Problematika Umat
Problematika Umat oleh Abu Ismail Rijal

puasa syawwal didho’ifkan pak dosen

6 tahun yang lalu
baca 3 menit

Soal:

Ustadz, ada salah seorang dosen di tempat kami katanya Doktor bidang hadits. Pak Dosen mengatakan bahwa puasa syawwal 6 hari itu tidak ada. Kata pak dosen Haditsnya dho’if (lemah) apa benar seperti itu ? Setahu saya, bukankah para ulama ahlul hadits terkemuka dan tersohor di dunia islam menshohihkannya ? 

Jawab:

Hadits tentang puasa enam hari syawwal setelah puasa Romadhon adalah hadits yang diriwayatkan oleh Shahabat Abu Ayyub Al Anshory rodhiyallohu’anhu, Rosululloh bersabda:

(( من صام رمضان ثم اتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر ))

“Barangsiapa berpuasa di bulan Romadhon kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Suawwal maka seperti puasa satu tahun.”

Hadits yang dikatakan dhoif oleh pak dosen tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim bin Hajjaj Al Qusyairi An naisaburi dalam Shohih Muslim,

Lihat dalam Kitab Shiyam Bab Disunnahkannya Puasa enam hari Syawwal mengikuti Romadhon no. 1164.

Insyaallah Pak Dosen tersebut mengenal Shohih muslim, walaupun masih ada kemungkinan beliau tidak mengenalnya karena kesibukan atau yang lain allohu a’lam.

Perlu diingatkan bahwa mendhoifkan haditsbukanlah perkara ringan. Mendho’ifkan hadits bisa berakibat mematikan salah satu sunnah (ajaran) Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam.

Apabila seorang tidak berhati-hati dalam Mendhoifkan hadits berarti ia akan meniadakan sebuah amalan.

Apabila sang dosen memiliki 1000 pengikut yang sebelumnya rajin menunaikan puasa sunnah ini, dengan sebab fatwa dia mendhoifkan hadits, menjadikan 1000 orang ini meninggalkan puasa sunnah syawwal bahkan ikut mendakwahkan untuk kaum muslimin meninggalkannya. Allohul Musta’an.

Apalagi jika dosen tersebut memimpin sebuah ponpes, atau tokoh ormas Islam, akan sangat besar pengaruhnya. Semoga Alloh menyelamatkan kaum muslimin dari orang orang yang berbicara tanpa ilmu.

Yang benar tentang hadits Abu Ayyub di atas, hadits tersebut adalah Hadits Shahih, tidak diragukan keshahihannya, karena:

1- Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, tentu kita tidak meragukan tentang kedalaman ilmu Imam Muslim rohimahulloh.

2- Shahih Bukhori dan Shohih Muslim adalah kitab yang paling shahih setelah Al Quran. Dimana Para ulama dan kaum muslimin bersepakat akan keshahihan dua kitab ini.

3- Kritikan terhadap riwayat imam muslim tentang hadits Abu Ayyub di atas telah dijawab dengan hujjah yang kuat. Alhamdulillah.

Sebagai penutup, kita nasehatkan kepada kaum muslimin untuk :

Berhati hati dalam mengambil ilmu, jangan terpukau dengan gelar yg dimiliki, S.Ag, MA, Doktor atau Profesor.

Ambillah ilmu dari ahlul ilmu yang terkenal sifat waro’, kehati hatian, krtaqwaan dan semangat dalam memegang teguh sunnah Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam.

Baca Artikel:

1- Sembrono dan tergesa gesa dalam berfatwa

2- Siapa Ulama Su’

Oleh:
Abu Ismail Rijal