Riwayat ini sahih dari Umar radhiyallahu ‘anhu dan redaksinya adalah Umar radhiyallahu ‘anhu mengirim pasukan perang dan mengangkat seorang lelaki yang bernama Sariyah sebagai pemimpin mereka. Ketika Umar sedang menyampaikan khotbah di atas mimbar, tiba-tiba dia berteriak, “Wahai Sariyah, pergilah ke gunung. Wahai Sariyah, pergilah ke gunung.” Kemudian setelah itu utusan pasukan tersebut datang menemui Umar lalu dia berkata, “Amirul Mukminin, ketika kami sedang bertempur melawan musuh, kami mengalami kekalahan.
Tiba-tiba ada orang berteriak, “Wahai Sariyah, pergilah ke gunung!” Kami pun segera menyandarkan punggung kami ke gunung lalu Allah mengalahkan mereka.” Kisah ini diriwayatkan oleh Ahmad di dalam Fadhail al-Shahabah, Abu Nu’aim di dalam Dalail al-Nubuwah, adh-Dhiya` di al-Muntaqa, Ibnu ‘Asakir di dalam Tarikhnya, al-Baihaqi Dalail al-Nubuwwah, dan Ibnu Hajar di dalam al-Ishabah dan dia menyebut sanadnya hasan. Dan sebelumnya Ibnu Katsir berkata di dalam Tarikhnya, “Sanadnya hasan.” Al-Haitsami di al-Shawa`iq al-Muhriqah juga menghasankan sanadnya.
Ini merupakan ilham dari Allah dan karamah Umar radhiyallahu ‘anhu. Dia adalah orang yang diberi ilham oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Nabi Shallallahu `alaihi wa Sallam. Di dalam riwayat tersebut tidak ada keterangan bahwa Umar radhiyallahu `anhu melihat pasukan tersebut dengan mukasyafah dan mata telanjnang dan hal-hal lain yang disebutkan dalam riwayat-riwayat yang lemah yang menjadi pegangan para sufi ekstrem tentang kasyf dan bahwa makhluk mengetahui tentang perkara gaib.
Ini adalah batil karena mengetahui perkara gaib adalah salah satu sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Anda sebutkan bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu memanggil pasukan perang yang dia kirim ke medan perang lalu pasukan tersebut mendengar seruan itu dan menepi ke gunung, maka pemahaman ini muncul akibat ketidaktahuan tentang makna hadis.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.