Sobat Tashfiyah,
Kamu pasti punya idola, ya kan? Entah itu bunda kamu, ayah kamu, teman kamu, guru, atau idola-idola yang lain. Bagus sih kalau yang dijadikan idola orang yang baik untuk diambil sisi kebaikannya. Lah, kalau yang dijadikan idola malah orang-orang yang nggak genah (boleh kamu baca: nggak normal)?
Adalah biasa seorang insan memiliki idola. Positifnya punya idola, kamu bisa menjadikan dia sebagai batu loncatan buat kemajuan kamu. Kalau misalnya idola kamu orang yang cerdas, biasanya kamu tergugah untuk menjadi orang cerdas juga. Kalau idola kamu orang yang sukses, kamu juga terlecut untuk sukses.
Segi negatifnya, kamu meniru idolamu terus kamu jadikan sebagai tolok ukur benar atau salah. Idola kamu ngomongnya A, ya kamu juga ngomong A, kalau ada yang ngomong B kamu nggak terima. Nah, ini yang berbahaya. Coba kalau doi si idola adalah jagoan ngebor, fans beratnya nggak akan tanggung-tanggung membuat fans club membela si idola. Kalau ada masyarakat yang nggak setuju dengan proyek ngebornya -padahal jelas-jelas ini merusak moral bangsa- para fans siap menjadi benteng pertama bagi si idola. Nggak urusan sama moral bangsa yang terancam.
Contoh lain, kalau sang idola masuk bui gara-gara kasus amoral, rela deh menyempatkan waktu menjenguk sang idola ke Rutan untuk menyatakan sokongan. Padahal, kelakuannya bisa merusak moral anak bangsa. Spanduk “Free for Sang Idola” pun terpampang memberi dukungan kepada sang idola ini, tanpa melihat kesalahan yang dia perbuat.
Belum lagi mengumpulkan pernak-pernik sang idola, mulai dari gantungan kunci sampai ke gadget-gadget khas sang idola. Meniru potongan rambut, style pakaian, bahkangaya bicaranya dibuat semirip mungkin dengan idola.
Pilih Idolamu
Nah, dari apa yang dijelaskan di atas, makanya kamu perlu memilih idola kamu.
Jangan sampai, besok kamu menyesal seperti orang-orang yang Allah sebutkan dalam Al-Quran ini (artinya), “Duhai, andaikan aku tidak menjadikan Fulan sebagai seorang kekasih. Dia telah menyesatkan aku dari peringatan (yakni Al-Quran) setelah datangnya kepadaku.” [Q.S. Al-Furqan:28].
Terus siapa dong yang cocok jadi idola? Coba deh simak Ibnu Umar c bertutur, “Barangsiapa ingin mengikuti, hendaknya dia mengikuti yang telah mati karena yang masih hidup tidak aman untuk terjatuh ke dalam godaan (kesesatan, red.). Mereka (yang pantas diikuti itu, red.) adalah para sahabat Muhammad `. Mereka adalah yang terbaik dari umat ini. Mereka yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling sedikit memberta-beratkan diri dari umat ini. Mereka adalah kaum yang telah Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya ` dan menyampaikan agama-Nya. Maka tirulah akhlak dan jalan mereka. Mereka, para sahabat Muhammad ` , berada di atas petunjuk yang lurus.” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya` dari Ibnu Umar c,, diriwayatkan juga oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Al-‘Ilm wa Fadhlih dari Ibnu Mas’ud z].
Pilih aja, Ali bin Abi Thalib z, sang pemuda yang masuk Islam pertama kali. Atau, Ibnu Abbas c pemuda yang jenius masalah syariat. Kalau nggak, boleh juga Imam Syafi’i t yang hapal Al-Quran sebelum baligh. Atau, para ulama lainnya. Nggak perlu vote pakai SMS tarif premium kok. Tinggal ikuti aja mereka.
Lho, gimana mengikuti mereka, biografinya aja nggak tahu? Eits, jangan menyerah dulu deh. Gampang kok cari biografi mereka. Tinggal datang ke perpustakaan atau toko buku, cari aja buku tentang sahabat atau biografi para ulama besar, Insya Allah nama-nama mereka sudah terpampang di situ. Daripada mengikuti orang yang nggak jelas juntrungannya, kan mendingan mengikuti mereka yang jelas-jelas teruji.
Masuk ke Liang Dhabb
Tahu nggak binatang dhabb? Dhabb adalah binatang yang bentuknya mirip biawak. Cuma, kalau biawak hidupnya di air dan makan ikan, dhabb ini hidupnya di pasir dan makan serangga. Nah, dhabb ini kalau bikin sarang paaaanjaaang banget dan berliuk-liuk di dalam tanah.
Lho, kok bicara tentang dhabb, emang ada apa sih sama dhabb? Tenang aja, kita nggak bahas pelajaran biologi kok. Cuma begini sob, Rasulullah ` pernah bersabda dalam sebuah hadits melalui sahabat Abu Sa’id Al-Khudri z diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih karya mereka yang artinya, “Kalian benar-benar akan mengikuti jalan-jalan kaum yang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga jika mereka memasuki liang dhabb, niscaya kalian juga akan memasukinya.” Kekecilan dong? Iya, pengap lagi. Makanya, jangan pernah masuk deh.
Hadits tadi adalah sebuah hadits yang mengungkapkan kepada kita betapa kita itu pasti akan mengikuti umat-umat lainnya (istilah kerennya: “tasyabbuh”). Rasulullah ` menggambarkan bahwa kita juga akan mengikuti mereka bahkan pada perkara yang detail, kecil, dan remeh sekalipun. Padahal, tasyabbuh dengan orang selain Islam itu nggak boleh lo. Coba deh dengerin sabda Rasulullah ` berikut ini, “Barangsiapa ber-tasyabbuh dengan suatu kaum, maka ia bagian darinya.” [H.R. Abu Dawud dan An-Nasa`i, “Hasan Shahih” kata Syaikh Al-Albani t]. Lha, kamukan Islam, masak mau dibilang termasuk dari golongan non-Islam?
Yang Terpilih Menjadi Idola Sejati Adalah…
Allah l telah mencanangkan idola wajib bagi kaum muslimin (catatan: yang dimaksud idola adalah TELADAN). Siapa sih idola itu? Baca aja firman Allah l berikut ini:
“Sungguh telah ada bagi kalian dalam diri Rasulullah teladan yang baik, yakni bagi yang berharap kepada Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” [Q.S. Al-Ahzab:21].
Nah, itu dia. Sang idola sejati adalah Rasulullah `, Rasul yang diutus kepada seluruh jin dan manusia, semua kalangan, tanpa membedakan suku, ras, strata sosial, atau kasta. Kita diperintahkan untuk mengikuti beliau dalam semua masalah keagamaan, mutlak tanpa tapi. Berbeda dengan orang selain beliau, para sahabat, tabi’in, ulama, semuanya kita ikuti kalau sesuai dengan Nabi `. Kalau nggak, nggak kita ikuti deh.
Begitulah Islam mengatur masalah idola mengidolakan. Makanya, jangan sembarangan pilih idola. Cari yang pasti-pasti aja. Allahu a’lam bish shawab
http://tashfiyah.net