Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

tauhid adalah dakwahnya seluruh rasul (bagian 3)

12 tahun yang lalu
baca 6 menit

Adapun yang ketiga adalah tauhid al Ibadah (kewajiban memberikan ibadah hanya kepada Allah). Dengan tauhid ini Allah mengutus para rasul-Nya, diturunkan seluruh kitab-kitab Allah untuk didakwahkan dan diamalkan, diciptakan manusia dan jin, dan dengan sebab tauhid ini pula terjadi al khusumah (permusuhan dan pertentangan) antara para rasul dan kaumnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyeru: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thoghut,’ maka diantara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang-orang yang telah pasti kesesatannya.”(QS. An Nahl: 36).
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah kecuali Aku, maka beribadahlah kalian (kepadaKu).”(QS. Al Anbiya: 25).
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang nabi Nuh, Shalih, Hud, Syu’aib ‘alaihimussalam yang setiap mereka berkata kepada kaumnya yang artinya :
“Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tiada ilah (sesembahan) yang berhak untuk diibadahi bagi kalian kecuali Allah.”(QS. Al A’raaf: 73).
“Dan Ibrahim ketika ia berkata kepada kaumnya: ‘Sembahlah oleh kalian Allah ‘Azza wa Jalla dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. Al Ankabut: 16).
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah kepada-Ku.”(QS. Adz Dzariyat: 56).
“Hai manusia beribadahlah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 21).
“Dan Rabb-mu telah menetapkan supaya kalian jangan menyembah kecuali kepada-Nya.” (QS. Al Isro: 23).
Dan masih banyak ayat-ayat Al Qur’an yang semakna dengan firman Allah tersebut, yang keseluruhannya menunjukkan bahwa Allah mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab Nya, menciptakan makhluk-Nya hanya untuk menyembah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan satu makhluk pun.
Bermacam-macam peribadahan yang diberikan musyrikin kepada selain Allah, diantara mereka ada yang menyembah para nabi dan orang-orang sholeh, berhala-berhala, pohon-pohon dan batu-batu, bintang-bintang dan lain-lain, maka Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk mengingkari seluruh perkara tersebut, dan mendakwahkan kepada mereka untuk menyembah atau beribadah hanya kepada Allah dan tidak kepada yang lainnya. Tidak berdo’a kecuali hanya kepada Allah, tidak bertawakal kecuali kepada-Nya dan tidak mendekatkan diri dengan amalan nadzar dan penyembelihan kecuali hanya di atas perintah Allah. Demikian pula dengan seluruh bentuk dan macam ibadah (seluruh perkara yang dicintai dan diridhoi Allah berupa perkataan dan amalan yang dhohir maupun yang batin), semuanya wajib diserahkan untuk Allah semata.
Orang orang musyrik yang memberikan ibadahnya kepada para nabi, orang- orang shalih, berhala-berhala, yang bersamaan dengan itu mereka juga beribadah kepada Allah, beranggapan bahwa mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan syafa’at dari mereka (yang diibadahi selain Allah) di sisi Allah. Maka, Allah ‘Azza wa Jalla batalkan anggapan dan keyakinan mereka dalam Al Qur’an yang artinya :
“Dan mereka menyembah kepada selain Allah yang tidak dapat mendatangkan ke-madlarat-an kepada mereka dan tidak pula manfaat, dan mereka berkata:’Mereka itu pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.’ Katakanlah: ‘Apakah kalian mengkhabarkan kepada Allah suatu perkara (yang belum pernah ada) di langit dan di bumi ?’ Maka, Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.”(QS. Yunus: 18).
“Ingatlah hanya milik Allah-lah agama yang suci (dari kesyirikan), dan orang-orang yang mengambil wali selain Allah berkata: ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka memberikan kepada kami syafa’at di sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah akan menghukumi (pada hari kiamat) diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang-orang pendusta (kepada Allah) dan kafir (sangat mengingkari ayat-ayat Allah).”(QS. Az Zumar: 3)
Ketika nabi kita Muhammad ‘alaihisshalaatu wasallam menyeru kepada orang orang kafir Quraisy dan yang lainnya, dari penduduk kafir arab atas tauhid ini (tauhid Al Ibadah), mereka mengingkarinya dengan alasan bahwa apa yang diserukan oleh beliau menyelisihi dari apa yang mereka dapatkan dari bapak bapak dan pendahulu (nenek moyang ) mereka. Allah berfirman yang artinya :
“Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) apabila dikatakan kepada mereka laa ilaha illallah, mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seseorang penyair gila (yaitu Muhammad )’. Sesungguhnya dia (Muhammad ) telah datang membawa kebenaran (syariat Allah) dan membenarkan rasul-rasul sebelumnya.”(QS. Ash Shoffat: 35-37).
Ayat ini menunjukkan bentuk kekufuran dan kesombongan serta permusuhan orang-orang musyrik yang sangat banyak disebutkan dalam Al Qur’an.
Maka wajib bagi da’iilallah untuk menyeru kepada umat manusia kembali kepada agama Allah dengan dasar ilmu dan bimbingan Allah , dan bersabar dengannya serta tidak berputus asa dalam berdakwah. Mereka harus selalu mengingat janji yang diberikan oleh Allah kepada para rasul dan pengikutnya, yaitu an nashr( pertolongan ) dan at tamkin (ketetapan dan kekuasaan) di bumi, apabila mereka menolong agama-Nya, bersabar di atasnya dan istiqomah di dalam mentaati Allah dan rasul-Nya.
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an, demikian pula dengan keadaan nabi kita Muhammad ‘alaihishalaatu wasallam. Beliau telah mendapatkan ujian dalam dakwahnya dan bersabar sebagaimana keadaan rasul sebelumnya. Beliau tetap istiqomah dalam dakwahnya dan berjihad di jalan-Nya dengan sebenar-benarnya. Juga para shahabat beliau, mereka bersabar memberikan pertolongan dan berjihad bersama beliau sampai Allah tinggikan agama Islam atas seluruh agama. Allah muliakan tentara tentara-Nya. Allah rendahkan dan hinakan musuh-musuh Nya, dan masuklah manusia ke dalam agama Allah (al Islam) dengan berbondong bondong.
Inilah sunatullah (ketetapan Allah) kepada para hamba Nya, tidak ada yang bisa mengubah dan mengganti sunatullah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya :
“Dan sudah menjadi kewajiban Kami menolong orang-orang yang beriman.”(QS. Ar Ruum:47).
“Dan sungguh telah tetap kalimat Kami (di Lauh Mahfudz) kepada hamba-hamba Kami yangmenjadi rasul, sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami (para rasul dan pengikutnya) itulah yang pasti mendapatkan kemenangan.”(QS. Ash Shoffat: 171-173).
Dan saya meminta pertolongan kepada Allah untuk menolong agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya, memperbaiki kehidupan seluruh kaum muslimin dan menyatukan hati-hati mereka di atas al haq (kebenaran), memberikan hidayah kepada kaum muslimin agar mereka bersatu di atas syari’at-Nya, memberikan pemimpin yang baik dan terbimbing di atas petunjuk-Nya, dan menyatukan mereka semua untuk menegakkan dan berhukum dengan syari’at-Nya serta menjauhkan kaum muslimin dari menyelisihi hukum-hukum Nya.
(Tamat)

(Diterjemahkan dari Risalah Fatawa Asy Syaikh Al ‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baaz Oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid)
Sumber : Buletin Da’wah Al Atsary Semarang, Edisi VII/1427/Th.I