Al-Hafizh Al-Hakamy rahimahullah berkata:
Kebodohan itu sebab kesesatan makhluk secara keseluruan
Dan sebab semua kesengsaraan dan kezhaliman mereka
Dan Ilmu itu sebab petunjuk mereka bersama kebahagiaan mereka
Maka tiada kesesatan dan kesengsaraan bagi orang berilmu
Dan ketakutan itu akibat dari kebodohan dan kesedihan panjang juga karenanya
Dan dari orang berilmu dua hal itu terhilangkan, maka berpegang teguhlah
Asy-Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hifizhahullah berkata dalam “Syarh Manzhumah Al-Mimiyah” (47-50):
Ucapan beliau: “Kebodohan itu sebab kesesatan makhluk secara keseluruan”
Ini adalah perkara yang jelas dan nyata. Maka sumber setiap kesesatan yang terdapat pada setiap manusia adalah bodoh tentang Allah Ta’ala, agama-Nya, ancaman-Nya, hukuman-Nya, dan tentang surga dan neraka. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan,
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ
“Sesunggunya taubat di sisi Allah adalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejelekan lantaran kejahilan.” (An-Nisa’: 17)
Qatadah rahimahullah berkata: “Para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepakat bahwa semua perkara yang Allah Ta’ala didurhakai dengannya adalah kejahilan (kebodohan).” Hal ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam “Madarij As-Salikin” (1/470). Kemudian beliau berkata: “Dan tidaknya adanya perhatian terhadap ilmu disebut kebodohan, entah karena dia tidak memanfaatkan ilmu itu sehingga diposisikan dalam posisi kebodohan, atau entah karena kebodohannya terhadap jeleknya perbuatan jahatnya akan akibat perbuatannya.”
Ucapan beliau: “Dan sebab semua kesengsaraan dan kezhaliman mereka”
Artinya kebodohan itu sebab kesengsaraan dan kezhaliman semua makhluk, dan juga asas setiap bencana dan kejelekan.
Ucapan beliau: “Dan Ilmu itu sebab petunjuk mereka bersama kebahagiaan mereka”
Sebab teraihnya petunjuk dan sebab teraihnya kebahagiaan adalah ilmu.
Ucapan beliau: “Maka tiada kesesatan dan kesengsaraan bagi orang berilmu”
Orang yang memiliki ilmu tentang Allah Ta’ala dan tentang kitab-Nya akan terhilangkan dari mereka kesesatan dan kesengsaraan. Dan terhilangkannya kesesatan itu mengisyaratkan terdapatnya petunjuk, dan terhilangkannya kesengsaraan mengisyaratkan terdapatnya kebahagiaan. Sebab adanya petunjuk dan kebahagiaan adalah ilmu. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan,
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى
“Maka siapa yang mengikuti petunjuk (ilmu) maka tidak akan sesat tidak pula sengsara.” (Thaha: 123).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Maka Allah Ta’ala menafikan dari pengikut petunjuka itu dua perkara: Kesesatan dan kesengsaraan. Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhuma berkata: “Allah Ta’ala menjamin orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan sengsara di akhirat.” Kemudian dia membaca ayat,
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى
“Maka siapa yang mengikuti petunjuk (ilmu) maka tidak akan sesat tidak pula sengsara.” (Thaha: 123).
Dan ayat ini menafikan yang namanya kesesatan dan kesengsaraan dari semua pengikut petunjuk. Maka ayat ini menuntut bahwa orang tersebut tidak akan sesat di dunia dan tidak pula sengsara, tidak sesat di akhirat dan tidak pula sengsara. Sesungguhnya tingkatan itu ada empat: Petunjuk dan kesengsaraan di dunia, dan petunjuk dan kesengsaraan di akhirat. Akan tetapi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan tingkatan yang paling menonjol pada setiap tempatnya.” (Miftah Daris Sa’adah: 1/34-35).
Ucapan beliau: “orang berilmu”
Yaitu orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat yang bersandar pada kitabullah dan sunnah Nabin-Nya.
Ucapan beliau: ” Dan ketakutan itu akibat dari kebodohan dan kesedihan panjang juga karenanya”
Yaitu terjadinya ketakutan dan kesedihan itu disebabkan karena kejahilan/kebodohan. Yang dibuahkan kejahilan pada orang yang jahil dan dampak dari adanya kejahilan pada manusia adalah munculnya ketakutan dan kesedihan yang berkepanjangan. Kata ketakutan dan kesedihan jika disebut dalam satu rangkaian maka kesedihan itu terkait dengan apa yang telah lewat dan ketakutan terkait dengan sesuatu yang akan datang. Orang yang jahil selalu dalam kesedihan terhadap perkara yang telah lewat, karena yng telah lewat itu adalah hari-hari dan tahun-tahun yang bertumpuk pada kejahilan dan kesesatan. Dan hal itu juga demikian adanya dalam ketakutan pada yang akan datang.
Dua hal ini (ketakutan dan kesedihan) ternafikan (terhilangkan) dari orang yang berilmu. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa nash ayat, diantaranya firman Allah Ta’ala,
قُلْنَا اهْبِطُواْ مِنْهَا جَمِيعاً فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Kami katakan: “Turunlah kalian darinya semuanya, maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, siapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka tiada ketakutan pada mereka dan tiada pula mereka bersedih”.” (Al-Baqarah: 38).
Dan yang mengandung penetapan makna ini juga adalah firman Allah Ta’ala,
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Tidaklah demikian, bahkan siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka bersedih.” (Al-Baqarah: 112).
Dan Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul kecuali dalaam rangka memberi kabaar gembira dan mengingatkan. Maka barangsiapa yang beriman dan melakukan perbaikan maka tiada ketakutan padanya dan tiada pula mereka bersedih.” (Al-An’am: 48).
Dan Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا
“Sesungguhnya orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka istiqamah akan turun kepada mereka malaikat (berkata): “Janganlah kalian takut dan janganlah kalian bersedih”.” (Fushilat: 30).
Dan Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang yang kerkata: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka istiqamah, maka tiada ketukutan pada mereka dan tiada pula mereka bersedih.” (Al-Ahqaf: 13).
Ucapan beliau: “maka berpegang teguhlah”
Yaitu berpegang teguhlah dengan ilmu, peganglah dengan kokoh dan jagalah tetap di atasnya, maka engkau akan selamat dari konsekuensi kejahilan dan akibat buruknya. Dan engkau akan memperolah buah dari ilmu dan hasil baik darinya.
Diterjamahkaan oleh
‘Umar Al-Indunisy
Darul Hadits – Ma’bar, Yaman
Sumber : http://thalibmakbar.wordpress.com