Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

rinai-rinai cerita (episode kedua) : mengukur rasa jujur

11 tahun yang lalu
baca 4 menit
Rinai-Rinai Cerita (Episode Kedua) : Mengukur Rasa Jujur

 

Oleh : Al-Ustadz Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz

Berkawan dengan seseorang yang jujur itu sangat menyenangkan.Bukan hanya terbatas pada kawan saja…kejujuran akan menjadi anugrah indah yang melekat seorang tetangga, pegawai, pimpinan, anak, suami, istri, murid, guru, relasi bisnis atau siapa saja yang berinteraksi dengan kita…Marilah bersama melatih diri untuk bersikap jujur…

Cerita berikut terhitung singkat dan pendek. Hanya saja panjang dan pendeknya cerita bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menentukan kualitasnya. Seringkali sebuah cerita pendek mampu menggetarkan hati, sementara yang panjang malah membosankan..Sepakat?

Dahulu kala…
Abul Hasan An Najjar –seorang ulama di masa itu- bertetangga dengan seseorang yang dikenal dermawan. Kita sebut saja tetangga beliau dengan Si Fulan. Dalam sebuah kesempatan di malam hari, seorang buta melintas di depan rumah Si Fulan. Orang buta itu belum pernah dikenal sebelumnya oleh Si Fulan..Rasa iba yang berdasar dari sikap dermawannya, mendorong Si Fulan ingin berbagi dengan cara bersedekah.

Apa yang ia lakukan?

Ada dua kampil uang yang selalu dibawa oleh Si Fulan kemanapun ia pergi. Sekampil berisi uang dinar, yang sekampilnya lagi berisi uang dirham…Ketika itu, Si Fulan hendak bersedekah sebesar satu dirham..akan tetapi ia keliru memilih kampil sehingga justru sekeping uang dinar yang malah berpindah tangan ke orang buta tersebut.

Senang sekali orang yang buta itu!

Keesokan harinya…si buta berangkat menuju sebuah toko kelontong yang berada tak jauh dari rumahnya untuk sekadar berbelanja..Ia berjalan dengan penuh keyakinan, sekeping uang pemberian dari Si Fulan adalah sekeping uang dirham.. “Silahkan Anda menerima sekeping dirham ini…Untuk membayar barang belanjaanku,maka sisanya adalah sekian”, kata orang buta itu kepada si penjual setelah memilih barang-barang belanjaan.

Si penjual terheran-heran dengan kejadian tersebut,” He…darimana kamu mempunyai uang dinar ini????!!!”

“Tadi malam aku diberi oleh Si Fulan”,jawab si buta. Kata si penjual menerangkan,”Uang yang engkau bayarkan bukan sekeping dirham..Uang ini adalah sekeping dinar”

Tahukah Anda berapa besaran uang dinar dan dirham???

Sekeping dinar adalah uang emas dengan berat 4,25 gr…sementara sekeping dirham adalah uang perak dengan berat 2,975 gr…

Hari berikutnya…si buta berusaha menemui kembali Si Fulan yang telah bersedekah untuknya.Setelah bertemu,sambil menyerahkan sekeping dinar itu…

“Anda kemarin bersedekah untukku dengan uang ini. Saya berpikir ; sebenarnya Anda ingin bersedekah dengan sekeping dirham, namun Anda keliru mengambil. Dan saya tidak ingin menerima pemberian yang keliru semacam ini…Silahkan Anda mengambil kembali sekeping dinar ini”,kata si buta kepada Si Fulan.

 Mendengar kejujuran luar biasa semacam itu, Si Fulan langsung menyatakan,

“Kalau begitu,uang dinar ini aku berikan untuk Anda saja..Kemudian, silahkan Anda datang menemui saya di setiap awal bulan agar saya bisa membalas kejujuran Anda”

Sejak hari itu…setiap awal bulan si buta datang menemui Si Fulan untuk menerima lima keping dirham sebagai pemberian darinya.

Subhaanallah! Sangat…dan sangat-sangat luar biasa sekali!

Si buta mampu mengendapkan rasanya untuk tidak terseret oleh arus “mengejar kesempatan”…ia bisa mengendapkan rasanya untuk tidak terbawa oleh gelombang “menangkap peluang”…Dengan tenang dan indahnya ia mengatur perasaan agar berjalan dan bersikap di atas kejujuran…Padahal bisa saja ia bersukacita karena telah memperoleh sekeping dinar.. Namun, ia tidak ingin bersukacita dengan cara semacam itu.

 Begitupun sang penjual…Sebenarnya ia memiliki kesempatan untuk menipu orang buta.Ia cukup mengiyakan jika uang itu memang benar-benar sekeping dirham sebagaimana keyakinan dan pengakuan si buta.Sejatinya ia mempunyai peluang untuk memperoleh untung besar dalam waktu sepersekian menit hanya dengan bersikap diam tanpa perlu menjelaskan bahwa uang yang dibawa si buta adalah sekeping uang dinar.

Namun….sang penjual sangat pandai mengendapkan rasa..

Jika saja hal di atas terjadi pada diri kita..kira-kira bagaimana perasaan kita???

Mungkin nafas menjadi naik turun tidak teratur,pandangan mata berbinar-binar dan gejolak-gejolak perasaan lainnya. Bayangkan jika Anda menjadi si buta! Bayangkan jika Anda menjadi si penjual !

Dan bagaimanakah sikap dengan keputusan Anda jika Anda menjadi Si Fulan???

Abul Hasan An Najjar mengatakan, “Aku belum pernah menemui kejadian yang lebih menakjubkan dari kejujuran si penjual dan orang buta itu.Seandainya hal semacam ini ada di zaman kita,pasti akan terjadi yang sebaliknya”

Sumber : ibnutaimiyah.org