Fatwa Ulama
Fatwa Ulama oleh al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'

menghukum hal-hal yang terbesit dalam hati

2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Menghukum Hal-hal Yang Terbesit Dalam Hati

Pertanyaan

Apakah sesorang dihisab atas sesuatu yang tebersit dalam hatinya?

Jawaban

Allah maha lembut dan kasih sayang kepada para hamba. Di antara kasih sayang Allah adalah Dia tidak membebani seseorang sesuatu yang tidak mampu dijalankannya. Allah tidak menghukum manusia karena apa yang terlintas di dalam dirinya, berdasarkan hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu (semoga Allah meridhainya) bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda ,

إن الله تجاوز لأمتي عما حدثت به أنفسها ما لم تكلم أو تعمل به

“Sesungguhnya Allah memaafkan bagi umatku apa yang tebersit (terlintas) dalam jiwanya (hatinya) selama mereka tidak mengucapkan atau mengerjakannya.”

Di dalam kitab (Al-Musnad) al-Imam Ahmad berkata: Affan meriwayatkan kepada kami, dari Abdurrahman bin Ibrahim dari `Ala’ bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah, ia berkata: ketika ayat berikut turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 284)

maka sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasakannya berat. Kemudian mereka mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: Rasulullah, kami dibebani dengan perintah yang mampu kami emban: salat, puasa, jihad, dan sedekah lalu ayat ini diturunkan tetapi kami tidak mampu menjalankannya, maka Rasulullah bersabda,

أتريدون أن تقولوا كما قال أهل الكتابين من قبلكم: سمعنا وعصينا؟ بل قولوا: سمعنا وأطعنا غفرانك ربنا وإليك المصير

“Apakah kamu ingin berkata sebagaimana yang telah dikatakan oleh ahli kitab sebelum kamu: “Kami dengar dan kami durhaka?” Katakanlah: “Kami dengar dan kami taat, Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Ketika kaum telah menerima dan tidak ada protes, Allah pun menurunkan ayat selanjutnya,

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْـزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan hanya kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 285)

Ketika mereka telah melakukannya dengan baik, Allah mengganti ayat tersebut dengan ayat Allah yang lain,

لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Oleh:
al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'