Fatwa Ulama
Fatwa Ulama oleh al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'

anggapan bahwa rasul berbicara ketika dilahirkan

2 tahun yang lalu
baca 2 menit
Anggapan Bahwa Rasul Berbicara Ketika Dilahirkan

Pertanyaan

Seorang berdiri di atas mimbar dan berkata dalam khutbah Jumatnya, "Ketika Nabi pilihan shallallahu `alaihi wa sallam dilahirkan, beliau berbicara ketika keluar dari rahim ibunya, tetapi saya tidak ingat apa yang dikatakan". Lalu khatib tadi mengatakan, "Ketika ibunda Nabi hamil pada bulan pertama Nabi Adam `alaihi as-salam memberi kabar gembira bahwa Muhammad nabi umat ini. Pada bulan kedua Nabi Nuh `alaihi wa salam datang. Lalu bulan ketiga Nabi Idris, pada bulan keempat Nabi Hud, bulan kelima Nabi Saleh, bulan ke enam Nabi Ibrahim, bulan ketujuh Nabi Ismail, bulan ke delapan Nabi Musa, dan bulan kesembilan Nabi Isa `alaihim wa 'ala nabiyina ash-shalatu wa as-salam. Kemudian khatib tersebut berbicara panjang lebar tentang tema ini. Khatib tersebut berbicara tentang ibunda Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam lebih dari satu kali, Aminah binti Wahb radhiyallahu `anha, apakah ia seorang mukminah?

Jawaban

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang anak yang dilahirkan dari bapak dan ibu sebagaimana manusia lainnya. Tidak ada keterangan yang jelas apakah beliau berbicara ketika dalam kandungan.

Jika ada cerita tentang hal itu maka cerita itu adalah berita bohong dan tuduhan. Demikian juga tentang kedatangan para nabi kepada Ibunda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya adalah kebohongan dan perbuatan batil.

Para Nabi `alaihim ash-shalatu wa as-salam telah diambil perjanjian oleh Allah bahwa Muhammad shallaallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk membenarkan apa yang dibawa, dan para nabi telah mengambil perjanjian terhadap kaumnya tentang hal yang serupa, sebagaimana difirmankan oleh (Allah) Ta’ala,

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersamamu”.” (QS. Ali-Imran: 81)

Dan yang memberi kabar gembira terakhir tentang kedatangan Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi Isa putera Maryam `alaihi as-salam sebagaimana dalam firman-Nya,

وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ

“Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash-Shaf: 6)

Dan ibunda Nabi shallallahu `alaihi wa sallam meninggal dan tidak menyaksikan Muhammad diutus sebagai rasul.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta izin untuk berziarah ke kubur ibunya dan beliau diizinkan, dan meminta izin untuk memohonkan ampunan bagi ibundanya tetapi tidak diperkenankan.

Hal ini menunjukkan bahwa ibuda Rasulullah shallahu `alaihi wa sallam meninggal tidak dalam keadaan beragama Islam. Allah Subhanahu lebih mengetahui.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Oleh:
al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'