Keterasingan. Sebuah perasaan yang wajar ketika seseorang menginjakkan kakinya ke suatu tempat yang tidak ia kenal. Tidak tahu dia apakah tempat itu aman baginya ataukah tidak. Dia sadar bahwa kemungkinan-kemungkinan buruk bisa saja terjadi di tempat yang asing baginya tersebut. Dan sangatlah wajar kalau dia akhirnya mencari cara untuk berlindung, sebagai bentuk usaha untuk menyelamatkan dirinya dari adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut. Suatu sikap reaksi yang manusiawi.
Akan tetapi, sebelum dia bertindak, sudah seharusnyalah bagi dia untuk mengenal dengan baik siapa yang akan melindunginya. Apakah dia memang mempunyai kemampuan untuk melindungi? Ataukah malah rasa ketakutan yang kian menjadi yang akan dia peroleh? Salah bertindak, fatal akibatnya! Tidak hanya di dunia bahkan juga di akhirat.
Meminta perlindungan adalah usaha pelarian dari hal-hal yang mengancam dan membinasakan, kepada sesuatu atau seseorang yang bisa memberikan rasa aman dan perlindungan dari hal-hal yang mengancam tadi.
Ditinjau dari sisi syar’I, maka meminta perlindungan atau istilah aslinya Al Istiadzah, adalah salah satu bentuk ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushilat 36)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
“Katakanlah (wahai Muhammad!), “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai waktu subuh.” (Al Falaq 1)
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah (wahai Muhammad!), “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai manusia” (An Nas 1)
Allah telah memerintahkan agar rasulNya yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta dan memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala. Maka meminta perlindungan ini adalah suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para hambanya. Dengan demikian, sesuatu yang merupakan bentuk peribadatan kepada Allah Ta’ala, pemalingannya kepada selain Allah adalah bentuk kesyirikan di dalam beribadah. Begitu juga barang siapa yang meminta perlindungan kepada selain Allah, maka dia telah melakukan kesyirikan di dalam beribadah, sebagaimana halnya seseorang yang sholat bukan untuk Allah Ta’ala. Tidak ada bedanya.
Seseorang yang meminta perlindungan kepada sesuatu, dia menyerahkan dirinya kepada sesuatu tersebut agar bisa melindunginya. Hatinya memiliki ketergantungan yang kuat kepada sesuatu tersebut. Tersimpan di hatinya bentuk keyakinan bahwa sesuatu tersebut bisa menolong dan melindunginya dari marabahaya yang mengancam. Ada semacam bentuk ketundukan terhadap sesuatu tersebut.
Keadaan seperti ini hanya boleh terjadi kalau sesuatu tersebut adalah Dzat Yang Maha Sempurna, Maha Berkuasa Akan Segala Sesuatu, Penguasa langit-langit dan bumi. Dzat Yang Mengatur alam semesta ini yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya kepada Dialah hati ini boleh tunduk. Hanya kepadaNyalah jiwa ini dipasrahkan untuk mendapatkan perlindungan yang nyata dan sempurna. Hanya Dialah saja yang mampu untuk mengenyahkan dan menghilangkan segala marabahaya yang mengancam keselamatan. Karena tidak ada yang terjadi di dunia ini, kecuali atas keinginan dan kehendakNya saja.
Akan tetapi kalau sesuatu tersebut adalah selain Allah, maka sungguh hati ini akan menjadi tawanannya. Terbelenggu oleh sesuatu yang pada hakikatnya lemah. Tunduk kepada sesuatu yang padahal dirinya dan sesuatu tersebut sama-sama makhluk Allah yang tak berdaya. Sungguh kasihan jiwa yang memasrahkan dirinya kepada sesuatu yang tak memiliki daya apa-apa.
Orang yang hatinya tunduk dan pasrah hanya kepada Allah Ta’ala saja, akan menjadi orang yang kuat. Karena dia percaya bahwa Rabbnya akan menolongnya kapan saja dia butuhkan. Di saat dia membutuhkan tempat berlindung, hatinya dipenuhi keyakinan bahwasanya Allah akan senantiasa melindungi dirinya. Karena itulah hatinya adalah hati yang kokoh.
Akan jauh berbeda jika hati ini berpaling dari Allah dan tunduk kepada selainNya. Selamanya hati ini akan lemah tak berdaya apa-apa. Akan selamanya menjadi tawanan yang tak berkuasa. Ketika rasa aman yang dia harapkan, ketika perlindungan yang dia dambakan, justru rasa ketakutan yang semakin menghujam dia dapatkan. Coba perhatikan firman Allah Ta’ala yang mengkisahkan jin yang bertutur tentang keadaan manusia,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada sebagian orang dari manusia meminta perlindungan kepada sebagian dari kalangan jin, maka jin-jin tersebut justru menambahkan rasa takut yang sangat kepada mereka” (Al Jin 6)
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini: “Dahulu kami (para jin) berpandangan bahwasanya kami memiliki keutamaan dibanding manusia. Hal ini disebabkan mereka meminta perlindungan kepada kami. Kalau mereka singgah di satu lembah atau tempat yang asing di suatu daratan atau yang lainnya –sebagaimana ini adalah adat bangsa Arab ketika zaman jahiliyah- mereka meminta perlindungan kepada penguasa tempat tersebut dari kalangan jin agar tidak menimpakan kepada mereka suatu musibah buruk sebagaimana kalau salah seorang dari mereka masuk ke negeri musuh dengan perlindungan dari salah seorang pembesar di situ. Ketika jin melihat manusia meminta perlindungan kepada mereka karena rasa takut mereka, maka mereka tambahkan rasa takut tersebut kepada mereka. Sehingga rasa takut tersebut semakin hebat dan mereka semakin butuh untuk berlindung kepada para jin tersebut.”
Perhatikanlah bagaimana ketika seseorang memalingkan hatinya dari Allah! Perhatikanlah apa yang terjadi ketika dia meminta perlindungan dari selain Allah! Bukan rasa aman yang dia dapatkan, melainkan semakin dahsyatnya ketakutan yang ada pada dirinya yang menyebabkan semakin besar ketergantungan yang ada pada dirinya kepada sesuatu selain Allah tersebut.
Ayat di atas menunjukkan bahwasanya meminta perlindungan kepada jin adalah haram. Karena yang demikian tidak memberi manfa’at kepada yang meminta perlindungan. Bahkan menambah rasa takut pada dirinya. Maka dia pun mendapatkan akibat yang berlawanan dari maksudnya.
Sebenarnya, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri sudah mengajarkan umatnya apa yang harus mereka lakukan ketika singgah di satu tempat.
Dari Khaulah binti Hakim radhiallahu ‘anha berkata, “Aku mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barang siapa yang mendatangi suatu tempat, kemudian dia berkata,
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung kepada kalam-kalamnya Allah dari kejahatan apa-apa yang diciptakanNya.”
Maka tidak akan ada satupun yang membahayakan dirinya sampai dia beranjak dari tempat tersebut.” (HR. Muslim)
Allah syariatkan kepada hambaNya melalui lisan rasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berlindung kepadaNya dan juga kepada nama-namaNya dan sifat-sifatNya sebagai ganti dari apa yang telah dilakukan oleh kaum jahiliyah yaitu meminta perlindungan dari jin.
Di sini kita dibimbing oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita meminta perlindungan dari salah satu sifat Allah yaitu kalamNya. Karena kalam Allah dan sifat-sifat Allah yang lain bukanlah makhluk. Al Imam Ahmad menyatakan bahwa tidak boleh meminta perlindungan kepada makhluk. Bahkan merupakan kesepakatan ulama Ahlus Sunnah bahwasanya meminta perlindungan kepada makhluk adalah kesyirikan.
Memang di sini ada sesuatu yang perlu dirinci. Yaitu pada permasalahan meminta perlindungan kepada makhluk. Jika meminta perlindungan kepada makhluk dari hal-hal makhluk tidak memiliki kuasa atasnya, maka ini adalah syirik. Seseorang meminta perlindungan dari kejahatan jin misalnya. Tidak ada yang mampu untuk melindungi seseorang dari kejahatan jin, kecuali Allah Ta’ala. Maka ketika ada yang meminta perlindungan kepada selain Allah dari gangguan jin dan syaitan, maka pada saat itu dia jatuh kepada kesyirikan.
Adapun kalau dia meminta perlindungan kepada makhluk dari hal-hal yang bisa diatasi oleh makhluk tersebut, maka ini dibolehkan. Seseorang meminta perlindungan kepada aparat keamanan karena jiwa dan hartanya terancam misalnya. Maka yang demikian adalah hal yang dibolehkan. Karena ini adalah sesuatu yang mampu untuk dilakukan. Hanya saja yang perlu diwaspadai, jangan sampai hati kita menjadi memiliki bentuk ketergantungan kepada selain Allah. Walaupun pada kasus-kasus tertentu kita dibolehkan untuk meminta perlindungan kepada selain Allah kalau yang dimintakan perlindungan mampu untuk melakukannya, akan tetapi perlu untuk disadari bahwasanya perlindungan yang dilakukan oleh makhluk tersebut adalah hanya sebatas kepada sebab dan perantara saja. Adapun pada hakikatnya, Allah lah yang telah melindunginya. Dengan adanya keyakinan ini, hati kita tidak akan lepas dari ketundukan dan kepasrahan hanya kepada Allah semata.
Mudah-mudahan dengan penjelasan yang singkat ini, menjadi pedoman bagi kita di saat bertindak. Di saat kita memerlukan suatu bentuk perlindungan, kita sudah tahu kepada siapa kita harus meminta, dan kepada siapa kita hati ini kita pasrahkan. Wallahu Ta’ala a’lam
Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin.
Buletin Risalah Tauhid
http://mimbarislami.or.id/?module=artikel&action=detail&arid=124