Problematika Umat
Problematika Umat oleh Abu Ismail Rijal

banyak tidur saat puasa ramadhan

8 bulan yang lalu
baca 2 menit
Banyak Tidur Saat Puasa Ramadhan

Pertanyaan:

Mohon nasehat bagi orang yang suka menghabiskan waktu puasanya untuk tidur dengan alasan lemas, tidak bertenaga, bahkan ada pula yang berdalil dengan hadits bahwa tidurnya orang yg berpuasa adalah ibadah.

Jawab:

Ramadhan adalah bulan yang sangat agung. Pada bulan ini Allah turunkan Al-Quran. Bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu-pintu sorga, ditutupnya pintu-pintu neraka dan dibelenggunya setan-setan. Ramadhan adalah musim-musim kebaikan dan bulan berlomba-lomba dalam beramal sholih.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memberikan tauladan kepada umatnya untuk bersungguh-sungguh memanfaatkan bulan ramadhan dengan memperbanyak amalan shalih.

Demikian pula para shahabat dan salaf dari umat ini, mereka bersungguh-sungguh dalam memperbanyak shalat sunnah, tilawah al quran, shadaqah dan ibadah lainnya.

Ramadhan adalah bulan untuk bersungguh-sungguh meraih kemenangan. Dalam sejarah perjalanan hidup Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, tercatat ada dua perang besar terjadi di bulan Ramadhan, dimana Allah memberikan kemenangan besar dalam dua perang tersebut; perang Badar pada tahun 2 H dan perang Fathu Makkah pada tahun 8.

Adapun bermalas-malas dengan banyak tidur, sungguh sebuah kerugian. Betapa banyak kebaikan yang akan terluput dengan sebab malas. Terlebih apabila kita menyadari bahwa waktu kita terbatas, belum tentu Ramadhan tahun depan kita masih mendapatkannya.

Terkait hadits yang menyebutkan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Abi Aufa, Rasulullah shallallahu’aihi wasallam bersabda:

نوم الصائم عبادة ، وصمته تسبيح ،

“Tidurnya orang yang berpuasa itu Ibadah, dan diamnya adalah tasbih.”

Hadits ini dhaif, bukan sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam.

Diantara ulama yang mendhoifkannya adalah Al-Baihaqi dalam Syu’abul Imam, Al-Munawi dalam Faidhul Qodir, hadits no. 9293 dan Al-Iraqi dalam Takhrij Ihya’ Ulumuddin. Hadits ini juga didhaifkan oleh syaikh Muhammad Nashruddin Al Albani rahimahullah dalam Silsilah AdhDhoifah no. 4696.

Bahkan Al-Iraqi dalam takhrij ihya ulumuddin (1/310) menyebutkan bahwa Sulaiman bin Amr An-Nakho’i (salah satu perawi) adalah pendusta/pemalsu hadits.

Semoga Allah mudahkan kita dan seluruh kaum muslimin dalam memanfaatkan bulan ramadhan. Amin

Oleh:
Abu Ismail Rijal