Berselawat kepada Nabi Shallallahu `alaihi wa Sallam adalah disyariatkan sedangkan berdoa untuknya tidak disyariatkan karena Nabi Shallallahu `alaihi wa Sallam dosanya yang telah lalu dan yang akan datang sudah diampuni dan karena tidak ada dalil dari Al-Qur’an atau sunah tentang perintah untuk mendoakannya. Jadi, mendoakannya merupakan bidah yang bertentangan dengan hukum aslinya dan tidak dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Adapun cara berselawat kepada Nabi Shallallahu `alaihi wa Salla dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan dalam kitab ash-Shahihain (Sahih Bukhari dan Sahih Muslim), dari Ka`b bin `Ujrah radhiyallahu `Anhu,
“Bahwasanya ketika Nabi ditanya tentang cara berselawat kepadanya, ia menjawab, “Ucapkanlah, allaahumma shalli `alaa Muhammad wa `alaa Ali Muhammad kamaa shallaita `alaa Ibrahim wa `alaa Ali Ibrahim Inna-ka Hamiidun Majiid, Allaahumma Baarik `Alaa Muhammad wa `Alaa Ali Muhammad kamaa Baarakta `Alaa Ibrahim wa `alaa Ali Ibrahim Innaka Hamiidun Majiid (Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah berikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung).”
Atau hadits lain yang diriwayatkan secara sahih dari Nabi Sallallahu `alaihi wa Sallam. Tidak ada waktu khusus untuk melafalkannya, tetapi selawat dibaca pada tasyahud awal dan akhir, ketika mendengar atau membaca namanya atau ketika namanya Shallallahi `alaihi wa Sallam disebut.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.