Tidak boleh bagi seorang perempuan masuk masjid sedangkan dia dalam keadaan haid atau nifas. Dasar hukumnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu `anha, dia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang, sementara pintu-pintu rumah sahabat beliau terbuka dan bersambungan dengan masjid. Maka beliau bersabda, “”Arahkanlah pintu-pintu rumah kalian ke selain arah masjid!” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke masjid, dan para sahabat belum melakukan apa-apa dengan harapan ada wahyu turun yang memberi keringanan kepada mereka. Maka beliau keluar menemui mereka seraya bersabda,”Arahkanlah pintu-pintu rumah kalian ke selain arah masjid, karena sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid ini untuk perempuan haid dan orang yang berjunub” (HR. Abu Dawud)
Dan diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu `anha, dia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke pintu gerbang masjid lalu menyeru dengan suara yang lantang, “Sesungguhnya masjid ini tidak halal untuk perempuan haid dan orang yang junub” (HR. Ibnu Majah)
Kedua hadits ini mengisyaratkan haramnya orang yang junub dan haid untuk menetap di dalam masjid. Adapun sekedar lewat, tidak mengapa, sekiranya ada keperluan penting, dan aman dari menajiskan masjid berdasarkan firman Allah Ta’ala,
“jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja” (QS. An-Nisa’ : 43)
Dan perempuan haid termasuk ke dalam makna junub, karena Rasulullah menyuruh Aisyah mengambilkan keperluannya di dalam masjid sedangkan dia haid.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.