بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين ، وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمد عبده ورسوله .
أما بعد
Sesungguhnya Dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan rahmat bagi umat manusia, Allah Ta’ala berfirman (artinya): ”Dan tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh semesta”.(Al-Anbiya’:107). Adapun Ahlus Sunnah mereka adalah pengikut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sahbihi Wa Sallam. Ahlus Sunnah selalu menyiapkan diri mereka dalam berdakwah dengan membawa rahmat bagi manusia. Ahlus Sunnah mengajak manusia untuk memiliki sifat tersebut.
Allah berfirman (artinya) : “Dan hendaknya kalian saling mewasiatkan untuk bersabar, dan saling mewasiatkan untuk berkasih sayang” (al-Balad:17).
Sebagaimana pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Manusia penyayang akan disayangi oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Penyayang)”(HR. At Tirmidzi :1924). Sebaliknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari sifat yang menyelisihi kasih sayang. Sebagaimana dalam sabdanya : “Barangsiapa tidak menyayangi manusia, maka dia tidak akan disayangi oleh Allah ‘Azza wa Jalla”(HR. At-Tirmidzi :1922).
Ahlus Sunnah adalah pada da’i yang menyeru manusia untuk mentauhidkan Allah, agar mereka terbebaskan dari belenggu kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ahlus Sunnah juga para da’i yang menyeru manusia untuk menyatukan barisan dan menyatukan kata di atas al-Kitab dan as-Sunnah. Ahlus Sunnah selalu memperingatkan manusia dari perselisihan, perpecahan, permusuhan, saling membenci, dan menyakiti di antara muslimin.
Di antara sifat yang telah diketahui sepanjang zaman, bahwa Dakwah Ahlus Sunnah selalu memperingatkan manusia dari berbagai bentuk fitnah beserta pelakunya. Ahlus Sunnah juga memperingatkan manusia dari pertumpahan darah, perampasan harta, dan terinjak-injaknya kehormatan, yang perkara seperti ini ada di dalam firqah-firqah sesat.
Dengan perjalanan dakwah yang penuh barakah dan petunjuk ini, terkadang mengalami berbagai bentuk ujian, yang datang dari Ahlul Ahwa’ (pengekor hawa nafsu) dan Ahludh Dhalal (Orang-orang sesat). Namun Ahlus Sunnah menghadapi itu semua dengan penuh kesabaran dan hikmah. Ahlus Sunnah menangatasi setiap permasalahan sesuai dengan kondisinya, sesuai dengan al-Kitab dan as Sunnah. Ahlus Sunnah selalu mengusung keadilan, dan tidak membolehkan kezhaliman meskipun mereka dizhalimi. Mereka selalu memperingatkan seluruh kaum muslimin dari kedzhaliman. Berdasarkan firman Allah (artinya): “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk tidak bersikap adil. Hendaknya engkau berbuat adil, karena hal itu lebih mendekatkan kepada ketaqwaan”(al-Ma’idah:8)
Demikian pula dalam Hadits Qudsi Allah berfirman (artinya): “Wahai sekalian hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan kedzhaliman atas diriku sendiri. Dan aku haramkan pula atas kalian semua. Maka janganlah kalian saling mendzhalimi”.
Namun demikian, apabila ada yang menyerang seorang muslim, baik (menyerang) pada kehormatannya, atau jiwanya, atau hartanya, maka Allah telah mengizinkannya untuk melakukan pembelaan diri sesuai kemampuannya. Allah berfirman (artinya) :”Dan bagi orang-orang yang apabila mereka dizhalimi, kemudian mereka membela diri.”(As Syura:39). Allah juga berfirman (artinya) : “Barangsiapa yang menyerang kalian, maka seranglah ia sesuai dengan serangannya terhadapmu.” (al Baqarah:194). Demikian pula dalil-dalil yang selainnya.
Hendaknya diketahui bersama, sesungguhnya diantara bentuk kedzhaliman yang terus terulang untuk sekian kalinya, adalah tragedi penyerangan oleh al-Hutsi beserta pasukannya terhadap Ahlus Sunnah di Dammaj, sebagai bentuk kedzhaliman, kebengisan, dan permusuhan. Sehingga Ahlus Sunnah terpaksa harus membela diri untuk melindungi jiwa, keluarga, dan harta yang mereka miliki. Sehingga dalam peristiwa seperti ini, mereka berkedudukan sebagai Mujahidin Fii Sabilillah. Inilah yang diistilahkan oleh Ahlul Ilmi dengan sebutan Jihad ad-Difa’ (Jihad dalam rangka pembelaan diri) yang telah diizinkan dalam hukum syar’i.
Barangsiapa yang terbunuh dalam jihad tersebut, maka kita mengharapkan ia mati syahid. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam : “Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena melindungi keluarganya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela agamanya maka ia syahid, dan barangsiapa yang terbunuh karena membela jiwanya maka ia syahid” (Diriwayatkan Ashabus Sunan, lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib No.1411)
Kita mendoakan Pemerintah Negara ini untuk dianugerahi taufiq dalam segala bentuk kebaikan, agar mampu menunaikan kewajiban yang Allah pikulkan pada mereka, yaitu membela orang-orang yang terzhalimi, menghadang segala bentuk kezhaliman, dan menghentikan orang-orang zhalim tersebut, serta menyelesaikan kasus ini dengan bentuk penyelesainnya yang dengannya terlindungilah darah, harta, dan kehormatan, serta perjalanan yang terasa aman.
Kami juga menghimbau kepada seluruh para Ulama, Masyayikh Qabilah, dan seluruh tokoh-tokoh masyarakat yang baik hati lagi shalih, agar mereka berdiri bersama Pemerintah demi mewujudkan cita-cita tersebut. Dan kami mohon dengan nama Allah kepada semua pihak agar benar-benar bersegera mewujudkannya.
Dalam kondisi saudara-saudara kata di Dammaj telah tertimpa bencana. Maka kami serukan kepada Pemerintah negeri ini, para Ulama, Masyayikh qabilah, dan seluruh masyarakat yang baik hati lagi shalih agar mereka bergotong-royong untuk meredakan semua bentuk fitnah kerusuhan yang terjadi di semua daerah.
Dengan ini diharapkan adanya rasa aman yang merata dan ketentraman yang global pada semua lapisan masyarakat di seluruh pelosok Yaman. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala (artinya) : “Dan hendaknya kalian saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah itu amatlah keras” (al-Maidah: 2). Sesungguhnya keamanan dan ketentraman merupakan salah satu tujuan syariat yang paling mulia.
Dan bukanlah solusi penyelesaian masalah ini, apa yang diserukan oleh Syaikh Yahya Al Hajury kepada segenap Ahlus Sunnah di seluruh perkampungan dan perkotaan Yaman, yaitu “Barangsiapa yang bertemu dengan seorang Hutsi, maka hendaknya ia bunuh, atau ia tawan, atau ia rampas”
Karena serua tersebut jelas akan berdampak buruk, secara khusus ataupun global. Akan tetapi (yang benar) adalah, Barangsiapa yang mampu berangkat menuju Dammaj, dalam rangka membantu saudaranya yang sedang terdzhalimi maka hendaknya ia lakukan.
Kami juga menghimbau kepada segenap Ahlus Sunnah di semua kota dan perkampungan, segenap Thullabul Ilmi ataupun selain mereka, agar melanjutkan kegiatan belajar mengajar serta berdakwah di jalan Allah. Dan hendaknya mengembalikan semua urusan kepada Ahlul Ilmi (‘ulama), menjauh dari berbagai fitnah, dan selalu berusaha menjaga keutuhan Dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, masing-masing sesuai dengan kemampuannya.
Allah berfirman (artinya) : ”Sungguh Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang membela (agama)-Nya. Sungguh Allah adalah Dzat Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Al Hajj:40).
Hendaknya pula (bagi setiap Ahlus Sunnah) untuk mendoakan saudara-saudaranya di Dammaj, agar Allah menyegerakan jalan keluar dan menghilangkan mara bahaya tersebut dari mereka. Kita memohon kepada Allah perlindungan, demikian pula untuk saudara-saudara kita di Dammaj, dan setiap muslim di manapun berada. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari kedzhaliman orang-orang dzhalim, tipu daya orang-orang yang berbuat tipu daya, makarnya orang-orang yang berbuat makar.
Semoga Allah menyatukan barisan kaum mukminin, menyatukan kalimat mereka di atas al-Qur’an dan as-Sunnah. Semoga keselamatan terlimpahkan kepada para rasul, dan segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta Alam. Tiada daya dan upaya kecuali hanya milik Allah semata.
Mekkah, Malam 15 Dzulhijjah 1434 H
Ditulis oleh Masyayikh :
– Muhammad bin ‘Abdil Wahhab al-Wushabi
– Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam
– Muhammad bin Shalih ash-Shoumali
– ‘Abdullah bin ‘Utsman adz-Dzamari
– ‘Abdul ‘Aziz bin Yahya al-Bura’i
(diterjemahkan oleh Ustadz Hamzah La Firlaz hafizhahullah)
Sumber : dammajhabibah.net
Teks Arab bisa didownload di sini