Problematika Umat
Problematika Umat oleh Abu Ismail Rijal

berita walisongo dalam timbangan ahlul hadits

6 tahun yang lalu
baca 4 menit

Soal:

Banyak kisah-kisah aneh dan tidak masuk akal tentang Walisongo. Apa memang demikian senyatanya ? Bagaimana seharusnya kita dalam menyikapi ?

Jawab:

Cerita Walisanga demikian terkenal di tanah Jawa. Namun ada sebuah perkara penting untuk kita telaah, ternyata kisah-kisah wali sanga tidak memiliki kejelasan dan bukti ilmiyah yang bisa diterima.

Tidak ada sanad berita yang bisa dipertanggungjawabkan kecuali hanya “konon”,”katanya” dan “ceritanya”.

Tulisan ini tidak lain kecuali untuk mengajak kita merenung dan berbagi faedah dengan keikhlasan, ketenangan dan mengharapkan pahala Allah. Sungguh seorang muslim mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana dia suka kebaikan itu untuk dirinya.

Dalam kisah sunan Kalijogo misalnya, konon R.M. Said (nama asli sunan kalijogo) diperintah gurunya (sunan Bonang) untuk bertapa di pinggir kali menunggu tongkat sang guru, dengan pesan jangan sekali kali meninggalkannya. Ternyata waktu penantian sangat lama hingga tubuhnya berlumut, terkenalah kemudian dengan julukan Sunan Kalijogo.

Kisah ini sangat mengherankan.

Bukankah Islam tidak mengajarkan umatnya untuk menyusahkan diri ?

Bukankah Islam  tidak mengajarkan umatnya untuk meninggalkan shalat berjamaah lima waktu, atau meninggalkan shalat jumat ?

Jika sang guru berpegang dengan syareat islam kenapa tidak berwasiat untuk memenuhi panggilan adzan dan menunaikan shalat lima waktu.

Kisah ini diantara kisah walisongo yang ternyata tidak ada satu sandaran berita pun yang bisa dipegangi kebenarannya.

Saudaraku yang aku cintai fillah, Allah subhanahu wata’la memerintahkan agar kita memiliki sikap tatsabbut “teliti” dalam menerima berita, terlebih berita yang kemudian dijadikan sandaran untuk berkeyakinan. Dalam surat Al-Hujurat Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Al-Hujurat: 6

Berdasarkan ayat ini, para ulama Islam dari kalangan shahabat, tabi’in, at-baut tabi’in termasuk ulama sesudahnya para ulama ahli hadits semisal Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Al Bukhari, Imam Muslim dan seterusnya, mereka sangat konsisten untuk meneliti berita-berita yang sampai kepada mereka terlebih berita yang disandarkan kepada Rasulullah shallallohu’alaihi wasallam.

Dengan cara meneliti orang-orang yang menukilkan berita itulah kemudian diketahui benar tidaknya sebuah berita dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, atau berita lainnya.

Dengan meneliti para pembawa berita, tersaringlah antara hadits yang shahih dengan hadits yang  lemah atau palsu.

Para ulama ketika mendengar nukilan berita dari Rasulullah shollallohu’alaihi wasallam atau shahabat atau tabi’in segera mereka meneliti sumber penukilan berita. Dari siapakah berita ini? Apakah Dia seorang yang terpercaya dan baik agamanya ?  Apakah hafalannya kuat atau lemah hafalannya ? Apabila dalam sanad (rangkaian perawi) ada yang terputus, atau ada seorang yang lemah hafalannya, atau seorang yang tertuduh pendusta atau seorang pendusta, maka berita tersebut ditolak dan dinyatakan sebagai berita yang Dhaif (lemah) atau maudhu’ (palsu).

Allahuakbar !! Allah jaga agama ini, dengan dinukilkannya berita melalui orang-orang yang adil lagi terpercaya. Demikianlah seharusnya seorang bersikap terhadap berita.

Kembali kepada kisah-kisah walisongo, ada beberapa hal yang perlu dicermati sebagai bukti tidak benarnya banyak kisah kisah wali songo:

1- Cerita-cerita wali sarat dengan perkara-perkara mistik, tidak masuk akal serta menyelisihi syareat Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam.

2- Berita berita walisongo sama sekali tidak bersanad. Adakah diantara mereka yang menghikayatkan kisah walisanga mampu menyebutkan sanad (sumber berita) yang terpercaya untuk kita cek kebenaran beritanya ???

Ternyata berita-berita itu tidak memiliki sumber berita yang jelas. Kalau demikian lalu apa bedanya berita walisongo dengan hadits hadits yang dihukumi palsu oleh Imam Syafii, Imam Ahmad dan lainnya?

Sangat menyedihkan seandainya kisah-kisah wali dibaca dan diyakini ?

Diantata kisah yang aneh tentang sunan kalijogo, dikisahkan bahwa sunan kalijogo menghidupkan anak yang sudah mati. Apakah anda juga meyakininya sementara tidak ada satupun sandaran berita yang bisa dipertanggungjawabkan ? Sekalilagi mohon untuk dijawab, adakah sandaran berita bagi dongeng Sunan Kalijaga menghidupkan anak kecil ?

3- Disamping tidak memiliki sandaran berita, ada sisi lain yang menunjukkan ketidak ilmiyahan berita walisanga. Kisah walisanga ternyata memiliki beberapa versi dan penafsiran. Berita yang disebarluaskan tidak jelas seperti ini adalah salah satu ciri-ciri berita dha’if (lemah), atau palsu  (dusta).

Sebagai penutup, sekali lagi: Adakah diantara pembaca atau penulis artikel wali Sanga mendatangkan bukti-bukti otentik yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiyah dihadapan manusia sebelum nanti dipertanggungjawabkan di hadapan Alloh ?

Atau kisah-kisah yang penuh misteri dan mistik itu dibiarkan tersebar dan menjadi keyakinan dan tuntunan? siapkah kita menanggung dosa atas penyimpangan keyakinan dengan sebab meyakini dan menyebarkan kisah-kisah tersebut ?? Allohulmusta’an.

Oleh:
Abu Ismail Rijal