Darussalaf
Darussalaf oleh Administrator

wirid rutin harian sebagai perlindungan dari penyakit (tuntunan islam menghadapi wabah virus corona & lainnya bagian 6)

5 tahun yang lalu
baca 14 menit
Wirid Rutin Harian Sebagai Perlindungan dari Penyakit (Tuntunan Islam Menghadapi Wabah Virus Corona & Lainnya Bagian 6)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Pada artikel yang lalu, telah kita bahas beberapa doa yang mengandung permohonan perlindungan dari berbagai penyakit dan keburukan. Selain memperbanyak doa-doa tersebut pada waktu-waktu yang mustajab dan di banyak waktu kita, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan beberapa zikir dan doa yang dibaca secara rutin setiap hari, yang bermanfaat sebagai perlindungan dari berbagai penyakit dan keburukan.

Tak lupa kami mengingatkan, sebagaimana telah diulang-ulang pada artikel sebelumnya, hendaknya ketika membaca zikir-zikir dan doa-doa disertai dengan kalbu yang khusyuk dan memahami maknanya.

Di antara bacaan-bacaan yang sebaiknya jangan sampai terlupa untuk dibaca adalah:

1. Membaca ayat kursi sebanyak satu kali ketika pagi dan sore hari.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ  لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ  يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada ilah (sembahan) yang haq (benar) kecuali Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak pula tidur. Milik-Nya segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin dari-Nya. Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu-Nya melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.” (al-Baqarah: 255)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan dalam sunnah taqririyah beliau (dalam konteks kisah ini berupa pembenaran) ketika jin berkata kepada Ubay bin Ka’ab tentang Ayat Kursi,

مَنْ قَالَهَا حِينَ يُمسِي أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُمْسِيَ. فلَمَّا أَصْبَحَ أتَى رَسُولُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ: صَدَقَ الْخَبِيثُ.

 “Barang siapa membacanya (ayat kursi) pada pagi hari, dia akan dilindungi dari (gangguan) kami (para jin) sampai sore. Barang siapa membacanya pada sore hari, akan dilindungi dari (gangguan) kami (para jin) hingga pagi.”  

Esoknya, Ubay mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam seraya menyebutkan kisahnya semalam, maka beliau besabda, “Makhluk khabis itu telah benar.” (Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 662)

  • Selain itu, ayat kursi juga disyariatkan dibaca setiap selesai shalat fardu.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ

Barang siapa membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya untuk masuk surga kecuali kematian.”  (HR. an-Nasai dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah no. 182, dari sahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Muqbil dalam ash-Shahih al-Musnad Mimma Laisa fi ash-Shahihain jilid 1 hlm. 408 no. 478)

Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menceritakan, “Sampai berita kepadaku bahwa guru kami, Abul Abbas Ibnu Taimiyah (Syaikhul Islam) mengatakan, ‘Aku tidak pernah meninggalkan membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat (fardhu).’” (Zad al-Ma’ad 1/304)

  • Ayat Kursi juga disyariatkan dibaca setiap akan tidur.

Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sunnah taqririyah beliau (dalam konteks kisah ini berupa pembenaran) ketika setan berkata kepada Abu Hurairah radhiyallahu anhu,

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، ذَاكَ شَيْطَانٌ

“Apabila kamu menuju pembaringanmu, bacalah Ayat Kursi; niscaya kamu akan senantiasa bersama penjaga dari Allah dan setan tidak akan mendekatimu sampai datang waktu pagi.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Dia benar meski dia adalah seorang pendusta. Dia adalah setan.” (HR. al-Bukhari no. 3275)

Kesimpulan

Ayat kursi disyariatkan dibaca setiap pagi dan sore, setiap selesai shalat waijb, dan sebelum tidur; dengan keutamaan masing-masing sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits di atas.

2. Membaca surah al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ۞ اللَّهُ الصَّمَدُ ۞ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ۞ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ۞

Katakanlah, “Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ۞ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ۞ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ۞ وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ ۞ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ۞

Katakanlah, “Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai waktu subuh, dari kejahatan makhluk-makhluk-Nya, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang meniup buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki ketika dia mendengki.”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ۞ مَلِكِ النَّاسِ ۞ إِلَٰهِ النَّاسِ ۞ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ۞ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ۞ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ۞

Katakanlah, “Aku berlidung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia, dari kalangan jin dan manusia.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

قُلْ: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} وَالمُعَوِّذَتَيْنِ حَينِ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

“Bacalah surah al-Ikhlas dan al-mu’awwidzatain (surah al-Falaq dan surah an-Nas) tiga kali ketika sore dan tiga kali ketika pagi; niscaya akan mencukupimu dari segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud no. 5082. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud no. 5082)

Makna ketiga surat tersebut akan mencukupimu dari segala sesuatu” adalah melindungimu dari segala macam keburukan (termasuk penyakit, -pent.) (Lihat ‘Aunul Ma’bud ‘ala Syarhi Sunan Abi Dawud hlm. 2317)

Baca juga:

Bagian 1: Hanya kepada Allah Kita Berserah Diri

Bagian 2: Di Antara Sebab Wabah & Musibah Adalah Dosa & Maksiat

Bagian 3: Bencana Bukan Akibat Dosa?

Bagian 4: Pentingnya Doa dalam Menghadapi Wabah Penyakit

Bagian 5: Memperbanyak Doa Meminta Perlindungan dari Segala Penyakit 

3. Ketika pagi dan petang hari membaca doa ini sebanyak tiga kali:

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

BISMILLAHIL LADZII LAA YADHURRU MA’AS MIHII SYAI`UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’I WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM.

“Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang ada di bumi dan di langit yang bisa memudaratkan, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَن قَالَ: بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ؛ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُصْبِحَ، ومَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حَتَّى يُمْسِيَ

Barang siapa mengucapkan BISMILLAHIL LADZII LAA YADHURRU MA’AS MIHII SYAI`UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’I WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM tiga kali (ketika sore), tidak akan menimpanya wabah atau bencana hingga pagi. Barang siapa mengucapkannya ketika pagi, tidak akan menimpanya wabah atau bencana hingga sore.” (HR. Abu Dawud no. 5088, dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh Muqbil dalam ash-Shahih al-Musnad Mimma Laisa fi ash-Shahihain jilid 2 hlm. 10 no. 910)

Suatu ketika, salah seorang perawi hadits yang bernama Aban bin Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayah al-Qurasyi al-Umawi (putra Utsman bin Affan) tiba-tiba terkena suatu penyakit yang menyebabkan lumpuh separuh badan. Salah seorang yang pernah mendengar hadits di atas dari Aban bin Utsman melihat Aban dengan pandangan keheranan.

Mengetahui yang demikian, Aban menjelaskan, “Mengapa engkau melihatku (dengan pandangan seperti itu)? Sungguh, demi Allah, aku tidaklah berdusta atas nama Utsman bin Affan (yang menyampaikan hadits tersebut kepada Aban). Demikian pula Utsman sekali-kali tidak bedusta atas nama Nabi. Akan tetapi, (penyakit) yang menimpaku ini karena aku diliputi amarah (akibat sesuatu) sehingga membuatku lupa mengucapkan doa tersebut.”

4. Ketika sore hari membaca doa ini sebanyak tiga kali:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

A’UUDZU BI KALIMAATILLAAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHALAQ.

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah (kalamullah) Yang Sempurna, dari kejahatan makhluk yang telah Dia ciptakan.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ: أَعُوذُ بِكَلمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ؛ لَمْ يَضُرَّهُ حُمَّةٌ تِلْكَ اللَّيْلةَ

“Barang siapa mengucapkan A’UUDZU BI KALIMAATILLAAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHALAQ tiga kali ketika sore, tidak akan membahayakannya sengatan (hewan yang berbahaya) pada malam itu.” (HR. at-Tirmidzi no. 3604. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 3604)

Salah seorang perawi hadits ini yang bernama Suhail bin Abi Shalih menceritakan, “Seluruh keluarga kami pun mempelajari hadits ini dan mereka selalu mengucapkannya ketika sore. Suatu ketika, salah seorang hamba sahaya keluarga kami disengat hewan. Namun, (dengan sebab zikir sore di atas) dia tidak merasakan sakit.”

5. Membaca doa meminta perlindungan dari segala sesuatu setiap pagi dan sore, serta berusaha untuk selalu membacanya.

Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata,

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعُ هَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan rangkaian doa berikut ketika sore dan pagi hari,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ،

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي،

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي،

اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

ALLAHUMMA INNII AS ALUKAL ‘AAFIYATA FIDDUNYAA WAL AAKHIRAH

ALLAHUMMA INNII AS ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYATA FII DIINII WA DUNYAAYA WA AHLII WA MAALII

ALLAHUMMASTUR ‘AURATII WA AAMIN RAU’AATII

ALLAHUMMAHFAZHNII MIN BAINI YADAYA WA MIN KHALFII WA ‘AN YAMIINII WA ‘AN SYIMAALII WA MIN FAUQII WA A’UUDZU BI ‘AZHAMATIKA AN UGHTAALA MIN TAHTII

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu al-‘afiyah (keselamatan dari segala keburukan) di dunia dan di akhirat.

Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu pemaafan dan al-‘afiyah pada agamaku, kehidupan duniaku, keluargaku, dan hartaku.

Ya Allah, tutuplah auratku (aurat dan aibku), berikan rasa aman padaku dari hal-hal yang aku takuti.

Ya Allah, jagalah aku dari arah depan, belakang, kanan, kiri, dari atas, dan aku berlindung pada keagungan-Mu agar aku tidak ditenggelamkan dari arah bawahku.” (HR. Abu Dawud no. 5074, dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud no. 5074 dan Syaikh Muqbil dalam ash-Shahih al-Musnad Mimma Laisa fi ash-Shahihain jilid 1 hlm. 599 no. 765)

Keterangan

  • Lafal pada doa اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِي ALLAHUMMASTUR ‘AURATII boleh dibaca dengan

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي ALLAHUMMASTUR ‘AURAATII (dengan memanjangkan huruf “ra”).

Kedua pelafalan tersebut sahih.

  • Lafal pada awal doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

ALLAHUMMA INNII AS ALUKAL ‘AAFIYATA FIDDUNYAA WAL AAKHIRAH

Boleh dibaca dengan:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

ALLAHUMMA INNII AS ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYATA FIDDUNYAA WAL AAKHIRAH

sebagaimana dalam riwayat Ibnu Majah no. 3871. Hadits dengan lafal ini juga dinilai sahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih Ibni Majah no. 3135.

Kesimpulannya, kedua pelafalan tersebut sahih.

Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad menjelaskan makna permohonan “al-afiyah fi ad-dunya wa al-akhirah” adalah, “Keselamatan dari setiap keburukan di dunia dan di akhirat.”Syarah Sunan Abi Dawud  29/46)

Oleh karena itu, ketika seseorang membaca doa ini setiap pagi dan sore, berarti dia telah memohon kepada Allah supaya diberi keselamatan dan perlindungan dari segala keburukan di dunia dan di akhirat. Di antara keburukan di dunia adalah penyakit, wabah, bencana, dll.; termasuk pula wabah virus Corona.

Al-Imam Ibnu Katsir juga menyebutkan doa ini ketika menafsirkan ayat ke-16 dan 17 dari surah al-A’raf,

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ  ١٦ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ  ١٧

Iblis berkata kepada Allah, “(Ya Allah), karena Engkau telah menyesatkanku, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (manusia) dari Shirathal Mustaqim (jalan-Mu yang lurus). Kemudian, aku akan mendatangi mereka (manusia) dari arah depan dan dari belakang mereka, dari arah kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (al-A’raf: 16—17)

Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma menjelaskan makna “Kemudian, aku (Iblis) akan mendatangi mereka (manusia):

  • dari arah depan, maknanya “Aku akan menggoda manusia sehingga mereka ragu dan lalai terhadap perkara akhiratnya.”

  • dari arah belakang, maknanya “Aku akan memerdaya manusia agar bersemangat dalam urusan dunianya (sehingga melalaikannya dari ketaatan kepada Allah).”

  • dari arah kanan, “Aku akan membuat manusia merasa rancu dan ragu terhadap agamanya.”

  • dari arah kiri, “Aku akan menggoda manusia agar senang dan terus tenggelam dalam kemaksiatan.”

Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma juga menjelaskan bahwa makna “Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” adalah “muwahhidin” (tidak akan mendapati kebanyakan manusia mentauhidkan Allah). (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim atau yang lebih dikenal dengan Tafsir Ibnu Katsir, 3/394—395. Lihat juga Umdatut Tafsir, 2/11)

Oleh karena itu, ketika seseorang membaca doa ini setiap pagi dan sore, selain memohon kepada Allah supaya diberi keselamatan dan perlindungan dari segala keburukan di dunia (penyakit, wabah, bencana, dll.) dan di akhirat; dia juga memohon perlindungan dari godaan iblis pada seluruh arah (depan, belakang, kanan, dan kiri) dengan perincian seperti yang disebutkan dalam keterangan Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma di atas. Demikian pula dia telah meminta kepada Allah untuk digolongkan ke dalam hamba-hambanya yang “muwahhidin” (bertauhid).

Pentingnya kedudukan doa ini, sampai-sampai disebutkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan rangkaian doa tersebut untuk dibaca ketika sore dan pagi hari.

Disebutkan dalam riwayat yang lain bahwa paman Nabi, Abbas bin Abdil Muththalib mengatakan, “Wahai Rasulullah, ajari aku sesuatu yang bisa aku gunakan untuk berdoa kepada Allah.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,

سَلِ اللهَ الْعَافِيَةَ

“Hendaknya engkau meminta kepada Allah ‘al-afiyah’ (keselamatan dari segala keburukan).”

Abbas berkata, “Setelah berlalu beberapa hari, aku pun mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lagi seraya mengulangi permohonanku, ‘Wahai Rasulullah, ajari aku  sesuatu yang bisa aku gunakan untuk berdoa kepada Allah.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,

يَا عَبَّاسُ، يَا عَمَّ رَسُولِ اللهِ، سَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah. Hendaknya engkau meminta kepada Allah al-afiyah (keselamatan dari segala keburukan) di dunia dan akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 3871. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Ibni Majah no. 3121)

Waktu Zikir Pagi dan Sore

Para ulama berselisih pendapat tentang batasan waktu zikir pagi dan sore. Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa waktu zikir pagi adalah sejak subuh sampai terbitnya matahari, sedangkan waktu zikir sore adalah antara asar dan maghrib (lihat al-Wabil ash-Shaib hlm. 127).

Untuk memudahkan perhitungan terbitnya matahari, Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz memperkirakan bahwa secara umum durasi antara terbitnya fajar dan terbitnya matahari adalah sekitar satu setengah jam (lihat Majmu’ Fatawa Ibn Baz 10/393).

Bersemangat Menghafal dan Rutin Mengamalkan Doa dan Zikir

Saudaraku kaum muslimin rahimakumullah.

Betapa butuhnya kita dengan pertolongan dan perlindungan Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh menghafal dan mengamalkan zikir-zikir dan doa-doa yang disyariatkan rutin dibaca setiap hari.

Tak lupa kami mengingatkan kembali bahwa ketika seorang berzikir, hendaknya kalbunya khusyuk dan memahami serta meresapi maknanya. Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, “Zikir yang paling afdal dan paling bermanfaat adalah:

– Zikir yang bersumber dari kalbu dan lisan yang saling bersesuaian

– Zikir tersebut berasal dari Nabi (al-adzkar an-nabawiyah)

– Orang yang melakukan zikir tersebut memahami dan menghadirkan makna dan maksud dari zikir yang dibaca.” (al-Fawaid hlm. 192)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Tentu, zikir-zikir dan doa yang dicantumkan pada pembahasan kali ini bukanlah pembatasan. Karena keterbatasan tempat, kami hanya memilih zikir dan doa yang memiliki keutamaan perlindungan dari penyakit, wabah, dan segala keburukan lainnya. Semoga bermanfaat terkhusus di masa-masa wabah ini.

Masih banyak zikir-zikir dan doa lain yang disyariatkan. Kami persilakan para pembaca merujuk pada kitab-kitab ulama Ahlus Sunnah yang membahas tentang hal ini.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan kita taufik untuk bisa mengingat dan berzikir kepada-Nya.

 

Ditulis oleh Ustadz Abu Ismail Arif