Kewajiban seorang muslim adalah meyakini ketentuan dan takdir, sesuatu yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan sesuatu yang tidak dikendaki-Nya pasti tidak akan terjadi, dan segala sesuatu telah diciptakan, diketahui dan ditentukan Allah serta ajal manusia melewati beberapa tahap, yiatu:
Pertama, ditulis di Lauhul Mahfudh. Kedua, dalam proses peniupan ruh, yaitu saat kehamilan. Ketiga, pada saat lailatul qodar.
Ajal itu sesuai dengan yang tertulis di Lauh Mahfudh. Perkataan seorang guru bahwa kematian manusia akibat kecelakaan menyalahi ketentuan ajal adalah tidak benar.
Pembunuhan seseorang karena kesalahan atau kesengajaan tidak meniadakan takdir, tetapi Allah Jalla Sya’nuhu yang mentakdirkan segala sesuatu, baik pembunuhan atau lainnya. Orang yang terbunuh juga karena takdir Allah, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu,
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (QS. Al-Hadid: 22)
Dan (Allah) Subhanahu berfirman,
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)
Dan (Allah) Subhanahu berfirman,
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh)? Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
Dalam ash Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dari Ibnu Mas`ud Radhiyallahu `Anhu dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, bahwasanya ia bersabda,
“Sesungguhnya ketika janin masih di dalam kandungan ibunya telah ditulis (ditentukan) rejekinya , ajalnya (waktu kematiannya), amalnya, dan nasibnya, baik celaka atau bahagia.”
Dan di dalam Sahih Muslim dari Abdullah bin `Amr bin al `Ash Radhiyallahu `Anhuma dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, bahwasanya ia bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mencatat takdir setiap makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, dan Arsy-Nya di atas air.”
Ayat-ayat dan hadits-hadits yang menetapkan takdir sangat banyak. Maknanya telah disepakati oleh ulama Ahlussunnah tetapi ditentang oleh Muktazilah, termasuk ar-Rafidhah. Semoga mereka diperlakukan Allah secara semestinya.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.