Apabila lelaki tersebut telah melangsungkan akad nikah yang diakui syariat pada perempuan tersebut, walaupun belum menggaulinya, maka dia telah menjadi istrinya. Dan perempuan tersebut berstatus hukum sebagai istri yang belum digauli, sehingga apabila dicerai maka dia hanya berhak mendapatkan setengah mahar dan tidak ada masa iddah yang harus dijalaninya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
” Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafanmu itu lebih dekat kepada takwa” (QS. Al-Baqarah: 237)
Dan firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-kali mereka tidak wajib ber`iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya.” (QS. Al-Ahzab: 49)
Apabila sang suami meninggal dunia sebelum menggaulinya dan dia tidak mencerainya, maka sang istri berhak mendapatkan mahar penuh, beriddah dengan iddah kematian dan mendapatkan warisan dari harta peninggalan sang suami.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.