Fatwa Ulama
Fatwa Ulama oleh al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'

amalan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh anak-anak orang yang sakit

2 tahun yang lalu
baca 3 menit
Amalan Yang Dianjurkan Untuk Dilakukan Oleh Anak-anak Orang Yang Sakit

Pertanyaan

Kami memiliki seorang ayah yang sudah lanjut usia. Allah mencobanya dengan penyakit stroke sejak 1,5 tahun lalu. Dia terbaring di atas kasurnya, tidak berbicara dan tidak pula dapat bergerak, melainkan hanya memandang kami dengan kedua matanya. Kami pun tidak tahu apakah dia masih mengenali kali atau tidak. Selama ini dia hanya terbaring di rumah sakit. Dia ditemani seorang perawat pria yang kami minta dan kami sendiri pun selalu menemaninya. Kami senantiasa merawatnya dan membalik tubuhnya setiap dua jam. Alhamdulillah, penampilannya memancarkan cahaya dan menyiratkan kebahagiaan. Ayah kami, semoga Allah menyembuhkan penyakitnya, selama hidupnya merupakan seorang yang baik dan taat beragama. Dia rajin membaca al-Quran dan dikenal tidak pernah berbuat kemungkaran. Semua orang mengetahui hal itu. Dia juga mengajarkan agama kepada kami, dan ini alhamdulillah, sehingga agama ini lebih berharga bagi kami dibandingkan jiwa dan anak-anak kami serta dibandingkan segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini. Kami melakukan segala upaya untuk mengobatinya, namun tidak membawa hasil. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Pertanyaannya: 1. Adakah ayat al-Quran dan hadis yang membahas tentang cobaan semacam yang diderita seorang hamba yang mukmin yang lemah dan taat beribadah sepanjang hayatnya ini, yang menyebabkannya sama sekali tidak bisa beribadah selama masa sakitnya? 2. Adakah yang dapat kami lakukan untuk kami persembahkan kepadanya selama dia masih hidup, baik itu salat, doa dan membaca al-Quran? Dan amalan apa yang bisa kami persembahkan untuk ayah dan ibu kami yang telah wafat 30 tahun silam? Kami berhadap jawabannya meyakinkan dan bermanfaat. Semoga Allah membalas Anda dengan sebaik-baik balasan. 3. Kami mengajukan permohonan mendapat seorang perawat pria yang muslim, namun yang datang kepada kami adalah seorang perawat pria non-muslim. Kami sebenarnya ingin mengembalikannya, namun kami melihatnya begitu baik dan telaten merawat ayah kami, sehingga kami mempertahankannya untuk terus merawat ayah dan kami berusaha mengislamkannya. Apakah boleh tetap menggunakan jasanya, dan apa nasihat Anda mengenai hal ini? 4. Pada bulan suci Ramadan yang lalu, kami bertanya kepada beberapa syekh tentang apa yang harus kami lakukan untuk ayah kami, namun kami tidak mendapatkan fatwa yang betul-betul didasarkan dalil-dalil yang sahih. Akhirnya kami memberikan makanan kepada seorang miskin untuk setiap harinya. Kami membagikan beras dan kurma, kira-kira 1 kg beras dan sedikit kurma, untuk setiap harinya kepada beberapa orang miskin yang berbeda-beda. Apa yang wajib kami lakukan? Mengingat bahwa ayah kami tidak melakukan amalan ibadah sama sekali, karena dia tidak mampu melakukannya dan akalnya tidak jalan. Dia hanya memandang kami saja. Kami takut kalau dia mengenal kami atau tahu apa yang wajib untuknya, lalu dia tidak senang dan tidak rela dengan kondisinya ini. Allahu a`lam. Hanya saja para dokter mengatakan bahwa dia kehilangan kesadaran. Begitu juga kami membiarkan jenggotnya seperti yang menjadi kebiasaannya tanpa kami potong sedikitpun. Apakah kami perlu menipiskan jenggotnya atau membiarkannya sebagaimana adanya? 5. Ketika kami merenungi kondisinya saat kami salat, tidur, di rumah, kerja, atau di manapun, kami menyalahkan diri kami dan berkata, "Apa yang harus kami perbuat? Musibah apa yang telah menimpa ayah kami dan menimpa kami ini? Apa yang telah terjadi? Apakah karena dosa kami terlalu banyak sehingga ayah kami mengalami musibah ini, ataukah ini akibat dosa-dosanya? Hanya saja kami tahu dan orang-orang juga tahu bahwa dia adalah seorang yang baik sepanjang hidupnya. Kami berharap Anda berkenan menjelaskan masalah-masalah ini Semoga Allah memberikan pahala kepada Anda. Wassalamu`alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Jawaban

Pertama, sesungguhnya Allah Ta’ala akan memberi cobaan kepada manusia dalam kehidupan ini. Dia menguji mereka dengan keburukan dan kebaikan, sakit dan sehat, serta kesulitan dan kemudahan, agar tampak kesabaran orang yang sabar di antara mereka dan kesyukuran orang yang bersyukur di antara mereka, kemudian Dia akan memberikan balasan kepada mereka pada hari dikembalikan kelak. Allah Taala berfirman,

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Dan Allah Taala berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Kewajiban seorang muslim dalam kehidupan ini adalah bersabar dan berharap pahala dari Allah jika ditimpa hal yang tidak menyenangkan, dan memuji dan bersyukur kepada Allah jika mendapatkan kenikmatan, sesuai sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,

عجبًا لأمر المؤمن، إن أمره كله له خير، إن أصابته ضراء صبر فكان خيرًا له وإن أصابته سراء شكر فكان خيرًا له، وليس ذلك إلا للمؤمن

“Sungguh sangat mengagumkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya itu baik baginya. Jika ia ditimpa keburukan maka ia akan bersabar, sehingga hal ini baik baginya. Dan jika ia mendapatkan kebaikan maka ia bersyukur, sehingga ini juga baik baginya. Semua itu tidak ada kecuali pada diri orang mukmin.”

Kedua, amalan yang dianjurkan agama untuk Anda sekalian lakukan adalah: berdoa untuk ayah Anda agar diberi kesehatan, pengampunan dan husnulkhatimah, berdoa agar pahala dan ganjarannya diperbesar lantaran penyakit yang dideritanya, bersedekah semampu Anda, dan bersilaturahim kepada para kerabat ayah Anda. Hal serupa juga perlu Anda lakukan untuk ibu Anda yang telah wafat. Hendaklah Anda sekalian menunaikan wasiatnya. Anda sekalian juga harus bersabar merawat ayah Anda, dan hanya mengharap pahala dari Allah Jalla wa `Ala.

Ketiga, selama ayah Anda kehilangan kesadaran dan akalnya tidak dapat berfungsi dengan baik, maka dia tidak memiliki kewajiban untuk melakukan ibadah fisik sama sekali, baik itu puasa ataupun salat karena taklif agama itu terkait erat dengan akal.

Jika akal tidak berfungsi maka taklif agama juga gugur. Kami berharap semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesehatan kepada ayah Anda, memberinya kesembuhan, begitu juga memberikan kesabaran dan keikhlasan kepada Anda untuk merawatnya, dan memperbesar pahala Anda.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Oleh:
al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-'Ilmiah wal Ifta'