Pertama: Seorang khalifah (pembantu mursyid) tarekat mengatakan, " Saya tidak melihat sesuatu dengan mata saya, tetapi setiap kali saya katakan kepada Syaikh bahwa saya tidak melihat apa-apa, beliau malah mengatakan, "Bagaimana kamu mengingkari musyahadah (persaksian dengan hati)? Dalam penyelidikan saya dan dalam istikharah nuraniah saya, dinyatakan bahwa engkau bisa melihat semua hal itu."
Beliau tetap bersikeras dan memaksa saya untuk menjelaskan hal itu kepada orang-orang pada saat beliau hadir. Ketika beliau tidak ada, saya tidak menjelaskan apapun tentang musyahadah saya, karena saya takut kepada Allah Tuhan semesta alam dan saya memang sama sekali tidak tahu sedikitpun tentang syauq (kerinduan) dan rida.
Kedua: Beberapa tahun lalu menurut penyelidikan Syaikh tersebut, ada seorang pengikutnya yang sering melihat mimpi yang benar, dan sering melihat Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika dia menjelaskan musyahadah yang dia alami di depan Syaikh, dia dengan penyelidikannya membenarkan musyahadah tersebut, tetapi tidak lama kemudian ketika pengikutnya tersebut mengingkari musyahadah dan mimpinya, Syaikh mengatakan, Saya katakan berdasar penyelidikan, orang ini telah menjadi munafik dan tertolak".
Syaikh juga mengatakan di atas mimbar bahwa orang tersebut akan mati karena sakit kanker hati. Orang itu masih hidup sampai sekarang dan mempunyai beberapa anak. Itulah kenyataan tentang penyelidikan Syaikh, istikharah nuraniah, firasat dan musyahadahnya yang hanya merupakan sekumpulan hal-hal yang kontradiktif, kebohongan dan tipu daya.
Pemaksaan Syaikh terhadap khalifahnya untuk menjelaskan kepada orang-orang tentang musyahadah-musyahadah yang tidak dilihat oleh khalifah tersebut adalah sebuah kebatilan, kebohongan, dan pengelabuan kepada orang-orang yang lemah iman demi menyesatkan mereka ke dalam keyakinan yang salah. Demikian juga kebohongannya kepada seorang pengikutnya bahwa dia akan mati akibat kanker hati karena telah mengingkari musyahadah, semua itu adalah kebohongan dan tipuan kepada manusia.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.