بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh : Al-Ustadz Luqman bin Muhamad Ba’abduh
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه وسلم، وبعد :
Telah sampai kepada saya tulisan saudara Firanda yang secara mati-matian dan membabi buta membela Radio Rodja, dan tokoh bid’ah yang bernama Ali Hasan al-Halabi, serta secara membabi buta pula menjatuhkan kehormatan asy-Syaikh Rabi’ sebagai seorang ‘ulama sunnah. Dalam tulisannya tersebut tampak sekali saudara Firanda kebakaran jenggot, sehingga tulisan tersebut tidak mencerminkan penulisnya sebagai seorang thalibul ilmi yang dapat memahami permasalahan dengan baik dan benar, tidak pula mencerminkan penulisnya sebagai thalibul ilmi yang beradab dengan adab-adab thalibul ilmi. Setelah saya membaca tulisannya sejak bagian-1 hingga ke-5, merasa penting bagi saya untuk menjelaskan kepada Salafiyyin dan semua pihak yang mau menerima kebenaran, tentang beberapa kebatilan dan tipu daya saudara Firanda dan bahayanya terhadap aqidah dan manhaj para pembacanya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membantu saya dengan taufiq-Nya untuk mewujudkan hal itu.
Tulisan ini akan saya bagi dalam beberapa episode, yang akan saya tampilkan secara berseri – insya allah – semoga menjadi bahan renungan, bagi diri saya pertama, dan semua pihak yang mengingkan keselamatan aqidah dan manhajnya.
Sekilas tentang asy-Syaikh Rabi’
Asy-Syaikh Rabi’ adalah salah satu ‘ulama kibar yang tidak diragukan lagi tingkat keilmuannya dan kelurusan manhajnya dalam membela Tauhid dan Sunnah, serta membantah bid’ah dan ahlul bid’ah. Hal ini sebagaimana telah dipersaksikan oleh para ‘ulama Kibar di Arab Saudi, Yaman, Syam, dan yang lainnya.
Karena kegigihan beliau dalam membela Sunnah dan membantah bid’ah dan ahlul bid’ah, banyak pihak dari kalangan ahlul bid’ah yang membenci beliau dan berupaya menjatuhkan nama baiknya. Baik dari kalangan syi’ah rafidhah, kaum sufi, kelompok Ikhwanul Muslimin (IM), al-Quthbiyyah, Jam’iyyah Ihyaut Turats, dan yang lainnya. Atau pun pribadi-pribadi ahlul bid’ah semisal Safar al-Hawali, Salman al-’Audah, ‘Abdurrahman ‘Abdul Khaliq, Ali Hasan Al-Halabi, Abul Hasan al-Ma’ribi, dan yang semisal mereka.
Di negeri kita ini pun bermunculan orang-orang yang mengikuti jejak para ahlul bid’ah di atas. Mencoba mencela dan menjatuhkan kredibiltas asy-Syaikh Rabi’, baik dengan cara yang kasar dan arogan, atau pun dengan cara yang halus dan terselubung. Salah satu di antara mereka adalah saudara Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja Abidin asal Sorong.
Pada mulanya saya mendengar bahwa saudara Firanda dalam beberapa ucapannya mencoba mencela beberapa masyaikh. Namun karena itu bersifat nukilan-nukilan yang saya belum mendapatkan rekaman suara atau pun dalam bentuk tulisan, maka saya mencoba untuk menahan diri dari berbicara tentangnya. Saya tetap percaya kepada para penukil, namun saya berusaha untuk bersabar dengan keyakinan bahwa Allah pasti akan membongkar tipu dayanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
{وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (72)} [البقرة: 72]
dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
Alhamdulillah bersama dengan perjalanan waktu, Allah tampakkan sesuatu yang selama ini tersembunyi.
Dalam tulisannya tersebut, saudara Firanda mencoba membenturkan manhaj asy-Syaikh Rabi’ dengan manhaj para ‘ulama kibar lainnya, semisal asy-Syaikh Bin Baz, asy-Syaikh al-Albani, asy-Syaikh al-’Utsaimin, dan asy-Syaikh al-Fauzan. Hal itu ia lakukan berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang ia ambil sendiri, tanpa merujuk pada kesimpulan dan fatwa para ‘ulama kibar. Kemudian menggambarkan kepada para pembaca bahwa manhaj asy-Syaikh Rabi’ bertentangan dengan manhaj para ‘ulama tersebut.
Mari ikuti dengan seksama pernyataan saudara Firanda dalam tulisannya bagian ke-4 :
Diantara sebab kerasnya sebagian saudara kita yang men-tahdzîr secara membabi buta adalah, mereka mengambil manhaj mereka (maksud saya bukan dalam hal aqidah dan fikih, tapi dalam hal tahdzîr men-tahdzîr dan tabdî’ men-tabdî’) hanya dari segelintir masyayikh yang sesuai dengan selera mereka, dan meninggalkan manhaj para ulama Kibâr (senior) seperti Syaikh Bin Bâz, Syaikh Al-’Utsaimîn, Syaikh Al-Albâni, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbâd, Syaikh Shâlih Al-Fauzân, para anggota Kibâr al-‘Ulamâ’, dan para anggota Al-Lajnah Ad-Dâ`imah.Diantara para masyayikh yang mereka ambil manhajnya dalam hal ini –bahkan seakan-akan seperti wahyu yang turun dari langit- adalah Syaikh Rabî’ bin Hâdî Al-Madkhalî –semoga Allah meluruskan langkah beliau dan mengembalikan beliau kepada kebenaran-.
Barang siapa –yang mau jujur- dalam mengamati sepak terjang Syaikh Rabî’ Al-Madkhalî, maka ia akan mendapati bahwa manhaj beliau –khususnya dalam masalah tahdzîr dan tabdî’- sangatlah jauh berbeda dengan manhaj tiga imam dakwah salafîyah zaman ini, yaitu Syaikh Bin Bâz, Syaikh Al-Albânî, dan Syaikh Al-’Utsaimîn rahimahumullâh. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Manhaj ketiga imam tersebut telah diwarisi oleh murid-murid senior mereka yang tersebar di Kerajaan Arab Saudi, dan hingga saat ini saya belum menemukan murid-murid senior mereka yang bermanhaj seperti manhaj Syaikh Rabî’.
Dari redaksi di atas dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
Dalam tulisan ini, insya Allah para pembaca akan tahu bahwa ternyata apa yang dia tuliskan itu hanyalah kesimpulan-kesimpulan sepihak dari saudara Firanda. Disengaja ataupun tidak dengan tulisannya itu saudara Firanda telah berupaya menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ di hadapan para pembaca agar mereka sampai pada kesimpulan bahwa :
Kesimpulan-kesimpulan seperti di atas, dahulu kami sering mendengarnya sebagai celaan-celaan para hizbiyyin pengikut paham Ikhwanul Muslimin (IM) atau al-Quthbiyyah (pengikut paham Sayyid Quthb), as-Sururiyyah, pengikut ‘Abdurrahman ‘Abdul Khaliq pendiri Jam’iyyah Ihyaut Turats. Kemudian kesimpulan-kesimpulan semisal itu dilanjutkan oleh Abul Hasan al-Ma’ribi dan Ali Hasan Al-Halabi, serta para pengikut keduanya dalam berbagai artikel, atau karya-karya tulis, dan ceramah-ceramah mereka.
Di negeri kita ini mulai bermunculan pihak-pihak yang mengikuti jejak para ahlul bid’ah di atas. Kami melihat cara-cara Firanda sangat mirip dengan yang ditempuh oleh al-Quthbiyyah, Abul Hasan, maupun Ali Hasan al-Halabi.
Jika saudara Firanda tidak setuju dengan kesimpulan kami tentang dirinya ini, tolong saudara Firanda menukilkan kepada para pembaca sikap dan penilaian para ‘ulama kibar yang sebenarnya terhadap manhaj asy-Syaikh Rabi’ dan karya-karyanya dalam membela al-Qur’an dan as-Sunnah, serta membongkar kesesatan bid’ah dan ahlul bid’ah dengan penuh kegigihan, keilmiahan, dan kesabaran; sehingga benar-benar tampak kepada seluruh pembaca hakekat sebenarnya manhaj asy-Syaikh Rabi’ dan karya-karyanya dalam timbangan manhaj para ‘ulama Kibar. [1] Jangan hanya menukil sepotong-sepotong yang dianggap mencocoki kemauan dan ambisi saudara Firanda, kemudian mengabaikan pujian, sanjungan, dan dukungan para ‘ulama kibar terhadap beliau dan karya-karyanya dalam mentahdzir ahlul bid’ah.
Namun karena keterbatasan waktu dan kebutuhan para pembaca yang mendesak, kami ingin membantu menampilkan sikap dan pujian para ‘ulama kibar ahlus sunnah terhadap manhaj asy-Syaikh Rabi’, karya-karya, dan bantahan-bantahannya.
Berikut ini pujian dan dukungan asy-Syaikh al-Albani rahimahullah untuk asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah
Jawaban asy-Syaikh Al-Albani terhadap pertanyaan yang diajukan kepada beliau tentang orang yang mencoba menciptakan keraguan tentang kelurusan manhaj beliau. Pertanyaan ini diajukan oleh Abul Hasan al-Ma’ribi. [2] Mari kita ikuti:
(3) الشيخ العلامة المحدث محمد ناصر الدين الألباني –رحمه الله-:
فقد وُجّه سؤال إلى الشيخ الألباني في شريط ( لقاء أبي الحسن المأربي مع الألباني ) ما مفاده: أنه على الرغم من موقف فضيلة الشيخين ربيع بن هادي المدخلي ومقبل بن هادي الوادعي في مجاهدة البدع والأقوال المنحرفة، يشكك بعض الشباب في الشيخين أنهما على الخط السلفي؟
فأجاب -رحمه الله تعالى-:
((نحن بلا شك نحمد الله -عز وجل- أن سخر لهذه الدعوة الصالحة القائمة على الكتاب والسنة على منهج السلف الصالح، دعاة عديدين في مختلف البلاد الإسلامية يقومون بالفرض الكفائي الذي قل من يقوم به في العالم الإسلامي اليوم، فالحط على هذين الشيخين الشيخ ربيع والشيخ مقبل الداعيين إلى الكتاب والسنة، وما كان عليه السلف الصالح ومحاربة الذين يخالفون هذا المنهج الصحيح هو كما لا يخفى على الجميع إنما يصدر من أحد رجلين : إما من جاهل أو صاحب هوى.
الجاهل يمكن هدايته ؛ لأنه يظن أنه على شيء من العلم، فإذا تبين العلم الصحيح اهتدى.. أما صاحب الهوى فليس لنا إليه سبيل، إلا أن يهديه الله ـ تبارك وتعالى ـ فهؤلاء الذين ينتقدون الشيخين ـ كما ذكرنا ـإما جاهل فيُعلّم، وإما صاحب هوى فيُستعاذ بالله من شره، ونطلب من الله -عز وجل- إما أن يهديه وإما أن يقصم ظهره.))
Penanya : Walaupun (telah tegas) sikap kedua syaikh yang mulia, yaitu (asy-Syaikh) Rabi’ bin Hadi al-Madkhali dan (asy-Syaikh) Muqbil bin Hadi al-Wadi’i dalam memerangi kebid’ahan dan berbagai pernyataan (aqidah) yang menyimpang. Sebagian pemuda mencoba menciptakan keraguan tentang kedua syaikh (yang mulia tersebut) bahwa keduanya berada di atas prinsip salafi?
Asy-Syaikh Al-Albani menjawab : Tidak diragukan lagi kami memuji (bersyukur kepada) Allah ‘azza wa jalla yang telah menggerakkan untuk dakwah yang baik ini – yang berdiri tegak di atas al-Kitab dan as-Sunnah dan manhaj as-salafush shalih – para da’i yang banyak jumlahnya di berbagai negeri Islam guna menegakkan sebuah amalan fardhu kifayah yang sangat sedikit orang-orang yang menegakkannya di dunia Islam pada masa ini. Maka merendahkan kedua syaikh tersebut yaitu asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Muqbil – dua tokoh yang menyeru kepada al-Kitab dan as-Sunnah serta prinsip as-Salafush Shalih, juga memerangi orang-orang yang menyelisihi manhaj yang shahih ini – sebagaimana telah tampak kepada semua pihak, bahwa perbuatan tersebut (menjatuhkan kredibilitas dua syaikh yang mulia tadi) hanyalah muncul dari salah satu dari dua jenis orang:
– Bisa saja hal itu muncul dari seorang yang jahil
– Atau seorang pengekor hawa nafsu.
Adapun seorang yang jahil, masih mungkin hidayah untuknya. Karena dia menyangka bahwa dirinya berada di atas ilmu. Namun jika telah nampak kepadanya ilmu yang benar maka dia akan berjalan di atas hidayah.
Adapun seorang pengekor hawa nafsu maka tidak ada jalan bagi kita, kecuali Allah memberikan hidayah kepadanya.
Mereka yang mengkritisi dua syaikh tersebut (asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Muqbil) bisa saja seorang yang jahil maka diberi pelajaran, atau dia adalah seorang pengekor hawa nafsu maka berlindung kepada kepada Allah dari kejahatannya, dan kita memohon kepada Allah agar memberikan hidayah kepadanya atau semoga Allah turunkan padanya musibah/bala’.”
Sebelum kita melanjutkan jawaban asy-Syaikh al-Albani di atas, maka saya katakan, saudara Firanda yang telah mencoba menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ dalam tulisannya itu adalah salah satu dari dua kemungkinan:
asy-Syaikh al-Albani juga berkata,
((… فأريد أن أقول إن الذي رأيته في كتابات الشيخ الدكتور ربيع أنها مفيدة ولا أذكر أني رأيت له خطأ، وخروجاً عن المنهج الذي نحن نلتقي معه ويلتقي معنا فيه)).
” …Maka aku ingin berkata, sesungguhnya yang aku lihat dalam berbagai karya asy-Syaikh DR. Rabi’ adalah karya-karya yang bermanfaat, dan aku tidak ingat bahwa aku mendapati satu kesalahan padanya, atau (sebuah prinsip) yang telah keluar dari manhaj yang kami bertemu dengannya dan dia bertemu dengan kami padanya.”
Perhatikan para pembaca yang budiman,
Dengan tegas asy-Syaikh al-Albani mengatakan :
” dan aku tidak ingat bahwa aku mendapati satu kesalahan padanya …” berarti asy-Syaikh al-Albani sangat setuju dan mendukung karya-karya asy-Syaikh Rabi’ dalam berbagai tahdzir beliau terhadap ahlul bid’ah. Sementara Firanda mencoba menjatuhkan manhaj tahdzir atau tabdi’ asy-Syaikh Rabi’.
Perhatikan juga perkataan beliau, ” … atau (sebuah prinsip) yang telah keluar dari manhaj yang kami bertemu dengannya dan dia bertemu dengan kami padanya.”
Dengan tegas beliau mengatakan bahwa manhaj beliau dan manhaj asy-Syaikh Rabi’ adalah sama atau satu kesatuan.
Sementara saudara Firanda mencoba menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ dengan membuat kesimpulan bahwa manhaj beliau jauh berbeda dengan manhaj asy-Syaikh al-Albani.
Siapa yang lebih dapat dipercaya, ucapan salah seorang imam dakwah salafiyyah masa ini, yaitu asy-Syaikh al-Albani. Ataukah ucapan saudara Firanda yang kita belum mengenal keilmuan, kelurusan manhaj, dan kejujuran akhlaknya. Silakan para pembaca memilih.
Tidak cukup sampai di situ, saudara Firanda juga merendahkan manhaj asy-Syaikh Rabi’ dalam kesimpulannya, bahwa manhaj beliau bagi para pengikutnya seakan wahyu yang turun dari langit. Hal ini diperparah pula dengan doa yang seolah-olah beradab, namun itu adalah bentuk pelecehan terselubung, yaitu perkataannya, “(semoga Allah meluruskan langkah beliau dan mengembalikan beliau kepada kebenaran).” Kesimpulan dari doa Firanda yang penuh “adab” ini adalah, bahwa manhaj asy-Syaikh Rabi’ telah menyimpang sehingga perlu diluruskan, dan manhaj beliau berada di atas kebatilan, sehingga perlu dikembalikan kepada kebenaran. Na’udzubillah min dzalik.
Asy-Syaikh al-Albani sebagaimana dalam kaset berjudul, “al-Muwazanat bid’atul ‘ashr” setelah beliau berbicara tentang kebid’ahan manhaj muwazanah ini, beliau berkata,
((وباختصار أقول: إن حامل راية الجرح والتعديل اليوم في العصر الحاضر وبحق هو أخونا الدكتور ربيع، والذين يردون عليه لا يردون عليه بعلم أبداً، والعلم معه ))
“dan secara ringkas aku mengatakan, sesungguhnya pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil pada hari ini dalam zaman ini dan dengan sebenar-benarnya adalah saudara kami DR. Rabi’. Sementara orang-orang yang membantahnya, tidak mereka membantahnya di atas bimbingan ilmu sama sekali, dan ilmu (kebenaran) bersama beliau (asy-Syaikh Rabi’).”
Perhatikan baik-baik pernyataan asy-Syaikh al-Albani di atas. Saudara Firanda adalah salah satu pihak yang berusaha membantah asy-Syaikh Rabi’ tanpa ilmu. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh asy-Syaikh al-Albani.
Asy-Syaikh al-Albani kembali memuji asy-Syaikh Rabi’ dan karya-karyanya dalam mentahdzir ahlul bid’ah, dan dijadikan sebagai rujukan beliau dan umat. Berikut ini perkataan asy-Syaikh al-Albani dalam kitab Shifat Shalat Nabi hal.68, ketika beliau berbicara tentang Muhammad al-Ghozali,
((وقد قام كثير من أهل العلم والفضل –جزاهم الله خيراً- بالردّ عليه، وفصّلوا القول في حيرته وانحرافه، ومن أحسن ما وقفت عليه رد صاحبنا الدكتور ربيع بن هادي المدخلي في مجلّة (المجاهد) الأفغانية (العدد:9-11) ،)).
“Dan telah melakukan (menulis) banyak dari kalangan orang-orang yang memiliki ilmu dan keutaamaan – semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan – bantahan terhadapnya (Muhammad al-Ghozali) dan merinci penjelasannya tentang kebingungan dan kesesatan orang ini. Di antara karya terbaik yang aku dapati adalah bantahan kawan kami DR. Rabi’ bin Hadi al-Madkhali (yang dimuat) dalam majalah Afghanistan al-Mujahid edisi 9-11 … ” Tulisan asy-Syaikh Rabi’ yang berisi bantahan atau tahdzir terhadap Muhammad al-Ghazali yang dimaksud oleh asy-Syaikh al-Albani berjudul ad-Difa’ ‘anis Sunnah wa Ahliha (Pembelaan terhadap Sunnah dan Ahlus Sunnah)
Dalam salah satu tulisannya mengomentari karya asy-Syaikh Rabi’ yang berjudul al-’Awashim mimma fi Kutub Sayyid Quthb minal Qawashim” Asy-Syaikh al-Albani kembali berkata,
((كل ما رددته على سيد قطب حق وصواب، ومنه يتبين لكل قارئ مسلم على شيء من الثقافة الإسلامية أن سيد قطب لم يكن على معرفة بالإسلام بأصوله وفروعه.
فجزاك الله خيراً أيها الأخ الربيع على قيامك بواجب البيان والكشف عن جهله وانحرافه عن الإسلام)).
“Seluruh yang kau bantahkan kepada Sayyid Quthb adalah benar dan tepat, dan darinya akan menjadi jelas bagi setiap pembaca muslim yang memiliki pengetahuan tentang Islam bahwa Sayyid Quthb tidak berada di atas pengetahuan Islam, baik pokok-pokok dasar Islam maupun cabang-cabangnya. Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan wahai al-Akh Rabi’ atas upayamu melakukan kewajiban penjelasan dan membongkar kebodohan dia (Sayyid Quthb) serta penyimpangannya dari agama Islam.”
Demikian beberapa pujian dan dukungan asy-Syaikh al-Albani terhadap asy-Syaikh al-’Allamah DR. Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah. Insya Allah akan datang penjelasan pujian dan dukungan asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan para ‘ulama kibar lainnya terhadap manhaj beliau. Perlu diketahui bahwa pujian para ‘ulama kibar terhadap asy-Syaikh Rabi’ – baik dari asy-Syaikh al-Albani di atas maupun masyaikh lainnya – kami kutip dari salah satu karya asy-Syaikh DR. Khalid azh-Zhafiri hafizhahullah yang berjudul ats-Tsana`ul Badi’ minal ‘Ulama ‘ala asy-Syaikh Rabi’,
(bersambung insya allah)
al-Faqir ila ‘afwi wa ‘auni rabbihi
Luqman Muhammad Ba’abduh
Jember, 5 Dzulhijjah 1434 H / 10 Oktober 2013 M
[1] Di sini saudara Firanda telah menyelisihi apa yang ia ucapkan sendiri dan ia jadikan sebagai kritikan terhadap orang lain, yaitu “Muwazanah dalam memvonis/menghukumi seseorang, bukan dalam mentahzhir.” Semoga bisa dibahas dalam kesempatan lain.
[2] Ini terjadi ketika Abul Hasan al-Ma’ribi masih belum terbongkar kesesatan dan kebid’ahannya. Subhanallah ternyata di kemudian hari Abul Hasan al-Ma’ribi termasuk dalam deretan orang-orang yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi, yaitu setelah wafatnya asy-Syaikh al-Albani rahimahullah di Yordan dan asy-Syaikh Muqbil al-Wadi’i di Yaman. Sehingga Abul Hasan al-Ma’ribi disadari olehnya ataupun tidak, telah termasuk dalam salah satu dari dua golongan manusia yang akan disebutkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam jawaban beliau terhadap pertanyaan Abul Hasan sendiri, yaitu : (Bisa saja hal itu muncul dari seorang yang jahil, atau seorang pengekor hawa nafsu).
Dan saya meyakini bahwa Abul Hasan termasuk pengekor hawa nafsu, karena dia bukan orang yang jahil (bodoh) tentang keilmuan dan kedudukan asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali, namun dia tetap mencela beliau.
Sumber : dammajhabibah.net