Problematika Umat
Problematika Umat oleh Abu Ismail Rijal

bintang tsurayya bukan pertanda hilangnya corona

5 tahun yang lalu
baca 4 menit
Bintang Tsurayya Bukan Pertanda Hilangnya Corona

Bintang Tsurayya Bukan Pertanda Hilangnya Corona

Pertanyaan:

Afwan ustadz mau bertanya akhir-akhir ini beredar di sosmed berita berakhirnya virus corona dengan munculnya bintang Tsurayya. Hal ini dilandasi dengan
Hadist Nabi

إِذَا طَلَعَ النَّجْمُ ذَا صَبَاحٍ رُفِعَتِ الْعَاهَةُ

Apabila terbit bintang (Tsurayya) pada suatu pagi, maka diangkatlah penyakit.

Mohon penjelasannya jazakumullohukhoiron

Jawaban:

Wabah Corona adalah ujian keimanan. Dengan corona akan terlihat siapa hamba Alloh yang bertawakal hanya kepada Alloh dan siapa yang justru menggantungkan harapannya kepada makhluk.

Ibarat kekeringan dan kemarau panjang, semua manusia menanti turunnya hujan, saat ini manusia menanti kapan wabah Corona akan dihilangkan ? Bulan ramadhan kah ? Di musim haji kah ?

Ketika datang nikmat Alloh dengan diangkatnya satu musibah, saat itu pula datang lembaran baru sebuah cobaan, ada diantara hamba Alloh yang bersyukur kepada-Nya, namun kebanyakan manusia kufur terhadap nikmat Alloh.

Kondisi manusia di atas sama seperti apa yang dikisahkan shahabat Zaid bin Khalid radhiallahu ‘anhu dalam hadits berikut:

صَلىَّ بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلاَةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَّةِ فِيْ إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلىَ النَّاسِ فَقَالَ: هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْناَ بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ؛ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوَاكِبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا؛ فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ مُؤْمِنٌ بِالْكَوَاكِبِ

Suatu pagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat subuh bersama kami, setelah pada malam harinya turun hujan. Usai shalat, Rasululloh menghadap para shahabat dan berkata, “Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Rabb kalian?

Mereka berkata, “Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman: “Pada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.

Barang siapa (di pagi ini setelah turun hujan-pent) mengatakan: Kami diberikan hujan dengan fadhilah (keutamaan) dari Allah dan rahmat-Nya maka dia beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang.

Adapun orang yang (setelah hujan justru) mengatakan: “Kita mendapat hujan karena bintang ini dan itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.’” (HR. al-Bukhari, 2/433—434 dan Muslim, no. 71)

Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Qar’awi: “Hadits ini menunjukkan bahwa menyandarkan/menisbatkan (nikmat) turunnya hujan kepada bintang-bintang adalah kekufuran.” (Al Jadid hal. 273)

Syirik dan Kufur Nikmat yang tersebut dalam hadits ini bukanlah kekufuran atau Kesyirikan yang mengeluarkan dari Islam, apabila sang pelaku meyakini bahwa penyandaran hujan kepada bintang hanyalah penyandaran akibat kepada sebabnya (yakni meyakini bahwa bintang hanyalah sebab), dan tetap meyakini bahwa pemberi nikmat hanyalah Alloh. Ini kufur asghor,

tetapi jika ia meyakini bahwa yang memunculkan nikmat adalah makhluk (misal bintang), dan makhluk-makhluk itulah yg menciptakan nikmat maka ini adalah kufur Akbar mengeluarkan dari agama (I’anatul Mustafid (2/151))

Dari hadits ini sudah seharusnya kita mengambil pelajaran untuk hanya bergantung kepada Alloh dalam menghadapi ujian wabah corona dan senantiasa meminta kepada Alloh agar wabah Corona ini diangkat atas kaum muslimin secara khusus dan manusia secara umum, karena Dia sajalah Dzat yang mampu menyingkap segala kesulitan.

Bukan justru menyandarkan usainya wabah kepada bintang Tsurayya, atau bintang bintang yang lain. Alloh ciptakan bintang bintang bukan sebagai sebab turunnya hujan atau sebab hilangnya penyakit, Alloh ciptakan bintang untuk menghiasai langit dunia, sebagai alat penunjuk arah, bukan sebagai sebab hilangnya musibah-musibah.

Apabila dikatakan: “Kami punya dalil yaitu hadits

إِذَا طَلَعَ النَّجْمُ ذَا صَبَاحٍ رُفِعَتِ الْعَاهَةُ

“Apabila terbit bintang (Tsurayya) pada suatu pagi, maka diangkatlah penyakit.”

Maka ketahuilah bahwa hadits ini lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah. Berikut ini pembahasannya.

DERAJAT HADITS BINTANG TSUROYYA

Hadits di atas yang dijadikan sandaran untuk menetapkan bahwa wabah Corona akan berakhir ketika terbit bintang Tsurayya, maka hadits ini tidak sah dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad (2/341,388), Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar (3/92) dan ‘Uqoili dalam Adh-Dhu’afa hal. 347.

Dalam sanad hadits ini ada seorang bernama: ‘isl bin Sufyan, berkata ‘Uqoili:

في حديثه وهم قال البخاري فيه نظر

Pada hadits ‘Isl ada kerancuan, Al Bukhori berkata tentangnya: Padanya ada catatan.

Syaikh Al Albani melemahkan hadits ini dalam Silsilah Dhoifah (1/573).

Disamping kelemahan padanya, hadits dhoif ini juga membuka jalan yang mengantarkan manusia untuk bergantung kepada bintang Tsurayya, dan ini menyelisihi tauhid dan merusak tauhid.

Jika seorang meyakini bahwa bintang Tsuroyya lah yang mengangkat Corona maka ini adalah syirik Akbar, mengeluarkan dari Islam, karena dia telah meyakini ada Robb lain yang mengatur dan mengangkat penyakit selain Alloh.

Apabila hanya meyakini bahwa keluarnya bintang Tsuroyya adalah sebab terangkatnya Corona, maka ini tergolong syirik asghor.

Semoga Alloh segera mengangkat wabah ini, dan melimpahkan kepada kita semua keamanan serta memudahkan kita untuk kembali melangkahkan kaki ke masjid masjid Alloh, memenuhi majelis majelis ilmu, baik di negeri ini atau negeri negeri lainnya.

Demikian sedikit yang bisa disampaikan dalam jawaban pertanyaan Semoga kita diselamatkan dari kesyirikan yang menjauhkan kita dari keridhoan-Nya. Amin

Oleh:
Abu Ismail Rijal