Ada seorang pemuda yang mempelajari agama hingga menjadi salah seorang ulama besar. Kemudian dia mendengar bahwa pernikahan kedua orang tuanya berlangsung dengan pembacaan shalawat al-Fatih.
Dan shalawat al-Fatih adalah "Allahumma shalli `ala Muhammad, al-Fatih lima ughliq, wal-Khatimu lima sabaq, Nashirul haq bil haq (Ya Allah, bersalawatlah kepada Muhammad, sang pembuka bagi hal-hal yang terkunci, penutup bagi yang telah lalu dan pembela kebenaran dengan kebenaran)".
Ketika mendengar berita ini, dia mengumpulkan para ulama dan orang-orang untuk memperbaiki akad nikah orang tuanya yang telah berlangsung lama itu. Apakah pemuda itu adalah anak dari ayahnya, atau bukan, baik pernikahan ayahnya tersebut berlangsung karena ketidaktahuan maupun berdasarkan Tarekat Tijaniyah yang diambil dari Ahmad at-Tijani.
Saya mohon Anda memberi fatwa kepada saya dalam permasalahan yang berat ini disertai dengan dalil-dalil, dan jawabannya dalam bentuk tertulis, agar permasalahan kami ini dapat terpecahkan. Terakhir, saya mohon Anda menjawab pertanyaan saya ini di awal bulan depan.
Demikian pertanyaan saya, dan Allah Sang Pemilik taufik dan Pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Saya berdoa semoga dengan rahmat dan kemurahan-Nya, Allah menyatukan kita di surga Firdaus, sesungguhnya Dia Maha Mengabulkan doa. Wassalamu`alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Apa yang Anda sebutkan, yaitu pembacaan salawat al-Fatih ketika akad nikah, tidaklah merusak akad tersebut, karena khutbah nikah sebelum berlangsungnya akad adalah disunnahkan. Khutbah nikah tersebut tidak termasuk dalam syarat sahnya nikah. Khutbah tersebut adalah khutbah al-Hajah (kebutuhan) yang berdasarkan pada hadis Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu, dia berkata,
علمنا رسول الله صلى الله عليه وسلم خطبة الحاجة: إن الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ به من شرور أنفسنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
” Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami Khutbah al-Hajah, yaitu, “Innal-hamda lillah, nahmaduhu wa nasta`inuhu wa na`udzu bihi min syururi anfusina, man yahdihillahu fa mudhilla lah, wa man yudhlil fala hadiya lah, wa asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan `abduhu wa rasuluhu (Sesungguhnya segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya dan berlindung kepada-Nya dari berbagai keburukan diri kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang membuatnya tersesat. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada pemberi petunjuk baginya. Dan saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70) niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.