Soal:
Bagaimana sikap sebagai seorang muslim yang cendikia dan berilmu ketika didatangi tamu yang berpemahaman menyimpang:
Jawab:
Muamalah dengan orang yang menyimpang atau pelaku bid’ah dalam perspektif manhaj salaf ada perincian:
Sikap ta’lif ini ada batasnya, yaitu sampai mereka menunjukkan penentangan, tidak lagi mau mendengar nasihat dan justru menebar fitnah. Jika demikian keadaannya, kita terapkan prinsip hajr.
Kaidah bermuamalah dengan mereka adalah hajr (boikot) dantahdzir (memperingatkan dan mewaspadai) dengan ketentuan-ketentuannya. Perincian di atas dikecualikan kondisi tertentu yang tidak terelakkan. Pada saat itu sajalah kita lakukan prinsip ta’lifdalam rangka meredam keburukan. Inilah siyasah syar’iyah yang disebut mudarah.
Contohnya, ada tokoh penyimpangan bertamu ke rumah kita. Ada dua keadaan:
Jika demikian keadaannya, itulah yang harus kita lakukan sebagai kaidah asal bermuamalah dengan mereka. Praktik salaf dalam bab ini banyak, seperti tindakan Thawus, Ibnu Sirin, dll.
Dalam kondisi-kondisi semisal di atas, kita terapkan kaidah ta’lif. Kita temui mereka dengan baik sesuai dengan hajatnya dan berinteraksi secara umum tanpa kita mengorbankan prinsip. Inilah yang dicontohkan dalam sunnah.
Dijawab oleh: Al Ustadz Muhammad Afifuddin, Asy_syariah 117