ditulis oleh: Al Ustadz Abu Khuzaimah
Dimulai dari diciptakannya nabi Adam ‘alaihi sallam nenek moyang manusia, ketika nabi Adam ‘alaihi sallam masih dalam bentuk badan tanpa ruh, Iblis sudah berusaha untuk mencari kelemahan nabi Adam ‘alaihi sallam dengan mengitari pada jasad tanpa ruh tersebut. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Muslim dan shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ketika Allah menciptakan Adam (sebelum ditiupkan ruh), maka ia pun meninggalkannya selama yang dikehendaki-Nya untuk membiarkannya,kemudian mulailah Iblis mengitari jasad Adam itu, ketika Iblis melihat bahwa jasad itu berongga, maka ia pun mengetahui bahwa jasad itu adalah makhluk yang tidak bisa menahan diri”. (HR. Ahmad No 13661 dan Muslim No 2611)
Rasa hasad membuat Iblis ingin mengetahui kelemahan nabi Adam ‘alaihi sallam dan didapatinya bahwa manusia adalah makhluk yang tidak bisa menahan dirinya. Imam Nawawi1 menyebutkan kitabnya Al Minhaj, makna “tidak bisa menahan dirinya” yaitu tidak bisa menahan diri dari syahwat. Sebagian Ulama juga mengatakan tidak bisa menahan amarah,
sebagian lain mengatakan, tidak bisa manahan diri dari was-was. Rasa hasad ini terus berlanjut sampai ketika ditiupkan ruh kepada bapak kita Adam dan Allah Subhanahu wata’ala perintahkan para malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada nabi Adam ‘alaihi sallam, maka dia Iblis menolak. Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Al Baqoroh yang artinya :
“Maka bersujudlah para malaikat seluruhnya kecuali Iblis dia enggan untuk sujud, dan menyombongkan diri.” (QS. Al Baqoroh : 34)
Bahkan Iblis berbalik mengancam dan mengatakan seperti dalam surat Al A’raf yang artinya :
“Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dari kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur”. (QS. Al A’raf: 16-17)
Berkata Al Imam Hasan al Bashri2 Rahimahullah tentang makna ayat ini :
-Dari depan mereka : Dari sisi akhirat mereka, Syaithan akan membuat mereka mendustakan hari berbangkit, mendustakan Al Jannah (Surga) dan Neraka
-Dari sisi belakang mereka: Dari sisi dunia mereka, Syaithan akan menghiasi dunia dan membuat dunia tersebut terlihat lezat
-Dari sisi kanan mereka : Dari sisi-sisi kebaikan-kebaikan, Syaithan akan menghalangi dari kebaikan tersebut
-Dari sisi kiri mereka: Dari sisi keburukan, Syaithan akan memerintahkan mereka untuk mengerjakan keburukan dan menghiasi keburukan tersebut bagi mereka.
Subhanallah, begitu gigihnya dia untuk menghancurkan anak-anak Adam dengan mendatangi dari berbagai sisinya, namun dia tidak mampu untuk mendatangi anak Adam dari sisi atas, kenapa? Telah shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Iblis tidak mengatakan ‘dari sisi atas mereka’ karena dia tahu, bahwasanya Allah ada diatas mereka”
Iblis tidak mampu untuk menghalangi antara manusia dan rahmat Allah Subhanahu wata’ala. Permusuhan ini juga ia perlihatkan pada setiap anak Adam yang baru lahir, seperti diriwayatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dan Muslim:
“Tidaklah dari bayi yang lahir kecuali Syaithan menusuk pada lambung sang bayi (dengan jarinya) ketika dilahirkan, sehingga ia menangis kecuali Maryam dan putranya. Syaithan berusaha melakukan tusukan tetapi terhalang oleh hijab (penghalang).” (HR. Al Bukhori no 3286, 3431 Muslim no 2366 dari Abu Hurairoh)
Demikianlah bentuk kedengkian Syaithan terhadap anak-anak Adam, namun sangat disayangkan sekali banyak saudara-saudara kita yang lalai dan lupa tentang perkara ini, mereka lupa kalau Syaithan selalu mengincar kelengahan mereka. Banyak diantara mereka meninggalkan sholat hanya karena sibuk dengan pekerjaannya. Subhanallah kita berlindung pada
Allah Subhanahu wata’ala dari yang demikian tidak mereka tahu, bahwa amalannya akan ditanyakan pada hari kiamat kelak? Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala dari hal-hal yang bisa memalingkan kita dari-NYA, Aamiin.
Para Pembaca, Semoga Allah Subhanahu wata’ala merahmati kita semua, sesungguhnya Syaithan mempunyai berbagai tipu dayanya untuk menyesatkan manusia, (Insya Allah pada edisi Media Kajian Islam dengan tema Aqidah pada kesempatan lain akan kita bahas dengan lengkap, pen). Salah satu dari tipu tersebut ialah menakut-nakuti bani Adam dengan kefakiran/kemiskinan, seperti dalam firman Allah Subhanahu wata’ala yang Artinya:
“Syaithan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyeru kamu untuk berbuat keji.” (QS. Al Baqoroh: 268)
Sehingga dengan bisikan Syaithan ini manusia menjadi enggan untuk meninggalkan kemaksiatan dan enggan melakukan kebaikan. Para pembaca semoga Allah Subhanahu wata’ala merahmati kita semua. Kita telah mengetahui bahwa Syaithan akan mendatangi manusia dari empat sisi, depan, belakang, kanan, kiri.
Lalu bagaimana seorang hamba bisa mengatasi tipu daya Syaithan tersebut? Tidak lain hanya dengan taqwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dan taqwa hanya bisa diraih dengan menuntut ilmu Agama.
Seorang yang memahami ilmu agama dengan baik akan mudah menjawab bisikan-bisikan Syaithan yang ditujukan padanya. Jika Syaithan membisikkan padanya tentang kemiskinan, maka dia akan membacakan firman Allah Subhanahu wata’ala yang artinya:
“Tidaklah setiap Makhluk diatas permukaan bumi kecuali Allahlah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud : 6)
Seseorang yang bertaqwa pada Allah, maka Syaithan tidak akan ada kuasa atasnya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hambaku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat.” (QS. Al Hijr: 42)
Oleh karena itu bagi kita untuk selalu menjaga ketaatan pada Allah Subhanahu wata’ala, untuk mematahkan tipu daya Syaithan , terkhusus untuk menggapai derajat taqwa di bulan Ramadhan ini. Jika ada yang bertanya bukankah Syaithan pada bulan Ramadhan ini dibelenggu? Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika malam pertama Ramadhan datang, maka Syaithan-Syaithan dan Jin-Jin durhaka dibelenggu.” (HR. Tirmidzi no 682 dan Ibnu Majah no 1642)
Al Imam Ibnu Abdil bar rahimahullah berkata dalam kitabnya At Tamhid, makna hadits ini menurut pendapatku Allahu A’lam, Allah melindungi didalamnya kaum muslimin, Atau mayoritas kaum muslimin dari maksiat-maksiat, jadi Syaithan tidak bebas datang pada mereka sebagaimana mereka bebas datang sepanjang tahun. Jadi Syaithan akan tetap menggoda kita walau tidak segencar diluar bulan Ramadhan.
Sebagian Ulama menjelaskan bahwa yang dibelenggu adalah sebagian Syaithan tidak seluruhnya. Sebagaimana dinukilkan Al Mubarakfuri3 dalam Tufahtul Ahwadzi.
Allahu ’ala a’lam bishowab
Maraji’/Refresrensi:
– Ighatsatul Lahfan, Ibnul Qoyim Al Jauziyah
– Tafsir Ibnu Katsir
– Al Minhaj, Imam Nawawi
– Qosasul Anbiya, Ibnu Katsir
– At Tamhid lima fil muwatho’ Ibnu Abdil bar (Maktabah Syamilah)
– Tuhfatul ahwadzi bisyarhi jami tirmidzi Al Imam al Mubarakfuri (Maktabah Syamilah)
Keterangan nama :
1.Imam Nawawi : Yahya bin Syarf An Nawawi, 631-676 H/ 1238-1274 M, Penulis Kitab Riyadhus Sholihin
2.Imam Al Hasan Al bashri : Tabi’in (30 – 110 H / 637- 1707 M)
3.Al Mubarokfury : Wafat pada tahun 1353 H / 1934 M
Sumber : daarulhaditssumbar