Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

mengenal abu sangkan dan keilmuannya (ii)

12 tahun yang lalu
baca 6 menit

Bagaimana Kedudukan Ahli Kalam, Tokoh Sufi Di Dalam Islam?

Mereka itu seperti yang dikatakan oleh asy-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah :

“Mereka itu dari jenis dukun, tukang sihir yang telah turun kepada mereka syetan, sebagaimana firmanNya:

“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syetan-syetan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa”. (QS.asy-syu’aro’: 221-222) (Majmu’,11/98)

“Sesungguhnya syetan itu membisikkan kepada kawan-kawannya”. (QS. Al-anam:121)

Adapun asy-Syaikhul Imam Rahimahullah mengatakan:

”Mereka itu sama dengan ahli nujum,tukang tenung, ahli sihir dan dukun” (Irsyadunnazhir ila ma’rifati ‘alamatissahir, hal:19)

Jadi ahli filsafat, ahli tasawuf, ahli mantiq, dan ahli kalam itu kedudukannya seperti dukun yang senantiasa menerima wahyu dari syetan hasil curian dari kabar-kabar langit dan setiap satu kebenaran kabar dari langit itu disertai seratus kedustaan, sebagaimana sabda Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :

“Sesungguhnya Malaikat turun ke-awan kemudian menyebutkan perkara yang di putuskan (oleh Alloh) di langit maka syetan–syetan mencuri berita pendengaran kemudian diwahyukan kepada para dukun yang disertai dengan seratus kedustaan dari diri mereka (syetan-syetan itu)”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Artinya apa-apa yang telah disampaikan oleh para tokoh sufi terdahulu sampai saat ini seperti Abu Sangkan cs hanyalah wahyu-wahyu syetan atau istilah lainnya adalah khayalan-khayalan syaithoniyah yang kalau dia mengucapkan satu kebenaran telah disertai seratus kedustaan.

Sedangkan apabila dia tidak mendapatkan wahyu dari syetan maka dia adalah tergolong dajjal dan tergolong pendusta sebagaimana dikatakan oleh asy-Syaikhul Imam dalam kitab beliau yang berjudul Irsyadunnazhir ila ma’rifati ‘alamatissahir, hal: 19:

“Jika mereka (tukang tenung, ahli nujum, tukang sihir, dan dukun) tidak mendapat wahyu dari syetan maka mereka adalah jenis dajjal, pendusta untuk menipu manusia untuk mendapatkan keuntungan dunia”.

Apa Hukum Mendatangi dukun?

Barangsiapa mendatangi tukang tenung atau dukun dan bertanya-tanya tentang sesuatu maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari dan barangsiapa yang membenarkan ucapan dukun maka dia telah kufur kepada apa yang diturunkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa mendatangi tukang tenung kemudian bertanya sesuatu maka sholatnya tidak diterima selama 40 malam”. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:

“Barangsiapa yang mendatangi dukun kemudian membenarkan apa yang diucapkan sungguh di telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”. (HR. yang empat)

Tokoh sufi filsafat itu adalah tukang sihir yaitu ketika seseorang memiliki kemampuan menjelaskan, kefasihan berbicara dan retorika yang dengan kemampuannya itu dia gunakan untuk melipstik kebatilan, kesesatan dan kekufuran sehingga nampak seperti kebenaran oleh pembaca atau pendengar maka orang yang demikian itu disebut tukang sihir, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu adalah sihir”. (HR. Bukhori)

Sungguh sifat ini ada pada Abu Sangkan, baik ketika dia berbicara lewat media electronic seperti ketika berbicara lewat Metro TV atau ketika berbicara lewat buku-bukunya sehingga menjadi best seller sebagai bukti banyaknya orang yang tersihir oleh Abu Sangkan, padahal dalam setiap satu kebenaran telah disertai seratus kedustaan yang tidak akan memberikan faidah kecuali kerusakan pada akal, fitroh, dan hati pendengar atau pembaca buku-buku karyanya.

Kaum mukmin tidak boleh mendengarkan ucapan tukang sihir sebagaimana sabda Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

“Tidak masuk surga peminum khomer dan yang mempercayai tukang sihir…”. (HR. Ibnu Hibban)

Jadi Abu Sangkan itu sama dengan ahli nujum, tukang tenung, ahli sihir dan dukun bukan orang yang mengerti agama yang benar, bukan mengajar agama yang benar apalagi seorang ustadz atau ulama’.

Adapun muslimin yang telah mengerti thoriqohnya Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shohabat – yang disebut as-Salafus-sholih – mereka mengamalkan Islam dan menda’wahkan Islam sesuai dengan as-Salafussholih mereka itulah yang disebut Ulama’. Mereka (para Ulama’)lah panutan dan ikutan kaum muslimin di dalam memahami dan mengamalkan Islam, merekalah pewaris nabi, dan mereka itulah orang-orang yang takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan merekalah pembawa bendera kebenaran sampai menjelang kiamat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”. (QS. Fathir: 28)

Apabila kita tidak mengerti masalah agama, Alloh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk bertanya kepada Ulama’ bukan kepada tokoh sufi atau ahli filsafat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka bertanyalah kepada para ulama’ jika kamu tidak mengetahui”. (QS. An-Nahl: 43)

telah berkata al-Imam As-Syafi’i Rahimahullah :

“Seluruh ‘Ilmu selain Al-Qur’an adalah sesuatu yang menyibukkan kecuali al-Hadits dan fikih dan tafaqquh fiddin. ‘Ilmu adalah ‘ilmu hadits (ada perkataan hadatsana) dan dari selain daripadanya adalah bisikan-bisikan syetan”.

Beliau juga berkata:

“Jika datang sebuah perkara yang rumit jangan mengajak musyawaroh kecuali orang yang terpercaya dan ulama’ tentang al-Kitab dan as-Sunnah, ucapan para shohabat dan pendapat para Ulama (1) “.

Telah berkata al-Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah Rahimahullah:

‘Ilmu adalah berkata Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan berkata Rosul-Nya, dan perkataan para Shohabat yang tiada menyelisihi akal sehat”.

Dari penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa orang yang dikatakan ulama’ adalah orang yang mengerti ulama’ adalah orang yang mengerti Al-Qur’an dan as-Sunnah dan perkataan para shohabat dan mengamalkannya serta menimbulkan rasa takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Mereka itulah rujukan kaum Muslimin yaitu para ulama’, mereka itulah ahlinya dalam masalah agama dan mereka bukan tokoh sufi, ahli mantiq, ahli kalam dan filsafat.

Apabila suatu perkara diatasi/diurusi oleh orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Apabila sudah disia-siakan amanah maka tunggulah kehancurannya, shohabat bertanya, bagaimna disia-siakan amanah itu ya Rosululloh? Beliau bersabda: “Apabila suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhori)

Maksud bab ini adalah untuk difahami bersama bahwa Abu Sangkan itu adalah tokoh sufi, ahli kalam, ahli mantiq, ahli filsafat yang kedudukannya seperti dukun dan tukang sihir yang tidak boleh diambil ilmunya dan tidak boleh didatangi untuk bertanya masalah-masalah agama atau lainnya, tidak boleh dibenarkan ucapan-ucapannya baik buku-bukunya atau lewat media electronic, via telepon atau sms karena isinya hanyalah kebohongan dan kedustaan serta bisikan-bisikan syetan.

Yang muncul dari Abu Sangkan adalah apa-apa yang juga telah dihasilkan oleh pendahulunya dari tokoh-tokoh sufi dan tokoh filsafat semacam Arestoteles, Al-Hallaj, Ibnu Arobi dan lainnya yaitu berbagai kesesatan, kemaksiatan, dan kekufuran.

Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab I, hal.22-29 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs www.darussalaf.or.id

3. As-Syari’ah No.01/1/shafar 1424 H/April 2003

(Bersambung ke Penyimpangan-Penyimpangan Abu Sangkan Insya Allah )