Problematika Umat
Problematika Umat oleh Admin

perbanyak doa dalam safar, doa musafir mustajab

6 tahun yang lalu
baca 2 menit

Doa Musafir Mustajab, maka perbanyaklah doa di kala safar.

Soal:

Ustadz, benarkah bahwa doa musafir itu mustajab?. Jika benar, waktu safar yang manakah yang dikatakan  mustajab, apakah di awal safar, tengah atau di akhirnya? (0813xxxxxxx8)

Jawab:

Dari Shahabat Abu Hurairah, Abdurrahman bin Shokhr Ad Dausi Rodhiyallohu’anhu, Rasulullah Shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

((   ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومُ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ  ))

“Ada tiga doa yang mustajab; doanya orang yang berpuasa, doanya orang yang terdzalimi dan doanya musafir.” (Shohih Al-Jami’ Ash-Shoghir no. 3030).

Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa safar adalah salah satu waktu dimana doa-doa seorang hamba mustajab sangat diharapkan akan dikabulkan Alloh subhanahu wata’ala.

Adapun terkait dengan pertanyaan : Waktu safar yang manakah yang dikatakan  mustajab, awal safar atau tengah atau akhirnya?

Dalam hadits ini, Rosululloh Shollallohu’alaihi wasallam menyebutkan safar secara mutlak (tidak ada pembatasan), artinya selama seorang dikatakan musafir doanya mustajab, baik di awal safar, di pertengahan safar atau di akhirnya. Intinya selama anda dalam safar, di atas kendaraan atau saat beristirahat atau saat shalat wajib atau shalat nafilah, selama anda dalam safar doa-doa anda mustajab insyaalloh.

Namun disini perlu diingatkan sebagai catatan bahwa apa yang disebutkan dalam hadits tentang doa-doa yang mustajab harus diiringi pula dengan perkara-perkara lain yang  merupakan sebab terkabulnya doa, seperti :

  1. Keikhlasan dalam berdoa,
  2. kesungguh-sungguhan dalam doa
  3. Besarnya harapan kepada Alloh,
  4. Persangkaan baik kepada Alloh,
  5. Hadirnya hati dan
  6. Tidak ada penghalang-penghalang dikabulkannya doa

Dalam hadits Abu Hurairah rahimahullah disebutkan:

((  ثم ذكر الرجل يطيل السفر ، أشعث أغبر ، يمدّ يديه إلى السماء : يا رب يا رب ، ومطعمه حرام ، ومشربه حرام ، وملبسه حرام ، وغُذّي بالحرام ، فأنّى يُستجاب له ؟  ))

“Kemudian Rasulullah Shollallohu’alaihi wasallam menyebutkan seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan yang panjang, dalam keadaan kusut masai lagi berdebu. Ia membentangkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Robbku, wahai Robbku!” Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia diliputi dari yang haram, lalu dari mana doanya akan dikabulkan ?” (HR. Muslim no. 2343)

(Dijawab oleh: Al-ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, ghofarollohu lahu wa liwalidaihi wa lisaairil muslimiin)