Fatwa Ulama
Fatwa Ulama oleh al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'

klaim bahwa muslim adalah orang yang berserah diri meski seorang yahudi

2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Klaim Bahwa Muslim Adalah Orang Yang Berserah Diri Meski Seorang Yahudi

Pertanyaan

Saya mohon Anda untuk memberikan bantahan terhadap seorang Muslim yang mengatakan, " Seorang Muslim adalah orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah." Namun maksud dari perkataannya ini adalah bahwa orang Nasrani dan Yahudi bisa saja menjadi Muslim, lalu dia mengatakan, "Seorang Muslim itu adalah orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah."

Jawaban

Ayat yang mulia berikut ini dan al-Quran seluruhnya mulia menggabungkan dua rukun agar suatu amal diterima, yaitu:

1. Ikhlas, yaitu arti dari aslama (menyerahkan diri) dalam firman Allah Ta`ala,

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 112)

Jadi, ibadah hanya untuk Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya.

2- Mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala,

وَهُوَ مُحْسِنٌ

“Sedang ia berbuat kebajikan.” (QS. Al-Baqarah: 112)

yakni mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi, Allah tidak disembah kecuali dengan apa yang telah disyariatkan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Karena itu, amalan orang Yahudi dan Nasrani walaupun -seandainya- didasari ikhlas kepada Allah Ta`ala tidaklah diterima, karena rukun ke dua tidak terpenuhi yaitu mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi dan rasul yang syariatnya menghapus semua syariat dan agama sebelumnya. Beliau adalah penutup para nabi dan rasul, dan beliau diutus kepada semua manusia.

Setiap orang yang tidak menyembah Allah setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus nabi dan rasul, dengan beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak beramal dengan syariatnya maka bukanlah seorang Muslim. Barangsiapa tidak beriman dengan hal itu, maka Allah telah berfirman tentang balasannya,

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan , lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. AL-Furqaan: 23)

Dan (Allah) Subhanahu berfirman,

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’aam: 88)

Dan (Allah) Subhanahu berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-‘Imraan: 31)

Itulah makna ayat mulia di atas, berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh para ahli tafsir, di antaranya Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Ibnu Taimiyah dalam Fatawa (jilid 2 hal 430-431), (jilid 13 hal 469), (jilid 28 hal 174 -175) dan dalam kitabnya juga Qa`idah Jalilah fi at- Tawassul wa al-Wasilah, hal: 41.

Dengan ini, Anda mengerti kesalahan yang dikatakan oleh orang-orang yang Anda sebutkan itu, dan bahwa perkataan mereka termasuk menafsirkan firman Allah dengan makna yang tidak dimaksudkan olehnya, dan menafsirkannya secara salah, serta menyimpang dari maknanya.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Oleh:
al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'