Menurut sunah, shalat witir adalah akhir shalat malam berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam,
“Jadikanlah akhir shalat malam kalian itu shalat witir.”
Akan tetapi jika seseorang shalat dua rakaat setelah shalat witir, maka itu dibolehkah, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya dari Abu Umamah, dia berkata,
“Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam biasanya shalat witir sebanyak sembilan rakaat, hingga ketika badan beliau bertambah gemuk, beliau shalat witir sebanyak tujuh rakaat dan shalat dua rakaat sambil duduk dengan membaca ‘Idza Zulzilat’ (surah Al-Zalzalah) dan ‘Qul ya ayyuhal kafirun’ (surah Al-Kafirun).”
Juga berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu `anha, dia berkata,
“Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam biasa shalat witir sebanyak sembilan rakaat dan dua rakaat sambil duduk. Tatkala badan beliau mulai lemah, beliau shalat witir sebanyak tujuh rakaat dan dua rakaat sambil duduk.”
Serta berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad juga dari Ummu Salamah radhiyallahu `anha
“Bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam pernah shalat dua rakaat sambil duduk setelah shalat witir.”
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berbuat demikian untuk menjelaskan kebolehan shalat setelah shalat witir, dan hal ini tidak bertentangan dengan hadis-hadis shalat witir, selain bahwa shalat witir itu tidak menutup untuk shalat sunah setelahnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Pendapat yang benar adalah bahwa dua rakaat ini berlaku seperti shalat sunah dan sebagai pelengkap witir. Sesungguhnya shalat witir itu ibadah yang berdiri sendiri, apalagi jika dihukumi wajib, sehingga dua rakaat setelahnya itu seperti halnya sunah Magrib bagi shalat Magrib yang merupakan shalat witir siang hari, demikian halnya dua rakaat setelah shalat witir malam hari. Wallahu a`lam.”
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.