Qonitah
Qonitah

cermin-cermin perhiasan dunia

10 tahun yang lalu
baca 9 menit
Cermin-cermin Perhiasan Dunia

silsilah-hadits-13Al-Ustadz Abu Bakar Abdurrahman

 

إِنَّ الدُّنْيَا كُلَّهَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Sungguh, dunia itu seluruhnya adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR. Ahmad no. 6567, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash )

 

Dilihat sekilas, dunia adalah sesuatu yang indah sehingga diburu oleh kebanyakan manusia. Tidak sedikit orang yang mengorbankan waktunya untuk mengejar dunia. Tidak sedikit pula orang yang mengalahkan agamanya untuk kepentingan dunia. Seorang muslim hendaklah menyikapi dunia seperti apa yang disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya,

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barang siapa dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali ‘Imran: 185)

Sebenarnya, dunia itu kecil nilainya, remeh, hina, dan rendah, serta dipastikan kehancurannya. Oleh karena itu, seorang muslim seharusnya mencari perhiasan dunia yang paling baik yang akan menjadi sebab kesalehannya.

Apakah perhiasan dunia yang paling baik itu?

Perhiasan dunia yang terbaik bukanlah emas permata atau mutiara dan berlian yang berkilau. Akan tetapi, ia adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dalam hadits di atas. Ya, wanita-wanita salihahlah perhiasan dunia yang terindah.

Wahai Saudariku, semoga Anda bisa menjadi perhiasan dunia yang terbaik untuk suami Anda.

 

Sanad Hadits 

Untuk menambah wawasan keilmuan kita, penulis paparkan sanad hadits ini dengan rantai sanad agar mudah dipahami.

silsilah-hadits-13-lampiran

Keterangan:

Semua rawi (periwayat hadits) di atas adalah tsiqah. Mereka adalah periwayat hadits Shahih Muslim, kecuali ‘Abdullah bin Lahi’ah. Dia dha’if, tetapi periwayatannya telah dikuatkan oleh Haiwah bin Syuraih. Lebih dari itu, Abu ‘Abdirrahman al-Muqri’ dan Haiwah bin Syuraih adalah periwayat hadits Shahih al-Bukhari. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai dengan syarat al-Imam Muslim. (Lihat Musnad Ahmad, tahqiq Mu’assasah ar-Risalah)

 

Makna Saleh/Salihah

Asy-Syaikh Ibnu Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah , dalam Syarh Kasyfu asy-Syubuhat hlm. 25, mendefinisikan saleh sebagai orang yang (melaksanakan kewajiban) dengan menunaikan hak Allah dan hak hamba-hamba Allah.

Hak Allah yang harus ditunaikan adalah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya ` kepada kita, yaitu rukun Islam, rukun iman, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Adapun hak manusia banyak dan bertingkat-tingkat. Terkait dengan istri, di antara hak-hak manusia yang harus dia tunaikan adalah hak suami.

 

Wanita Salihah, Wanita yang Dipilih

Wanita salihah adalah perhiasan dunia yang tidak pernah akan menipu. Wanita salihah akan mengingatkan suaminya ketika sang suami salah, mendidik anak-anaknya, dan menjaga kehormatannya. Wanita salihah adalah perhiasan yang halal dinikmati oleh suaminya dan akan mendatangkan barakah di tengah-tengah keluarganya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan bahwa wanita dipilih oleh seorang pria untuk dinikahi karena empat hal: kecantikannya, hartanya, nasab keturunannya, dan agamanya. Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam memerintah para pria untuk memilih wanita yang bagus agamanya karena dengannya mereka akan beruntung.

 

Wanita Salihah, Wanita yang Qana’ah

Pembaca Qonitah yang dimuliakan Allah, pada bahasan hadits edisi lalu telah Anda ketahui kriteria wanita terbaik, yaitu wanita yang terkumpul padanya tiga sifat. Yang pertama, apabila dilihat, dia menyenangkan suaminya. Yang kedua, apabila diperintah oleh suami, dia menaatinya. Yang ketiga, selalu menjaga harta dan kehormatan suaminya ketika sang suami tidak bersamanya.

Sungguh suatu kebahagiaan yang amat besar apabila di sebuah rumah tangga terdapat istri yang salihah, suami yang saleh, dan keturunan yang saleh dan salihah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧

 

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97)

Di antara makna حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ (kehidupan yang baik) adalah sifat qana’ah, sebagaimana dalam sebuah hadits,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ آمَنَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh beruntung orang yang beriman, diberi rezeki cukup, dan diberi qana’ah oleh Allah dengan apa yang Dia berikan kepadanya.” (HR. Muslim)

Sungguh celaka orang yang serakah, tidak pernah merasa cukup dengan pemberian Allah subhanahu wa ta’ala. Sebaliknya, sungguh sangat terpuji seorang istri yang bersifat qanaah (merasa cukup) dengan apa yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya melalui tangan suaminya.

Saudariku muslimah, semoga Anda bisa menerapkan sifat qanaah dalam kehidupan sehari-hari, bersabar, tidak terlalu menuntut suami, dan tidak latah dengan gaya kehidupan sebagian wanita yang tidak mengenal agama dengan alasan modernisasi.

 

Wanita Salihah Tidak Berkeluh Kesah

Sangat menyedihkan fenomena yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin. Para istri berlomba-lomba membanggakan kecantikan, perhiasan, kendaraan pribadi, dan apa saja yang bisa mereka anggap sebagai kebanggaan. Mereka melakukannya walau sang suami harus bersusah payah sampai terpaksa berutang untuk menjaga gengsi sang istri.

Wahai para istri, tinggalkan keluh kesah dan pengingkaran terhadap kebaikan suami. Terlalu banyak keluh kesah dan tidak mensyukuri nikmat suami adalah sebab terbesar kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka.

Lihatlah para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam! Begitu besar sifat qana’ah dan kesabaran mereka menjalani kehidupan bersama Rasulullah dalam berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka selalu mendukung keinginan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dalam menjalankan perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itulah, kebahagiaan yang hakiki, surga dunia, dan ketenteraman hati selalu meliputi keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan keadaan rumah beliau yang sempit, sampai-sampai ‘Aisyah melipat kakinya ketika tidur pada saat Rasulullah sedang shalat. Tatkala hendak sujud, beliau meraba-raba kaki ‘Aisyah karena rumah-rumah ketika itu tidak memiliki penerangan di tengah gelapnya malam. Marilah kita simak penuturan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَايَ فِي قِبْلَتِهِ، فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ، وَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا، وَالْبُيُوتُ يَوْمَئِذٍ لَيْسَ فِيْهَا مَصَابِيْحُ

“Dahulu aku tidur di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (yang sedang shalat), sedangkan kakiku di arah kiblat. Apabila hendak sujud, beliau meraba kakiku, lalu kulipat kakiku (supaya beliau bisa sujud). Ketika beliau berdiri, aku meluruskan kembali kakiku. Pada saat itu rumah-rumah tidak memiliki lampu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dinukil dari Taisir al-‘Allam 1/241)

Lebih dari itu, selama tiga bulan berturut-turut ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bersabar tidak memakan makanan yang dimasak dengan api. Tidak ada yang mereka makan selain kurma dan air putih. Marilah kita simak kembali penuturan beliau radhiyallahu ‘anha.

“Wahai Putra saudariku (‘Urwah bin az-Zubair, -pent.). Sungguh dahulu kami melihat bulan sabit, lalu bulan sabit berikutnya, sampai tiga kali bulan sabit (lebih, -pent.) dalam dua bulan, tanpa api yang menyala di rumah-rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.”

Saya (‘Urwah) bertanya, “Wahai Bibiku, dengan apa kalian bisa hidup?”

“Dengan aswadan, yaitu kurma dan air,” jawab ‘Aisyah. “Hanya saja, Rasulullah mempunyai tetangga-tetangga dari orang-orang Anshar. Mereka menghadiahkan susu-susu hewan ternak mereka kepada kami sehingga kami bisa meminumnya.” (HR. al-Bukhari no. 2567)

Memang sangat jauh keadaan kita dengan keadaan para sahabat. Namun, kita bisa mengambil pelajaran dari kesabaran, zuhud, dan sifat qanaah mereka. Maka dari itu, marilah kita selalu berusaha meniru dan meneladani orang-orang saleh sebelum kita, agar kita bisa meraih kebahagiaan dan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana mereka (orang-orang saleh) telah mendapatkannya.

 

Peran Penting Wanita Salihah di Tengah-tengah Umat

Wanita salihah berperan besar di tengah-tengah umat manusia. Lihatlah sosok mulia Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu ‘anha. Beliau setia menemani Rasulullah l dalam memikul dakwah yang amat berat di awal-awal Islam. Beliau menghibur sang suami yang dilanda kecemasan ketika pertama kali menerima wahyu dan ditemui Jibril. Dengan lemah lembut Khadijah membesarkan hati sang suami. Beliau sebutkan kebaikan-kebaikan suami yang suka menolong dan berbuat baik kepada manusia, sehingga niscaya Allah tidak akan menyengsarakannya.

Demikianlah peran Khadijah yang sangat besar dalam perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Hingga sekarang, dakwah islamiah tersebar luas ke seluruh dunia. Berapakah pahala yang akan diperoleh oleh Khadijah? Subhanallah, berlipat-lipat tidak terhingga. Tidak ada yang dapat membilangnya, kecuali Allah subhanahu wa ta’ala.

Khadijah telah berjasa kepada setiap orang yang beriman, begitu juga para sahabat yang lain. Semoga Allah meridhai mereka semuanya.

Saudariku muslimah, semoga Allah senantiasa merahmati kita semua.

Tidak asing lagi bagi kita istri Fir’aun si kafir, keji, dan zalim. Lihatlah, Allah subhanahu wa ta’ala mengabadikan kedudukannya (istri Fir’aun) yang mulia di dalam al-Qur’an. Allah berfirman,

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَتَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِي عِندَكَ بَيۡتٗا فِي ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ١١

 

“Dan Allah membuat istri Fir’aun sebuah perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, ‘Wahai Rabbku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim’.” (at-Tahrim: 11)

Ia telah berjasa menyelamatkan seorang nabi ketika mengatakan, “Ia (bayi Nabi Musa) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita, atau kita ambil ia menjadi anak.” (Lihat surat al-Qashash: 9)

Bahkan, ia telah berjasa menyelamatkan agama yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihissalam beserta pemeluknya, dan berjasa pula dalam menumbangkan pokok kekafiran di muka bumi ketika itu.

Pembaca yang dimuliakan Allah. Tidak jauh dari masa kita, ada sosok wanita mulia yang menjadi sebab tersebarnya dakwah tauhid di dunia pada masa ini. Beliau adalah istri Raja Muhammad bin Su’ud, yang menyarankan sang suami agar menolong asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahab dan membela dakwah yang diserukannya.

Dengan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala, tegaklah daulah tauhid diiringi runtuhnya daulah syirik di negeri Saudi Arabia. Tersebarlah dakwah tauhid sampai ke negeri kita ini dan ke negara-negara lain. Betapa banyak pahala yang akan diraih oleh wanita salihah ini. Beliau adalah pembuka pintu kebaikan untuk umat ini.

Pembaca Qonitah yang semoga dirahmati oleh Allah. Kalau kita menelusuri kisah-kisah as-Salaf ash-Shalih, masih banyak kita dapati kisah yang menakjubkan, sarat hikmah dan pelajaran, yang akan membuat kita terkagum-kagum kepada mereka. Apa yang telah kami sebutkan hanyalah gambaran dan contoh kecil dari perjalanan wanita-wanita salihah. Semoga kisah tersebut bisa menjadi suri teladan bagi saudariku muslimah di mana pun berada.

Wallahu a’lam bish shawab.