DOA UNTUK ANANDA
Oleh: Al-Ustadzah Ummu Umar Asma
Islam adalah agama yang mengajarkan keterikatan yang kuat antara hamba dan Rabb-nya. Semakin kuat hubungan itu, semakin baik pula urusan seseorang. Sebab, dia telah menyerahkan urusannya kepada Dzat yang menjadi tempat bergantung seluruh makhluk. Dia tidak akan dibiarkan telantar, tetapi akan senantiasa ditolong dalam setiap langkah kehidupannya.
Salah satu hal yang diajarkan oleh Islam untuk menjalin hubungan antara hamba dan Rabb adalah berdoa. Bahkan, sejatinya doa itulah ibadah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh an-Nu’man bin Basyir c, Rasulullah n menjelaskan hal tersebut melalui sabdanya,
إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ، ثُمَّ قَرَأَ: ﭽ ﭟ ﭠ ﭡﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭼ
“Sesungguhnya doa itulah ibadah.” Kemudian, beliau membaca firman Allah (yang artinya), “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan untuk kalian.” (Ghafir: 60) (HR. al-Bukhari dan yang lainnya, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adabul Mufrad no. 266)
Pembaca yang dirahmati Allah, berdasarkan hal ini, kita mengetahui pentingnya berdoa. Bahkan, dalam lanjutan ayat di atas, Allah l mengancam akan memasukkan orang-orang yang tidak mau berdoa ke neraka Jahanam dalam keadaan terhina. Demikian pula yang dicontohkan oleh para nabi. Mereka semua senantiasa berdoa kepada Allah l dalam setiap urusan. Dengan demikian, kita tahu bahwa di antara kunci tercapainya keinginan kita adalah berdoa, tentu disertai dengan menempuh sebab-sebab yang lain.
Hal penting yang perlu kita ketahui juga, ada syarat-syarat yang harus terpenuhi supaya doa kita terkabul. Namun, bukanlah pada rubrik ini pembahasannya.
Doa, ada yang dijamin oleh Allah l akan dikabulkan. Banyak riwayat yang menyebutkan hal tersebut dari Rasulullah n. Di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah n bersabda,
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ، لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Ada tiga doa yang pasti dikabulkan, tidak diragukan lagi: doa orang yang dianiaya, doa orang yang bepergian jauh, dan doa (kejelekan) orang tua bagi anaknya.” (HR. al-Bukhari dan yang lainnya, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adabul Mufrad no. 14)
Nah, Pembaca, yang menjadi pembahasan kita kali ini adalah doa orang tua untuk anaknya. Telah kita ketahui bahwa doa termasuk ibadah yang sangat penting dalam Islam. Terkait dengan orang tua dan anak, Rasulullah n menyebutkannya secara khusus dalam banyak sabda beliau, salah satunya adalah yang telah kami sebutkan di atas. Dari hadits tersebut kita ketahui bahwa orang tua harus berhati-hati sehingga tidak mendoakan kejelekan untuk anaknya. Sebab, doa tersebut pasti dikabulkan oleh Allah l.
Memang, tingkah polah anak-anak tidak jarang membuat orang tua mengelus dada. Saat orang tua dalam keadaan tenang, mungkin bisa berpikir jernih sehingga menyikapi ulah mereka dengan lapang dada dan bijaksana. Namun, terkadang, saat badan penat dan pikiran lelah, ulah anak-anak yang tidak seberapa pun bisa memancing emosi orang tua. Akhirnya, tanpa terasa kata-kata kasar pun keluar. Parahnya, celaan untuk anak, sumpah serapah, dan terkadang doa kejelekan untuk mereka terucap dari lisan orang tua. Na’udzu billahi min dzalik, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan demikian.
Orang tua harus ingat bahwa hal itu bisa berpengaruh buruk pada anak-anaknya. Dalam riwayat yang lain, Rasulullah n dengan tegas melarang kita melakukannya. Pernah ada seseorang yang melaknat untanya, lalu ditegur oleh Rasulullah n. Kemudian, beliau bersabda,
لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
“Janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk diri-diri kalian, anak-anak kalian, dan harta-harta kalian. Jangan sampai kalian menepati saat ketika Allah mengabulkan setiap orang yang meminta, (sehingga doa kejelekan itu) dikabulkan untuk kalian.” (HR. Muslim no. 5328)
Oleh karena itu, orang tua semestinya berusaha mengendalikan diri sehingga tetap mengucapkan kata-kata yang baik walaupun anak-anaknya berulah, seraya berharap Allah l akan mengabulkan doa kebaikan untuk mereka. Hal ini tentu berpengaruh baik bagi kehidupan mereka kelak.
Tentang hal ini, ada sebuah kisah yang dialami oleh umat terdahulu. Dialah Juraij, sang ahli ibadah. Juraij senantiasa beribadah di tempat khusus yang dia miliki. Suatu hari, saat dia shalat di tempat ibadahnya, sang ibu memanggilnya. Timbullah keraguan di hati Juraij, akankah dia memenuhi panggilan ibunda, atau melanjutkan shalatnya tanpa menghiraukan seruannya. Akhirnya, dia memilih melanjutkan shalatnya.
Keesokan harinya, kembali sang ibu memanggil Juraij. Kembali timbul keraguan dalam hati Juraij. Sebagaimana halnya kemarin, saat itu pun Juraij memilih melanjutkan shalatnya. Kejadian ini berulang sampai tiga kali, dan tetap saja Juraij memilih melanjutkan shalatnya daripada memenuhi panggilan sang ibu.
Akhirnya, karena marah, sang ibu berdoa, “Ya Allah, jangan sampai Juraij meninggal sebelum dia melihat seorang pelacur.”
Berita tentang Juraij dan ketekunannya dalam beribadah mulai menjadi perbincangan di kalangan Bani Israil. Ada seorang pelacur yang mengatakan, “Kalau kalian mau, aku akan menggodanya.”
Pelacur itu pergi mendatangi Juraij. Dia pun menggoda Juraij, tetapi Juraij tidak memedulikannya. Akhirnya, pelacur itu mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di tempat ibadah Juraij. Pelacur itu berzina dengannya sehingga hamil.
Saat bayi yang dikandungnya lahir, orang-orang bertanya tentang bapak si bayi. Si pelacur mengatakan bahwa ayah bayinya adalah Juraij, sang ahli ibadah. Mendengar jawaban itu, orang-orang mendatangi tempat ibadah Juraij. Mereka memanggilnya kemudian memukulinya. Mereka juga menghancurkan tempat ibadahnya.
Juraij bertanya kepada mereka tentang perbuatan yang mereka lakukan terhadapnya. Orang-orang pun mengatakan kepadanya tentang pelacur dan bayi yang dia lahirkan.
Juraij meminta kesempatan untuk menegakkan shalat. Seusai shalat, dia menanyai bayi itu, “Siapa ayahmu?”
Ajaib! Bayi yang baru lahir itu bisa berbicara. Dia menjawab bahwa ayahnya adalah si penggembala kambing.
Serta-merta orang-orang meminta maaf kepada Juraij. Mereka menawarkan untuk membangun kembali tempat ibadahnya dari emas dan perak. Namun, Juraij menolak. Dia meminta agar tempat ibadahnya dibangun seperti semula, yaitu dari tanah.
Subhanallah. Lihatlah, Pembaca, doa kejelekan sang ibu untuk Juraij dikabulkan oleh Allah. Keadaan Juraij yang tekun beribadah tidak menghalangi terkabulnya doa kejelekan sang ibu. Oleh karena itu, kita mesti mengambil pelajaran. Betapa kita harus berhati-hati dalam berucap dan berdoa untuk buah hati kita. Bukankah mereka tumpuan harapan kita? Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan kita pula.
Marilah kita mendoakan kebaikan untuk mereka. Sungguh, mereka akan hidup pada saat banyak cobaan dan malapetaka menyebar di muka bumi ini.
Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami sebagai hamba-Mu yang tangguh menghadapinya. Jadikan mereka sebagai hamba-Mu yang saleh, pembawa dakwah tauhid. Jadikanlah mereka istiqamah di atas agama-Mu yang lurus. Sesungguhnya, Engkau Maha Mengabulkan doa.