Bercampurnya lelaki dan perempuan yang bukan mahram dan perbuatan kaum perempuan yang membuka wajah dan sebagian tubuh mereka merupakan perbuatan mungkar yang tidak boleh dilakukan. Allah dan Rasul-Nya, Muhammad, shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan agar para isteri dan anaknya serta para perempuan kaum mukminin untuk memakai hijab. Allah Ta’ala berfirman
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Allah juga berfirman,
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-Ahzab: 53)
Dan diriwayatkan dalam hadis sahih dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda,
“Tiada seorang lelaki berduaan bersama seorang perempuan melainkan yang ketiganya adalah syaitan.”
Beliau juga bersabda,
“Janganlah seorang lelaki bermalam di rumah seorang wanita kecuali jika ia adalah suami atau mahram.”
Segenap keluarga wajib saling membantu untuk melaksanakan perintah Allah hingga mereka menjadi kaum mukminin sejati. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)
Allah juga berfirman,
“Dan tidaklah patut bagi lelaki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.