Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

kasih sayangmu ibu (bagian 1)

11 tahun yang lalu
baca 3 menit
Kasih Sayangmu Ibu (Bagian 1)

KASIH SAYANGMU IBU

Sekapur sirih

Berjasa bukan karena gagah bukan pula karena lincah, namun justru karena kelembutan dan kasih sayang yang tulus menjadikan harum namanya. Itulah sosok seorang ibu. Serumpun huruf yang telah mendarah daging dalam kehidupan setiap insan bahkan telah menjadi kata seru dalam keseharian seorang anak tatkala ia menangis dan berteriak mengadu. Perjuangannya tak mampu diganti dengan gemilang emas, tak juga mampu dibayar dengan intan berlian. Setahun kurang tiga bulan ia merawat sang bayi dalam kandungan. Payah dan letih iapun terus menghibur diri untuk tetap bertahan hingga tibalah hari yang dinanti bersua dengan belahan hati tercinta.

Tangisan si jabang bayi terlintas dari sebuah kamar bersalin……
Memecah kesunyian dini hari yang berkabut embun dingin…….
Itulah tangisan pertamamu sebagai pengawal kehidupan di alam dunia…
Tampak sang ibu mendekap lemah sang bayi tercinta…..
Dielus lembut dengan kasih sayang penuh bahagia……..
Keringat di pipi berpadu dengan air mata…..
Selamat datang anakku sayang…..
Lekaslah engkau besar….
Do’a ibumu selalu tercurah di setiap nafasmu….
Semoga kelak engkau menjadi anak yang taat kepada Robbmu…..
Berbakti selalu kepada kedua orang tuamu…..
Tidak boleh nakal ya sayang….!

Demikian salah satu gambaran suasana hari pertama detak jantung umat manusia tatkala dilahirkan oleh sang ibu. Tubuh yang lunak itu hanya terlentang berbalut jarit. Tiada daya dan kekuatan apapun untuk berkehendak sesuatu. Sekecil apapapun bahaya yang datang tak mampu dia tepis walaupun hanya sekedar semut yang berjalan di pipi. Lisan tak mampu berbicara. Mata tak mampu melihat. Hanya tangis yang bisa diperbuat sebagai ungkapan dari semua isyarat. Lembut dan lunak tubuhmu membuat ayahmu seolah tak tega memelukmu.

Perjuangan sang ibupun terus berlanjut. Tatkala si kecil menangis di malam hari, sang ibu terbangun kemudian memeriksa apa gerangan yang membuat sang buah hati tak nyaman. Terkadang karena lapar, terkadang karena pipis, kepanasan ataupun yang lainnya. Sungguh peran ibu bagaikan sang pelayan raja yang tak kenal waktu untuk beristirahat hingga sang anak tumbuh dewasa.

Namun semua itu dijalaninya dengan sabar dan ikhlas. Bukan dalam rangka mengaharap imbalan dari sang anak kelak di kemudian hari. Bukan pula karena riya’ agar supaya dikenal sebagai orang tua yang penyayang. Asa hanya diharapkan dari Allah. Semoga kelak sang anak bisa menjadi amal jariyah bagi dirinya sepeninggal ruh di kandung badan hingga akhirnya sang anak menjadi syafaat baginya di hari yang tiada syafaat kecuali syafaat dari orang-orang yang diridhoi oleh Allah Tabaroka Wata’ala.

Mudah-mudah apa yang kami uraikan ini dan seterusnya bisa memberikan manfaat bagi kami secara pribadi dan bagi segenap kaum muslimin secara umum, amin.

Bersambung insya Allah…

Dikirim oleh Abu Dawud Al-Pasimiy (salah satu thulab di Darul Hadist Fuyus,Yaman)

Sumber : WA Salafy Lintas Negara

Oleh:
Admin