Kapankah Lailatul Qadr? Apakah Terjadi setiap Tahun?
Lailatul Qadar terjadi setiap tahun di bulan Ramadhan, di salah satu malam dari sepuluh malam akhir Ramadhon. Rasulullah ﷺ bersabda:
التمسوها في العشر الاواخر
“Dapatkanlah malam qadr di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.”
Dari sepuluh malam itu yang paling diharapkan adalah malam-malam ganjil, Rasulullah ﷺ bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadr pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)
Apakah Malam Qadr dimalam kedua puluh Tujuh?
Nabi ﷺ pernah mengabarkan bahwa di pagi malam qadar, matahari terbit tidak menyilaukan. Beliau bersabda:
صبيحة ليلة القدر تطلع الشمس لا شعاع لها كانها طست حتى ترتفع
Pagi hari setelah malam Qadr, matahari terbit tidak ada pancaran sinar yang menyilaukan, seperti bejana, hingga matahari meninggi.” (HR. Muslim no. 1174)
Setelah mendengar hadits ini Shahabat Ka’b bin Malik berusaha melihat tanda tersebut, hingga pada malam dua puluh tujuh, pada pagi harinya beliau melihat matahari tidak menyilaukan.”
Tidak diragukan bahwa malam 27 diantara malam malam yang diharapkan sebagai mlam qadar, namun atsar ini sesungguhnya tidak memastikan bahwa malam qadr hanya terjadi dimalam 27.
Yang benar, Allahu a’lam, malam qadr berpindah-pindah sekehendak Allah ta’ala. Diantara dalilnya:
a. Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir, terlebih malam-malam ganjil.
b. Pernah pada zaman nabi ﷺ malam qadr terjadi pada malam dua puluh satu.
Malam Qadr Lebih baik dari seribu bulan, apa maknanya?
Imam Ibnu Jarir Ath Thabari dalam tafsir menukilkan penafsiran mayoritas ahli tafsir
أي العمل فيها خير من العمل في ألف شهر ليس فيها ليلة القدر
“Maknanya, amalan kebaikan (yang diamalkan) pada malam itu lebih baik daripada amalan yang dilakukan seribu bulan, tanpa ada malam qadr. (Tafsir Ath Thabari)
Ibnu Jarir Aththabari menukilkan beberapa riwayat mengenai makna “malam qadr lebih baik dari seribu bulan.”
وقال ابن مسعود : إن النبي – صلى الله عليه وسلم – ذكر رجلا من بني إسرائيل لبس السلاح في سبيل الله ألف شهر ; فعجب المسلمون من ذلك ; فنزلت إنا أنزلناه الآية . خير من ألف شهر ، التي لبس فيها الرجل سلاحه في سبيل الله .
Sahabat Ibnu Mas’ud berkata, Suatu saat Nabi ﷺ menyebutkan seorang lelaki dari Bani Israil dia memanggul senjata dalam jihad fi sabilillah selama seribu bulan. Para shhhabat pun ta’jub dengan amalannya. Turunlah surat Al-Qadr, malam qadr lebih baik dari seribu bulan yang telah dilalui lelaki bani Israil dengan pedangnya di jalan Allah.
Apa Yang dilakukan Untuk Mendapatkan Kemuliaan di Malam Qadr?
Yang dicontohkan Rasulullah ﷺ adalah menghidupkan seluruh malam-malam disepuluh terakhir bulan Ramadhan dengan berbagai amalan kebaikan.
Aisyah Ummul Mukminin menceritakan apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ di sepuluh terakhir Ramadhan, Aisyah berkata:
كان النبي ﷺ اذا دخل العشر شد مئزره و احيا ليله و أيقظ أهله
“Adalah Nabi ﷺ ketika memasuki (sepuluh hari terakhir ramadhan) beliau kencangkan ikatan sarung, beliau hidupkan malamnya dan membangunkan keluaranya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
Makna: “mengencangkan ikatan sarun” adalah tidak mengumpuli keluarga untuk beribadah. Beliau menambah ibadah dengan beriktikaf di masjid, menambah ibadah untuk menghidupkan malam qadr dengan taqorrub ilallah.
Makna “menghidupkan malamnya” yakni mengidupkan seluruh malamnya dengan beragam ibadah seperti shalat, membaca Al Quran, dzikir, doa.
a. Tentang menghidupkan malam qadr dengan Shalat Malam Rasulullah ﷺ bersabda:
من قام لية القدر ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa berdiri shalat pada malam Qadr dengan iman dan mengharap pahala Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu da akan datang.”
b. Menghidupkan malam Qadr dengan membaca Al Quran dicontohkan pula oleh Rasulullah ﷺ dengan datangnya malaikat Jibril setiap malam di bulan Ramadhon untuk membaca Al Quran.
c. Demikian pula malam qadr dihidupkan dengan berdoa memohon ampunan dan kebaikan sebagaimana Rasulullah ﷺ mengajarkan sebuah doa yang diajarkan kepada Aisyah untuk dibaca di malam qadr:
اللهم انك عفو تحب العفو واعف عني
“Ya Allah sesungguhnya engkau Maha memberikan ampunan, dan mencintainya maka ampunilah aku.” (HR. At Tirmidzi no.3760)
d. Rasulullah ﷺ juga menghidupan malam qadr dengan i’tikaf di masjid.
Demikian pula amalan-amalan lain yang dimudahkan untuk dilakukan seorang muslim hendaknya terus diupayakan seperti berinfaq, memberikan ifthar, berdzikir, bershalawat atas nabi ﷺ, terlebih amalan wajib seperti shalat maghrib dan shalat isya berjamaah, birrul walidain.
Ketahuilah, siapa yang menegakkan shalat maghrib dan isya berjamaah dengan penuh keikhlasan di malam qadr sungguh dia telah mndapatkan bagian yang sangat besar dari menghidupkannya sebab Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ
“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221 dari Shahabat Utsman bin Affan).
Apakah Setiap Orang Mendapatkan Malam Qadr?
Setiap muslim yang menghidupkan malam qadr dengan amalan yang dia lakukan ikhlash karena Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ merekalah orang yang mendapatkan malam qadr.
Maka sudah semestinya seorang muslim bersemangat meraih kemuliaan dengan menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Semoga Allah memberikan taufiq dan kemudahan kepada kita semua. Amin.
19 Ramadhan 1444H Ditulis oleh, Al-Faqir ilallah, Abu Ismail Muhammad Rijal.