Tidak boleh menaati makhluk apapun dalam bermaksiat kepada Allah, baik itu seorang syekh atau lainnya. Dasarnya adalah sabda Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam,
“Tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Sang Pencipta.” (HR. Ahmad dan Hakim)
Juga sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,
“Sesungguhnya kepatuhan itu hanya dalam hal kebajikan.” (Muttafaq `Alaih)
Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam. Seorang Muslim tidak boleh meninggalkannya tanpa ada uzur syar`i, seperti sakit atau dalam perjalanan dengan syarat meng-qadha. Ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
“Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari- hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Anda tidak boleh mengikuti salah satu syekh kecuali apabila dia paham Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya Shallallahu `Alaihi wa Sallam dan istiqamah dalam ketaatan kepada Allah. Adapun para syekh yang sesat dan rusak akalnya dari kalangan sufi dan kelompok lainnya, maka harus dihindari dan diwaspadai keburukannya.
Sebab, ketaatan mereka dalam menghalalkan yang Allah haramkan dan mengharamkan yang Allah halalkan termasuk dalam perbuatan menjadikan tuhan selain Allah. Allah Ta’ala telah berfirman berkenaan dengan kaum Yahudi dan Nasrani,
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.” (QS. At-Taubah: 31)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.