaan-Nya.

Maka dari itu, tidak selayaknya seseorang memiliki perasaan tidak ridha terhadap keadaan bayi yang kurang sesuai dengan keinginan hatinya. Bisa jadi, di balik semua itu, Allah memberikan kemuliaan padanya dari sisi yang lain, apakah pada akhlak, kecerdasan, kekuatan, atau yang lainnya. Jadi, bagaimanapun keadaan fisik si bayi, orang tua mesti menerimanya dengan penuh keridhaan. Tidak seyogianya orang tua membeda-bedakan anak tersebut dengan anak-anaknya yang lain yang lebih elok wajahnya, lebih indah kulitnya, dan lebih gagah perawakannya.

Apabila kita melihat kenyataan, betapa banyak orang yang memiliki kelebihan fisik, tetapi buruk akhlaknya, na’udzu billahi min dzalika (kita memohon perlindungan kepada Allah dari hal itu). Sebaliknya, banyak pula orang yang memiliki kekurangan fisik, tetapi memiliki kelebihan dalam hal lain.

Sebagai contoh, kami bawakan kisah seorang sahabat Nabi yang bernama Julaibib. Beliau adalah seorang sahabat dari kalangan Anshar. Disebutkan bahwa beliau berwajah buruk dan bertubuh pendek. Beliau juga miskin, tidak memiliki harta ataupun sanak keluarga.

Pada suatu hari Rasulullah ingin menikahkan Julaibib dengan putri salah seorang sahabat Anshar yang lain. Melihat kondisi Julaibib yang demikian, kedua orang tua putri tersebut tidak menyetujuinya. Namun, sang ayah sungkan menolak permintaan Rasulullah. Terjadilah perdebatan antara kedua orang tua tersebut.

Ternyata, sang putri mendengarnya, lalu menyatakan bahwa ia tunduk pada perintah Rasulullah. Ia bersedia menikah dengan Julaibib. Betapa gembiranya Rasulullah. Beliau pun mendoakan wanita tersebut agar Allah mencurahkan kebaikan kepadanya dan agar dia tidak tertimpa kesengsaraan semasa hidupnya.

Setelah menikah, Julaibib mengikuti sebuah peperangan bersama Rasulullah. Ketika peperangan berakhir, beliau n bertanya kepada para sahabat apakah mereka kehilangan seseorang atau tidak. Mereka menjawab bahwa mereka tidak merasa kehilangan. Namun, Rasulullah menyatakan bahwa beliau kehilangan Julaibib dan memerintahkan agar mereka mencarinya.

Masya Allah, ternyata Julaibib telah gugur dan di sekitarnya ada tujuh orang musyrik yang telah berhasil ia bunuh. Rasulullah bersabda, “Julaibib adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darinya.” Setelah itu, beliau mengangkat jenazahnya, menggali lahat untuknya, dan menguburkannya dengan kedua tangan beliau. Sebuah kemuliaan yang tidak didapatkan oleh yang lain….

Oleh karena itu, Pembaca, kita perlu senantiasa ingat bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sementara itu, takwa terletak di dalam dada, bukan pada keindahan fisik.

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi melihat kepada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 4651)

 

Tahnik dan Doa Keberkahan

            Di antara petunjuk teladan kita, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam , adalah mentahnik bayi pada hari pertama kelahirannya. Tahnik adalah mengunyah kurma sampai lembut, memasukkannya ke mulut bayi yang baru lahir, dan menggosok-gosokkannya pada langit-langit mulutnya.

Anas bin Malik z mengisahkan,

ذَهَبْتُ بِعَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيِّ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ وُلِدَ، وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي عَبَاءَةٍ يَهْنَأُ بَعِيرًا لَهُ، فَقَالَ: هَلْ مَعَكَ تَمْرٌ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ؛ فَنَاوَلْتُهُ تَمَرَاتٍ، فَأَلْقَاهُنَّ فِي فِيهِ، فَلَاكَهُنَّ ثُمَّ فَغَرَ فَا الصَّبِيِّ، فَمَجَّهُ فِي فِيهِ، فَجَعَلَ الصَّبِيُّ يَتَلَمَّظُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حُبُّ الْأَنْصَارِ التَّمْرَ؛ وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللهِ

“Aku pergi membawa Abdullah bin Abi Thalhah Al-Anshari kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pada hari ia dilahirkan. Saat itu, beliau, mengenakan mantel, sedang memberi makan unta kepunyaan beliau. Beliau bersabda, ‘Apakah kamu membawa kurma?’ Aku menjawab, ‘Ya.’

Kuserahkan beberapa butir tamr (kurma matang) kepada beliau. Beliau pun memasukkannya ke mulut beliau, mengunyahnya, lalu membuka mulut si bayi dan memasukkan kurma tersebut ke mulutnya. Mulailah bayi tersebut merasakannya. Beliau pun bersabda, ‘Kesukaan orang Anshar adalah kurma.’ Beliau menamainya Abdullah.” (HR. Muslim no. 3995)

Selain itu, disunnahkan pula mendoakan keberkahan baginya. ‘Aisyah Ummul Mukminin x pernah berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالصِّبْيَانِ فَيُبَرِّكُ عَلَيْهِمْ وَيُحَنِّكُهُمْ

“Dahulu pernah didatangkan bayi-bayi kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam , lalu beliau mendoakan keberkahan atas mereka dan mentahnik mereka.” (HR. Muslim no. 4000)

 

Memberi Nama

            Sebagaimana hadits Anas di atas, boleh memberi nama bayi pada hari pertama kelahirannya.

 

Memberi Kabar Gembira kepada Orang Lain

            Pembaca Qonitah, Islam adalah agama yang mulia dan sesuai dengan fitrah manusia. Saat manusia merasakan kebahagiaan atas kelahiran seorang bayi, Islam pun menganggapnya sebagai kabar gembira. Hal ini bisa kita ketahui dari firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang berita gembira kelahiran Ishaq, putra Nabi Ibrahim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَٱمۡرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٞ فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ ٧١

…dan istrinya (istri Nabi Ibrahim) dalam keadaan berdiri, lalu ia tertawa. Maka Kami sampaikan berita gembira kepadanya dengan (kelahiran) Ishaq, dan setelah Ishaq (kelahiran) Ya’qub.” (Hud: 71)

Oleh karena itu, semestinya orang tua menyampaikan berita gembira kelahiran anaknya kepada keluarga, saudara, karib kerabat, dan orang-orang dekat lainnya.

Lalu, apa yang semestinya dilakukan oleh orang yang diberi kabar gembira ini? Hendaknya dia mengucapkan syukur kepada Allah atas nikmat tersebut dan ikut merasakan kebahagiaan saudaranya. Para pendahulu kita yang saleh memberikan contoh dalam mendoakan orang tua bayi, yaitu dengan doa berikut.

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

“Semoga Allah memberkahimu pada anak yang Ia anugerahkan kepadamu, semoga engkau bersyukur kepada Dzat Yang Maha Memberi, dan semoga anakmu mencapai kedewasaan dan engkau mendapatkan baktinya.”

Pembaca yang dimuliakan Allah, inilah beberapa tuntunan Islam terkait dengan kelahiran seorang anak di dunia. Semoga kita bisa mengamalkannya dalam rangka mensyukuri nikmat Allah. Dia telah berjanji bahwa apabila kita bersyukur, akan ditambah-Nya kenikmatan tersebut. Allahu a’lam bish shawab.