Sesungguhnya hanya Allah Ta`ala yang tidak diserang rasa kantuk dan tidur. Hanya Dia yang dapat mendengar doa manusia di mana pun mereka berada, dan memahami bahasa apa pun yang mereka gunakan. Bahkan Allah juga yang mengabulkan doa yang mereka sampaikan dalam kondisi apa pun, baik mereka adalah makhluk yang berakal atau bukan.
Hanya Dia yang dapat mendatangkan keburukan dan mendatangkan kebaikan secara hakiki. Adapun yang terjadi karena selain Dia, maka itu karena Allah memberi sebab-sebab pada hamba-Nya dan membuat mereka mampu melakukan hal tersebut berkat taufik dari-Nya.
Dia juga yang membuat akibat atau efek dari perbuatan itu. Seorang dokter, misalnya, dapat mendiagnosa penyakit dan menentukan obatnya berkat taufik dari Allah, lalu Allahlah yang memberikan kesembuhan.
Petani juga dapat membajak tanah, menebar benih, serta mengairinya dengan bimbingan dan taufik dari Allah. Namun Allahlah yang menetapkan hasilnya, mewujudkan akibatnya dengan menumbuhkan tanaman dan pepohonan, serta memunculkan biji dan buah-buahan. Masih banyak contoh lain dalam hal ini.
1. Berdasarkan hal di atas, maka tidak ada siapa pun selain Allah yang dapat menghapuskan kesulitan secara hakiki, meskipun terkadang ada orang yang dijadikan sebagai sebab bagi hal tersebut, seperti dokter dan petani.
Sehingga pada hakikatnya yang menghapuskan kesulitan adalah Allah, melalui sebab makhluk, dengan taufik dari-Nya. Tidak ada satu pun selain Allah yang mendengar doa seseorang dari jarak jauh lalu mengabulkannya.
Demikian pula dengan jenazah (di dalam kuburan) tidak dapat mendengar seseorang yang berdoa dan memohon kepadanya. Seandainya pun selain Allah itu dapat mendengarnya, niscaya dia tidak akan mampu untuk mengabulkannya. Allah Ta’ala berfirman,
“Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.(13) Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir : 13-14)
2. Tidak ada seorang pun yang mengetahui seluruh bahasa makhluk kecuali Allah, sehingga tidak ada satu makhluk pun yang dapat mendengar permintaan semua orang dan memahami apa yang mereka katakan, apalagi mengabulkan permintaan mereka.
3. Seandainya ada selain Allah yang mengetahui semua bahasa manusia di dunia ini–yang memang mustahil terjadi–, maka dia tidak akan mampu mendengar seluruh doa mereka jika mereka disampaikan dalam satu waktu, apalagi merealisasikannya dalam satu waktu juga, dengan perbedaan kebutuhan mereka dan jauhnya tempat masing-masing.
4. Manusia dan makhluk apa pun tidak mampu setiap saat mendengarkan permintaan semua orang dan mengabulkannya, karena tabiat manusia adalah lupa, lalai, lemah, dan (perlu) tidur, sedangkan kebutuhan, permintaan, dan doa akan terus datang. Dengan demikian, tidak ada yang mampu merealisasikan semuanya kecuali Dzat Yang Mahahidup, tidak pernah mengantuk, dan tidak pernah tidur.
5. Tidak ada satu pun yang mengetahui permintaan atau keperluan di dalam hati seseorang kecuali Allah. Oleh karena itu, tidak mungkin selain Allah Ta`ala dapat mewujudkan keinginan manusia, jika tidak berdoa dengan lisan secara langsung.
6, 7, 8, 9, 10. Dari penjelasan di atas, jelas pula bahwa tidak ada yang dapat menghapuskan kesulitan secara hakiki kecuali Allah, dan tidak ada yang memberikan kebaikan secara hakiki kecuali Allah.
Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus : 106-107)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.