Ketahuilah, bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai tempat beramal dan menjadikan akhirat sebagai tempat pembalasan. Dan Allah telah mengingatkan manusia untuk tidak tertipu dengan dunia ini sehingga melalaikannya dari akhirat. Karena sesungguhnya dunia ini hanya tempat berlalu sementara akhirat adalah tempat yang dituju.
Ketahuilah, kalaupun engkau tidak berjalan menuju Allah subhanahu wata’ala dengan amalan saleh untuk akhirat maka sesungguhnya akhirat itu akan berjalan menuju dirimu, tanpa engkau sadari. Maka tatkala penghujung dunia itu telah tiba akankah engkau termasuk orang-orang yang berkata,
رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِين
“Duhai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat supaya aku dapat bersedekah dan aku menjadi orang yang saleh” (Al Munafiqun: 10).
Dan engkau telah tahu jawabannya bukan?
Ketahuilah, di dunia ini manusia senantiasa bergulir di antara tiga keadaan:
Kedaan pertama, kenikmatan yang Allah anugerahkan kepadanya. Pada keadaan ini manusia butuh bahkan wajib untuk bersyukur. Dan tidak sempurna syukur itu kecuali dengan tiga rukun yaitu mengakui kenikmatan ini dengan batinnya, menyebutkan nikmat itu dengan lisannya dan menggunakan nikmat itu dalam ketaatan kepada dzat yang menganugerahkannya. Dan tidaklah kenikmatan itu akan langgeng kecuali dengan syukur, sebagaimana dikatakan,
النعمة إذا شكرت قرت و إذا كفرت فرت
“Nikmat itu jika disyukuri maka akan langgeng dan jika diingkari maka akan pergi.”
Keadaan kedua, ujian dan cobaan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Pada keadaan ini manusia butuh bahkan wajib untuk bersabar. Allah tidaklah memberi cobaan untuk membinasakan hambanya namun untuk menguji kesabaran dan keimanan hamba. Jika hamba ini bersabar, maka musibah menjadi anugerah dan petaka berbuah pahala.
Sabar ini ada tiga macam yaitu menahan jiwa dari amarah kepada apa yang Allah takadirkan, menahan lisan dari berkeluh kesah dan menahan anggota badan dari perbuatan yang menunjukkan ketidakrelaan kepada takdir. Sabar berporos pada tiga perkara ini. Barangsiapa yang bisa memenuhinya maka baginya pahala yang tiada batas yang Allah janjikan dalam firman-Nya,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas” (Az Zumar: 10).
Keadaan ketiga, pergulatan melawan hawa nafsu dan setan. Setan adalah musuh terbesar manusia, dia adalah serigala pemangsa manusia. Hanya saja dia akan menyergap dan mencengkeram seorang hamba tatkala dia lalai dari mengingat Allah dan menuruti hawa nafsunya.
Namun Allah subhanahu wa ta’ala membuka pintu taubat untuk kembali kepada-Nya. Jika seorang hamba jujur dalam bertaubat, Allah akan membebaskannya dari cengkeraman dan makar musuhnya.
Jika Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, Allah akan membuka baginya pintu taubat, penyesalan dan pertolongan-Nya. Kemudian Allah akan perlihatkan pada hamba aib dirinya. Hal ini akan membawa hamba tersebut merasa malu dan hina dihadapan Allah ‘azza wa jalla.
Allah perlihatkan pula padanya luasnya keutamaan-Nya, rahmat-Nya dan kebaikan-Nya. Hal ini akan membawa hamba mencintai Allah dan berhasrat meraih apa-apa yang ada di sisi Allah ‘azza wa jalla. Jadilah hamba berjalan menuju Allah dengan الرجاء (harap) dan الخوف (takut). Jadilah dia menjadi seorang hamba yang Allah firmankan,
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون
“Lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidurnya sedang mereka berdoa kepada Rabb mereka dengan penuh harap dan takut dan mereka menafkahkan sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka” (As Sajdah: 16).
فكيف احوالكم يا يها المسلم ؟
Diringkas dari:
احوال الناس في هذه الدنيا
الشيخ صالح الفوزان
ضمن كتاب: التحفة الرضية في الخطب المنبرية
Diringkas oleh Abu Harits Maos
WhatsApp Thulab Fiyus