Fatwa Ulama
Fatwa Ulama oleh al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'

wanita menyetir mobil sendirian

2 tahun yang lalu
baca 7 menit
Wanita Menyetir Mobil Sendirian

Pertanyaan

Anda diberitakan telah menfatwakan bahwa wanita boleh menyetir mobil sendirian. Berita inilah yang sekarang banyak beredar di Turki, yang menyebutkan bahwa ulama-ulama Arab Saudi telah mengeluarkan fatwa seperti itu, termasuk Anda sebagai ketuanya.

Jawaban

Tidak benar berita mengenai fatwa syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz yang membolehkan wanita menyetir mobil, padahal beliau sendiri melarang tindakan semacam itu. Berikut ini adalah pernyataan tertulis dari syeikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz tentang masalah ini:

“Segala puji bagi Allah, salawat beserta salam semoga selalu tercurah untuk Rasulullah. Selanjutnya,
sudah banyak komentar masyarakat di koran al-Jazirah tentang topik wanita menyetir mobil. Seperti yang sudah dimaklumi bersama, tindakan mengendarai mobil yang dilakukan oleh wanita itu hanya akan menimbulkan dampak negatif, yang notabene pasti juga diketahui oleh pihak-pihak yang menyerukan hal itu.

Di antara dampak negatif tersebut adalah timbulnya tindakan khalwat yang diharamkan, melakukan perjalanan jauh, berbaur dengan lelaki tanpa ada yang melarang dan melakukan praktek terlarang yang mendasari pelarangan semua tindakan yang disebutkan sebelumnya, sementara agama yang suci ini telah melarang semua hal yang akan mengarah kepada tindakan haram, bahkan mengharamkannya.

Oleh sebab itulah Allah menyuruh para isteri Rasulullah dan isteri orang-orang mukmin untuk tetap berada di rumah, menutup aurat, dan untuk tidak mempertontonkan perhiasannya pada yang bukan muhrim, karena semua itu akan mengarah kepada paham serba boleh yang merusak masyarakat, sementara (Allah) Ta’ala telah berfirman

وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya” (QS. Al-Ahzab: 33)

Allah juga berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu” (QS. Al-Ahzab: 59)

Firman-Nya yang lain mengatakan,

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَآئِهِنَّ أَوْ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَآئِهِنَّ أَوْ أَبْنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ إِخْوَٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ أَخَوَٰتِهِنَّ أَوْ نِسَآئِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُهُنَّ أَوِ ٱلتَّٰبِعِينَ غَيْرِ أُو۟لِى ٱلْإِرْبَةِ مِنَ ٱلرِّجَالِ أَوِ ٱلطِّفْلِ ٱلَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا۟ عَلَىٰ عَوْرَٰتِ ٱلنِّسَآءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)

Dan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam pun bersabda,

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

“Tiada seorang lelaki berkhalwat bersama seorang perempuan melainkan yang ketiganya adalah syaitan”

adi, syariat agama yang suci ini telah melarang semua hal yang akan mengarah kepada tindakan zina, termasuk tindakan menuduh wanita bersuami yang sedang dalam kondisi lalai telah melakukan perbuatan zina, bahkan Islam menjatuhkan hukuman paling berat untuk tindakan menuduh tersebut, agar masyarakat terlindungi dari penyebaran hal-hal yang dapat menimbulkan praktek zina.

Tindakan menyetir mobil yang dilakukan wanita adalah salah satu penyebab terjadinya praktek zina. Hal ini sebenarnya sudah sangat jelas, namun akibat dari kebutaan terhadap hukum-hukum Islam, ketidaktahuan terhadap akibat negatif yang disebabkan oleh sikap acuh tak acuh terhadap hal-hal yang mengarahkan pada kemungkaran, ditambah lagi dengan kondisi hati para pelakunya yang sudah rusak, suka pada paham serba boleh, serta akibat dari sikap yang suka melihat wanita yang bukan muhrim, semua itu melahirkan sikap ikut-ikutan dalam masalah ini dan yang semacamnya, tanpa didasari oleh ilmu serta tidak memperdulikan bahaya di belakangnya.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلْإِثْمَ وَٱلْبَغْىَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا۟ بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ سُلْطَٰنًۭا وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-A’raaf: 33)

Dan Allah juga berfirman,

وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌ ۝إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(168) Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruhmu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 168-169)

Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap lelaki daripada kaum wanita”

Dan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu `anhu, menyebutkan

كَانَ النّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْخَيْرِ. وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشّرِّ. مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِِ إنّا كُنّا فِي جَاهِلِيّةٍ وَشَرٍّ. فَجَاءَنَا اللهُ بِهَذَا الْخَيْرِ. فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: “نَعَمْ” فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: “نَعَمْ. وَفِيهِ دَخَنٌ” قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: “قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي، وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي. تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ”. فَقُلْتُ: هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: “نَعَمْ. دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ. مَنْ أَجَابَهُمْ إلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا”. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا. قَالَ: “نَعَمْ. قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا. وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا” قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ فَمَا تَرَى إنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: “تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإمَامَهُمْ” فَقُلْتُ: فَإنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ: “فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا. وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتّىَ يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ، وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ”

“Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tentang kebaikan sedangkan aku bertanya tentang keburukan, karena kuatir hal tersebut akan menimpaku. Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dulu kami berada pada masa Jahiliyah dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami. Apakah setelah kebaikan ini ada keburukan?”. Beliau menjawab: “Ya”. Aku bertanya lagi: :Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan lagi?”. Beliau menjawab: “Ya, namun ada kerusakan”. Aku bertanya lagi: :Apa bentuk kerusakan itu?”. Beliau menjawab: “Suatu kaum yang berjalan bukan di atas sunnahku dan mengikuti petunjuk selain petunjukku. Engkau mengenali mereka dan mengingkarinya”. Aku bertanya lagi: “Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?”. Beliau menjawab: “Ya, (yaitu) para da’i yang mengajak kepada pintu neraka Jahanam. Barangsiapa menerima ajakan mereka, niscaya mereka akan menjerumuskannya ke dalam neraka”. Aku bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami sifat-sifat mereka!”. Beliau menjawab: “Ya, Mereka berasal dari kaum kita dan berbicara dengan bahasa kita”. Aku bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan jika aku bertemu dengan mereka?”. Beliau menjawab: “Berpegang teguhlah dengan jamaah kaum Muslimin dan imam mereka”. Aku bertanya lagi: “Bagaimana jika kami tidak mendapati adanya jamaah kaum Muslimin dan imam mereka?”. Beliau menjawab: “Tinggalkanlah semua kelompok-kelompok itu meskipun dengan menggigit pokok pohon hingga kematian datang menjemputmu sedang engkau masih dalam keadaan seperti itu” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Saya mengajak umat Islam untuk selalu bertaqwa kepada Allah ketika berbicara dan beramal, berhati-hati terhadap fitnah berikut para pelakunya, menjauhi murka Allah maupun hal-hal yang menyebabkannya, dan sangat berhati-hati terhadap orang-orang yang mengajak kepada tindakan tidak terpuji, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadis di atas.

Semoga Allah senantiasa memelihara kita dari bahaya fitnah dan pelakunya, menjaga agama Islam demi umatnya, memelihara umat dari bahaya orang-orang yang mengajak kepada tindak kejahatan, serta membimbing para jurnalis media cetak di negera kita, maupun seluruh umat Islam, kepada hal-hal yang diridai, kebaikan umat Islam serta keselamatan mereka di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa untuk melakukan semuanya. Wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam. Sekian.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam

Oleh:
al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'