بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh : Luqman bin Muhammad Ba’abduh
Bagian ke-8 : ’Ali Hasan al-Halabi dan al-Halabiyyun dalam kaca mata ‘Ulama Kibar masa kini
Pembahasan ini sengaja kami kedepankan di sini, sebelum kita memasuki bantahan terhadap syubhat-syubhat Halabiyyun dengan situs kebanggaan mereka yaitu situs Kulalsalafiyeen, termasuk syubhat-syubhat saudara Firanda yang memvonis asy-Syaikh Rabi’ berpaham khawarij. [1]
Tulisan kali ini khusus akan menyebutkan beberapa fatwa u’lama kibar yang menyoroti beberapa hal negatif pada ‘Ali al-Halabi dan Halabiyyun yang membahayakan keselamatan aqidah dan manhaj umat. pembahasan ini menjadi sebuah poin penting bagi kita semua, karena beberapa alasan, antara lain :
1. Untuk mengenali sikap atau penilaian ‘ulama Kibar yang sebenarnya tentang paham ‘Ali al-Halabi dan Halabiyyun.
2. Mengenali ‘Ali al-Halabi dan Halabiyyun dari sisi amanah ilmiahnya dalam memaparkan sebuah permasalahan kepada umat, atau menukil perkataan para ‘ulama sunnah, baik itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah maupun yang lainnya. Sehingga dengan itu kita mengenali lebih jauh, siapa orang yang sedang kita bantah ini, apakah dia seorang yang jujur dan bisa dipercaya penukilan dan pembicaraannya, ataukah justru dia seorang pendusta. Dengan itu kita tidak tersilaukan oleh tulisan saudara Firanda – atau Halabiyyun lainnya – yang sering mencomot fatwa-fatwa para ‘ulama.
Sebelum saya menyebutkan beberapa fatwa ‘ulama kibar tersebut, maka saya ingin mengingatkan kembali saudara Firanda terhadap beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepadanya pada tulisan saya bagian ke-7 lalu, yang sangat saya tunggu jawabannya dengan segera, yaitu:
Sekali lagi, saya sangat menunggu jawaban saudara Firanda atas pertanyaan-pertanyaan di atas, sebagai tolok ukur terhadap permasalahan-permasalahan lain, apakah saudara Firanda adalah seorang yang mampu dan mau bersikap ilmiah, sportif, dan jujur, ataukah sebaliknya. [2]
Fatwa asy-Syaikh Shalih al-Fauzan tentang tingkat amanah ilmiah ‘Ali al-Halabi dalam menukil pernyataan para ‘ulama
Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah – yang menurut penilaian sepihak saudara Firanda beliau adalah ‘ulama yang lebih senior daripada asy-Syaikh Rabi’ – menilai tingkat amanah ilmiah ‘Ali al-Halabi dalam menukil perkataan ‘ulama sunnah. Beliau hafizhahullah berkata,
ثالثًا: على الأخ الشيخ علي بن حسن إذا كان ولابُدَّ مِن نقل كلام أهلِ العلم أن يستوفِيَ النَّقلَ مِن أوَّله إلى آخره ويجمعَ كلام العالم في المسألة من مُختلفِ كُتُبِه حتى يتَّضحَ مقصوده ويردّ بعض كلامه إلى بعض، ولا يكتفي بنقل طرف ويترُك الطَّرَف الآخر لأنَّ هذا يسبِّبُ سوءَ الفهم وأن ينسِبَ إلى العالم ما لم يقصِده
“Wajib atas saudara asy-Syaikh ‘Ali bin Hasan, jika memang harus menukil perkataan para ‘ulama, untuk menukilnya secara lengkap dari awal hingga akhirnya, dan memadukan pernyataan seorang ‘alim dalam sebuah permasalahan dari berbagai karyanya, agar menjadi jelas maksud ‘ulama tersebut. Dan mengembalikan perkataan beliau kepada sebagian yang lainnya. Serta tidak mencukupkan dengan menukil ujung (perkataan ‘ulama tersebut) dan meninggalkan ujung lainnya. Karena cara seperti ini dapat menyebabkan salah paham atau menisbatkan kepada ‘alim tersebut sesuatu yang tidak dia maksudkan.”
Sumber http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=125827
Dari pernyataan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan di atas, ada beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Bahwa ‘Ali al-Halabi ketika menukil pernyataan ‘ulama, tidak menukilnya secara lengkap dari awal hingga akhirnya. Tentu hal ini menunjukkan ketidakjujurannya dalam menukil.
2. ‘Ali al-Halabi tidak memadukan perkataan seorang ‘ulama dalam sebuah permasalahan dengan perkataan ‘ulama tersebut dalam permasalahan yang sama di tempat lain dari karya-karyanya.
3. Cara ‘Ali al-Halabi yang seperti ini dalam beberapa tulisannya, menyebabkan cara pemahaman yang salah terhadap maksud pembicaraan atau fatwa ‘ seorang ulama.
Kalau kita telah tahu bagaimana tingkat amanah ilmiah atau kejujuran ‘Ali al-Halabi dalam menukil dan memaparkan perkataan ‘ulama, maka sudah barang tentu dia bukanlah orang yang bisa dipercaya perkataannya atau pun karya tulisnya. Karena hal itu dapat menimbulkan pemahaman yang salah bagi para pembaca. Namun sangat disayangkan saudara Firanda telah menjadikan ‘Ali al-Halabi, termasuk situs kebanggaannya yaitu Kulalsalafiyeen, sebagai rujukan utama.
Pernyataan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah di atas, juga mengingatkan kita kepada:
– Penukilan secara tidak lengkap dialog asy-Syaikh al-Albani oleh saudara Firanda. (lihat tulisan saya bagian ke-4) di mana saudara Firanda memotong dengan sengaja bagian akhir pernyataan asy-Syaikh al-Albani dalam dialog tersebut.
– Penukilan saudara Firanda terhadap pernyataan asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali, yang karenanya dia menuduh asy-Syaikh berpaham khawarij. Dengan tidak jujur dan tidak amanah saudara Firanda sengaja tidak menampilkan bagian akhir fatwa asy-Syaikh Rabi’ tersebut dalam rangka mengelabuhi para pembaca untuk sampai kepada kesimpulan yang dia maukan.
Berikut ini pernyataan asy-Syaikh Rabi’ yang tidak dinukil secara sengaja oleh saudara Firanda, yaitu [3]:
أسأل الله أن يُثبتنا على السنة
لكن البُغض يتفاوت ، بُغض اليهودي أكثر من بُغض النصراني ، نُبغض النصارى ، ونُبغض اليهود، و لا نحبهم ، ولكن اليهود أشد عداوة” لتجدن أشد الناس عداوة للذين ءامنوا اليهود والذين أشركوا” {المائدة72} فالنصارى أقل بُغضا للمسلمين من اليهود، وأقل عداوة ، وهذا شيئ ثابت ، يُثبته الواقع والتاريخ.
فالمسلم يستطيع أن يعيش في بلاد النصارى، كما ترى كثيرا من المسلمين يعيشون في بلاد النصارى ، ولا يستطيعون أن يعيشوا في بلاد اليهود،بل اليهود يلاحقونهم في بلاد النصارى، فضلا عن بلادهم ، كما لا يستطيع السني أن يعيش عند الروافض، فيجد من الكبت والأذى والمخاطر ما لايجده حتى عند اليهود، كيف نحب الروافض على ما عندهم من الكفريات وهم يبغضوننا أكثر من بُغض اليهود لنا ، كيف نُحبهم؟ ونقسم الحب بيننا وبينهم؟
الشاهد أنك تقرا في كتب السلف جميعا ما تجد هذه الموازنات ، ونحن إذا أبغضنا أهل البدع من الصوفية وغيرهم ، وهم فِرق كثيرة ، ومن الأشعرية وغيرهم ، لا نُبغضهم مثل بُغض اليهود والنصارى، يعني أن الحب مثل الإيمان يزيد وينقص، ويتفاوت في العباد ، والبغض كذلك ، بُغضِي لليهود غير بُغضي للنصارى، غير بُغضي لأهل البدع.
وإذا اعتدى كفار اليهود والنصارى على مثل الأشاعرة والصوفية فنحن نُدافع عنهم، ونُساعدهم على مواجهة هؤلاء الأعداء ، مع بُغضنا لهم ، وهم يُبغضوننا أشد البُغض ، هم ليس عندهم هذا التوزيع، فالواجب عليهم أن يُحبونا وأن يرجعوا إلى ما عندنا ، ولكن لا حب و لا إنصاف ، بل قد يُبالغ بعض غُلاتهم فيُكفرونا ظلما وعُدوانا ، ونحن لا نُكفرهم ولا نبلغ بهم مبلغ عداوة الكافرين..
عون الباري 978 ـ 979 ـ 980 ـ 981..
Sebuah pertanyaan penting: ‘Apa yang mendorong saudara Firanda memotong pernyataan asy-Syaikh Rabi di atas?’
Ada beberapa kemungkinan,
1. Saudara Firanda tidak merujuk kepada sumber asli pernyataan asy-Syaikh Rabi’ tersebut, yaitu kitab penjelasan terhadap kitab Syarhus Sunnah karya al-Imam al-Barbahari, dalam dua jilid. Jika ini yang terjadi, tentu semakin meyakinkan kita bahwa Firanda bukanlah seorang yang memiliki kemampuan ilmiah untuk menulis sebuah artikel, karya, atau pun disertasi yang ilmiah dan objektif.
2. Saudara Firanda telah mengetahui keberadaan pernyataan asy-Syaikh Rabi’ yang dia potong (tidak dia nukil) secara sempurna itu. Namun karena satu dan lain hal dari kepentingan yang dia maukan, atau dengan kata lain tidak sesuai dengan hawa nafsu dan ambisinya dalam upaya menjauhkan umat dari asy-Syaikh Rabi’ dan karya-karyanya dalam membantah ahlul bid’ah dan hizbiyyah, maka dia lakukan perbuatan keji tersebut terhadap asy-Syaikh Rabi’. Tentu hal ini semakin membuktikan kepada kita bahwa saudara Firanda adalah pengekor hawa nafsu yang suka mempermainkan keterangan dan fatwa-fatwa para ‘ulama, baik dengan cara tidak jujur dalam menukil, atau membenturkan fatwa seorang ‘ulama dengan fatwa ‘ulama lainnya.
Kemudian ketika beredar isu atau syubhat bahwa khilaf (perselisihan) yang terjadi antara ‘Ali al-Halabi dengan al-Lajnah ad-Da’imah – yang termasuk di dalamnya adalah asy-Syaikh Shalih al-Fauzan – adalah khilaf shuri (semu) yang pada hakekatnya bukanlah perselisihan, maka asy-Syaikh Shalih al-Fauzan ditanya tentang kebenaran isu tersebut, dan beliau menjawab ,
ما احن بحاجة للإنسان جديد يأتي ويلخبط الناس بأفكاره وجهله وتخرصاته ما احن بحاجة لإمثال هؤلاء ، يكفينا قول علمآئنا وما دونووه في الكتب الصحيحة من كتب الفقه وكتب العقيدة ؛ يكفيننا هذا ونمشي عليه ونترك هذه الكتابات الجديدة والتعالم الجديد الذى شغل الشباب وشغل الناس .
“Kita sama sekali tidak butuh kepada seseorang yang baru datang dan menimbulkan kebingungan kepada manusia, dengan pemikiran-pemikiran (menyimpang)nya dan dengan kebodohannya, serta kebohongan-kebohongan yang dia buat-buat, kita sama sekali tidak butuh kepada orang-orang semisal mereka. Cukup bagi kita pernyataan para ‘ulama kita dan berbagai pernyataan yang mereka torehkan dalam berbagai karya yang shahih dalam kitab-kitab fiqh dan kitab-kitab aqidah. Cukup bagi kita hal ini, dan kita berjalan di atasnya. Kita tinggalkan berbagai karya baru, dan kita tinggalkan sikap sok berilmu yang baru muncul ini, yang telah menyibukkan para pemuda dan manusia.”
Sumber http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=118498
Pernyataan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan di atas, memberikan kepada kita beberapa faidah:
1. ‘Ali al-Halabi adalah orang baru yang membikin bingung umat dengan berbagai kebohongan yang dibuatnya.
2. ‘Ali al-Halabi adalah seseorang yang memiliki sifat at-Ta’alum (sok berilmu) yang telah menyibukkan para pemuda dan umat.
Kalau kita perhatikan beberapa sifat negatif ‘Ali al-Halabi di atas yang dapat membahayakan keselamatan aqidah dan manhaj umat, maka hal yang sama persis juga ada pada saudara Firanda, sebagaimana telah Nampak dalam beberapa tulisan dan sikap-sikapnya.
Benarkah al-Lajnah ad-Da`imah menarik fatwanya terhadap ‘Ali Hasan al-Halabi?
Halabiyyun pun tidak putus asa dalam upayanya menipu umat dan mempermainkan akal mereka, kali ini dengan menyebarkan berita dusta bahwa para ‘ulama yang berada dalam lembaga al-Lajnah ad-Da`imah telah rujuk atau menarik fatwa bantahan terhadap ‘Ali al-Halabi dan kesesatannya. Ketika berita dusta ini didengar oleh asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, maka beliau berkata,
هذا كذب كله، اللجنة ما تراجعت, ولا تَراجُع إن شاء الله عن الحق وبيان الباطل، ولا زار اللجنة أحد، ولو زارها.. ثم ماذا إذا زارها؟! اللجنة ما تتراجع عن الحق أبداً, ومن الواجب أنه هو اللي يتراجع عن الباطل ويتوب إلى الله عز وجل
“Ini adalah dusta semuanya!! al-Lajnah tidak rujuk, dan tidak ada rujuk – insya Allah – dari al-Haq (kebenaran) dan penjelasan terhadap kebatilan. Tidak ada seorang pun yang berkunjung (ke Lajnah), kalau seandainya ada seorang yang berkunjung (ke Lajnah) lalu kenapa?? al-Lajnah tidak akan pernah rujuk dari al-Haq selama-lamanya. Justru yang wajib adalah dia (‘Ali al-Halabi) yang semestinya rujuk dari kebatilan dan bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=141036
Itulah jawaban asy-Syaikh Shalih al-Fauzan tentang kedustaan al-Halabiyyun dan penyimpangan aqidah pada ‘Ali al-Halabi.
Fatwa asy-Syaikh al-’Allamah Shalih as-Suhaimi Tentang situs Kulalsalafiyeen
Setelah kita mengetahui sekelumit kondisi ‘Ali al-Halabi melalui fatwa salah seorang ‘ulama Kibar di atas, sekaligus kondisi pengikut setianya yaitu saudara Firanda, maka berikut ini mari kita ikuti penilaian salah seorang ‘ulama ahlus sunnah terhadap situs kebanggaan Halabiyyun, yang merupakan rujukan utama saudara Firanda dalam menjatuhkan asy-Syaikh Rabi’, yaitu situs Kulalsalafiyeen. ‘Ulama yang saya maksud adalah asy-Syaikh al-’Allamah Shalih as-Suhaimi hafizhahullah , yang tidak asing lagi bagi saudara Firanda dan yang semisalnya. Wallahu A’alam apakah beliau termasuk ‘ulama senior dalam pandangan saudara Firanda? Sangat saya tunggu keterangannya.
Yaitu ketika beliau mengomentari situs Kulalsalafiyeen tersebut,
لعل البعض من السفهاء نشر – ولعلّه نشر ببتر أو عدم تحرٍّ للدقةـ أو مع نقص أو إلزام – في بعض المواقع؛ موقع مشبوه يسمَّى “كل السلفيين”، وأنا أعتبره “كل الخلفيين” في الحقيقة؛ لأنه دائماً يصطاد في الماء العكر؛ ليفرق صفوف المسلمين عامَّة والسَّلفيِّين خاصَّة، فلا تغترُّوا بما عند أولئك بسبب ما رُدَّ عليهم من الردود، أو بسبب ما عندهم من مشكلات، واستغلوا ذلك، فيصطادون أي كلمة يظنُّون أنها تأييداً لهم، حتى أنه في العَام المَاضي جَاءت الرِّسالة لكلمةٍ لي منشورةٍ عندهم في تفاهم بيني وبين أحد المشايخ الأفاضل، وزعموا من خلال هذه الكلمة أني أردُّ على هذا الشيخ الفاضل!، والحقيقة أنا ما صدَّقت حتى لمَّا قرأت الرِّسالة اندهشت؛ رسالة تقول: “أنت تنال من الشَّيخ الفلانِي!”، رجعتُ إلى ما نُشر في هذا الموقع المشبوه، وجدتهـا كلمة فيها تفاهم بيني وبين شيخي، هذا ليس فيها رد، وإنما فيها تفاهم على موضوع معين أو على مسألة معينة، نقاش عادي بين الشيخ وتلميذه، والتقطوا إحدى الكلمات ونشروهـا في هذا الموقع المشبوه…
“Mungkin saja sebagian pihak dari kalangan sufaha’ (orang-orang dungu) menyebarkan – dan bisa saja dia menyebarkan dengan pemotongan (kata atau kalimat), atau tidak adanya upaya yang sungguh-sungguh untuk teliti, atau bersama dengan itu adanya pengurangan, atau ilzam (pengharusan) – di sebagian situs, yaitu situs yang tidak jelas, yang diberi nama dengan Kulalsalafiyeen (Kulassalafiyin). Namun aku menganggapnya Kullalkhalafiyyin secara kenyataannya. [4] Karena situs tersebut selalu memancing di air keruh, memecah belah barisan muslimin secara umum dan barisan salafiyyin secara khusus. Maka janganlah kalian tertipu dengan segala sesuatu yang ada pada mereka (situs Kulalsalafiyeen) dengan sebab apa yang telah dibantahkan kepada mereka dalam berbagai bantahan, atau dengan sebab berbagai problem yang ada pada mereka, kemudian akhirnya mereka memanfaatkan keadaan tersebut. Maka mereka (situs Kulalsalafiyeen) mencari-cari kalimat (kata) apapun yang mereka sangka mendukung (pemikiran) mereka. Sampai-sampai pada tahun lalu datang sebuah surat disebabkan salah satu perkataanku yang disebarkan di kalangan mereka tentang sebuah kompromi yang terjadi antara aku dengan salah seorang masyaikh yang mulia, dan mereka (Halabiyyun) menyangka dari kalimat itu aku sedang membantah Syaikh yang mulia tersebut!, pada hakekatnya aku tidak percaya adanya isu tersebut, hingga ketika aku membaca sendiri surat tersebut aku sangat tercengang. Surat tersebut mengatakan, “Engkau (asy-Syaikh as-Suhaimi) telah mencela asy-Syaikh Fulan.!” Maka aku segera merujuk kepada artikel yang disebarkan di situs yang tidak jelas tersebut (yaitu situs Kulalsalafiyeen ) dan aku mendapati pernyataan tersebut (hanyalah) mengandung sebuah upaya kompromi antara aku dan syaikh –ku tersebut. Ini sama sekali tidak mengandung bantahan, yang ada hanyalah upaya mengkompromikan tentang suatu permasalahan, itu adalah sebuah diskusi biasa yang terjadi antara seorang syaikh dengan muridnya. Ternyata mereka (Halabiyun) mencomot salah satu ucapan dan menyebarkannya di situs yang tidak jelas tersebut (situs Kulalsalafiyeen). …
يا أخي على المسلمين أن يتقوا الله، وطلبة العلم عليهم أن يتَّقوا الله عزوجل في هذا الباب، ماذا يُريد هؤلاء؟, هل يريدون الوقيعة بين طلبة العلم؟! هل يريدون أن يزيدونا فُرقة على ما عندنا من فُرقة وللأسف تدعوا إلى الحُرقة؟ أم أنهم مندسون يصطادون في الماء العكر؟!
…
“Wahai saudaraku, wajib atas seluruh kaum muslimin untuk bertakwa (takut) kepada Allah, dan para penuntut ilmu wajib atas mereka untuk bertakwa (takut) kepada Allah ‘azza wa Jalla dalam permasalahan ini, apa yang mereka (Halabiyyun) inginkan, apakah mereka menginginkan terjadinya fitnah di tengah-tengah para penuntut ilmu?! Apakah mereka (Halabiyyun) ingin menambah perpecahan di atas perpecahan yang sudah terjadi di tengah-tengah kita. Apakah kalian menyeru kepada suasana yang semakin panas? Ataukah ternyata mereka adalah orang-orang yang disusupkan untuk mengail di air keruh?!
( …. ) [5]
أقول: لا غرو أن ينتزع بعض المغرضين كلاماً لي أو لغيري من طلبة العلم فيغير ويبدِّل، أو ينشره بطريقة خطيرة جداً استفزازية، لماذا تستغل أنت؟ لماذا توقد النار؟ لماذا تكذب؟!
Aku katakan: jangan kalian terheran kalau sebagian orang yang memiliki kepentingan mencomot sebuah pernyataan, baik pernyataanku ataupun selainku dari kalangan penuntut ilmu, kemudian disimpangkan dan dirubah, atau menyebarkannya dengan cara yang sangat berbahaya dan provokatif. Kenapa engkau (situs Kulalsalafiyeen) memanfaatkan (kesempatan tersebut)? Kenapa engkau menyalakan api (fitnah)? Kenapa engkau berdusta?!”
Sumber http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=125805
Perhatikan baik-baik pernyataan asy-Syaikh Shalih as-Suhaimi di atas, darinya kita bisa mengambil beberapa faidah penting:
1. Situs Kulalsalafiyeen – yang merupakan rujukan utama saudara Firanda dan para pengikut al-Halabi lainnya – adalah situs yang masybuh (tidak jelas) alias majhul (tidak dikenal), sehingga berbagai tulisan atau artikel yang ditampilkannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
2. asy-Syaikh as-Suhaimi menamakan situs tersebut dengan situs Khalafiyyin (orang-orang yang mengikuti manhaj khalaf), bukan situs Salafiyyin (orang-orang yang mengikuti manhaj salaf). Hal ini tentunya tidak lain karena beliau melihat berbagai tulisan atau artikel yang ditampilkannya tidak mencerminkan manhaj atau akhlak Salafiyyin.
3. Situs yang dinamakan dengan Kulalsalafiyeen itu, adalah situs yang suka memancing di air keruh, memecah belah barisan muslimin secara umum, dan barisan salafiyyin secara khusus. Sungguh saudara Firanda adalah pembawa panji situs masybuh (tidak jelas), pengikut jejak khalaf, sekaligus situs pemecah belah ini di Indonesia.
4. Situs Kulalsalafiyeen adalah situs yang gemar mencari-cari kalimat atau kata apapun yang mereka sangka mendukung pemikiran mereka. Di antaranya mereka mencari-cari perkataan ‘ulama yang mereka anggap menyerang ‘ulama lain yang mereka anggap telah menghalangi bid’ah atau pemahaman mereka yang menyimpang. Ini mengingatkan kita pada makar situs ini dalam mencomot ucapan asy-Syaikh al-Albani, yang mereka sangka telah mendukung mereka memvonis manhaj asy-Syaikh Rabi’ mutasyaddid. Cara ini diikuti oleh saudara Firanda!! Termasuk ketika dia mencomot pernyataan-pernyataan asy-Syaikh Bin Baz, asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah untuk menggiring pembaca sampai pada kesimpulan yang dia maukan, bahwa asy-Syaikh Rabi’ berpaham khawarij.
5. Situs Kulalsalafiyeen adalah situs yang menginginkan menyalanya api fitnah di tengah-tengah para penuntut ilmu. Begitu pula saudara Firanda telah menyalakan api fitnah di tengah-tengah salafiyyin dan para penuntut ilmu di Indonesia.
6. Situs Kulalsalafiyeen adalah situs yang tidak segan untuk melakukan dusta atas nama ‘ulama.
Semoga saudara Firanda mau mengambil pelajaran dari pernyataan asy-Syaikh Shalih as-Suhaimi di atas, serta mau bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kembali kepada manhaj yang lurus serta kejujuran dan sportifitas.
(bersambung insya Allah)
al-Faqir ila ‘afwi wa ‘auni rabbihi
Luqman Muhammad Ba’abduh
Jember, 15 Muharram 1435 H / 19 November 2013
[1] Vonis ini semata-mata datang dari saudara Firanda. Kalau kita cermati sejak awal tulisannya, tidak ada seorang pun dari ‘ulama kibar yang memvonis seperti saudara Firanda. Dengan kata lain, berbagai kesimpulan batil saudara Firanda sama sekali tidak pernah dikembalikan kepada ‘ulama kibar. Tentu ini sebagai bukti untuk kesekian kalianya, bahwa saudara Firanda bukanlah orang yang jujur dan memiliki amanah ilmiah dalam memaparkan sebuah permasalahan.
[2] Semestinya saudara Firanda bisa memahami hal ini dari tulisan-tulisan saya sebelumnya, tanpa perlu saya menanyakannya di sini. Tapi sayang, beberapa kali saudara Firanda keburu menyatakan bahwa tulisan saya tidak nyambung.
Adapun dua alasan lainnya yang ia jadikan sebagai landasan menilai asy-Syaikh Rabi’ mutasyaddid, maka akan datang insya Allah pembahasan tentangnya.
Jika saudara Firanda tetap tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, dan terus mengatakan tulisan saya tidak nyambung, maka pembaca semua akan semakin tahu bahwa itulah sesungguhnya “gambaran jawaban atau sikap” saudara Firanda dalam permasalahan-permasalahan lainnya.
[3] Ketauhilah bahwa pernyataan asy-Syaikh Rabi’ yang tidak dinukil secara sengaja oleh saudara Firanda ini mengandung makna yang sangat penting. Semoga bisa dibahas dalam tulisan yang khusus terkait dengan permasalahan ini, pada tulisan-tulisan mendatang.
[4] Yakni asy-Syaikh as-Suhaimi menilai penggunaan nama Salafiyyin untuk situs ini adalah tidak tepat. Bahkan beliau menilai situs tersebut pada kenyataannya adalah Khalafiyyin, yaitu orang-orang yang mengikuti manhaj khalaf , bukan situs orang-orang yang mengikuti manhaj salaf.
[5] Kemudian beliau mengingatkan kita tentang makar hizbiyyin dan sururiyyin pengikut paham Sayyid Qutb dan IM, pada tahun 1413 – 1414 H, yang memancing di air keruh, dengan memanfaatkan salah satu pernyataan asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, untuk memukul dan menjatuhkan kredibilitas ‘ulama Madinah, semisal asy-Syaikh Muhammad Aman al-Jami, asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali, dll, ketika para ‘ulama tersebut gencar membantah Sururiyyah dan Quthbiyyah. Namun kemudian dengan izin Allah terbongkarlah makar dan kedustaan mereka yang mengatasnamakan asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah.
Tampaknya cara-cara lama para hizbiyyin tersebut diteladani oleh ‘Ali al-Halabi beserta situsnya, termasuk saudara Firanda dan beberapa hizbiyyin Indonesia lainnya. Alhamdulillah, makar mereka tersebut sekarang sudah mulai terbongkar, dan Insya Allah para pembaca akan lebih banyak mengetahui kebusukan makar saudara Firanda dan para pendukungnya.
Sumber : dammajhabibah.net