. Adapun orang-orang yang dihiasi dengan pakaian yang berlawanan dengan keadaan tersebut, maka akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatannya.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, sesungguhnya pembicaraan tentang ilmu agama Allah ‘Azza wa Jalla adalah pembahasan yang sangat besar dan luas. Tetapi, wajib bagi kita memperhatikan perkara amal setelah kita berilmu. Sebagaimana diriwayatkan dari para salafuna sholih radliyallaahu’anhum. “Ilmu adalah pohon, buahnya adalah amal”. Pohon tanpa buah apakah berfaedah dan memberikan kebaikan ?! ataukah hanya berfungsi sebagai hiasan saja. Luarnya menampakkan keindahan dan rahmat, akan tetapi batinnya berada dalam ancaman adzab Allah ‘Azza wa Jalla.
Demikianlah wahai kaum muslimin.., Kita melihat mereka yang menyelisihi jalan yang ditempuh para ‘ulama. Jauh dari bimbingan kitabnya Dzat yang di atas samaa’ (langit). Jauh dari sunnahnya pemimpin Al Anbiya’ (yaitu Rasulullah’alaihishalaatu wasallam).
Mereka dalam keadaan tidak bertambah sedikitpun ilmunya, amalnya, ketaatannya, iltizamnya (berpegang teguh kepada ilmu agama), demikian juga dakwahnya. Pada akhirnya kebenaran tenggelam akibat penyimpangan yang mereka lakukan. Tetapi, ilmu agama Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa berkibar benderanya, tinggi kedudukannya, dan tegar bangunannya yang selalu dibawa para ahlul haq (‘ulama yang berpegang teguh di atas kebenaran Al Quran dan As-Sunnah).
Tidak menutup kemungkinan bahwa kebenaran pada saat ini didasari pada banyaknya pengikut !!! Atau dengan banyaknya pengikut itu menunjukkan bahwa mereka di atas kebenaran ! Padahal sesungguhnya dalil seseorang berada di atas al haq adalah hujjahnya.
Keterangan seseorang di atas al haq adalah dalil-dalilnya. Cahaya seseorang di atas al haq adalah kejelasannya.
Dari sinilah, meskipun jumlah ahlul haq sedikit, tetapi mereka adalah golongan yang paling kuat hubungannya dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Karena mereka senantiasa mencari dan meminta pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla ! Menyerahkan seluruh perbuatannya hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ilmu, amal, ucapan, dan keyakinan mereka sandarkan hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Adapun selain ahlul haq, sedikitpun mereka tidak bersandar di atas hukum Al-kitab dan As-sunnah. Tetapi bersandar pada hawa nafsu, perasaan, semangat tinggi individualisme, pemikiran guru/ ustadz/syaikhnya. Apabila telah datang bimbingan dari para ‘ulama ahlussunnah, sedikitpun mereka tidak menoleh dan tidak pula mengangkat kepalanya untuk menjalankannya.
Ilmu robbani adalah ilmu yang menghantarkan seorang hamba kepada robbnya. Ilmu robbani adalah ilmu yang hanya bertujuan meraih keridhoan Allah Tabaroka wa Ta’aala. Dengan demikian, jadikanlah keridhoan, amalan, dan perbuatanmu hanya untuk mencari keridhoan Allah karena sesungguhnya keridhoan manusia tidak kekal selamanya dan akan berubah, sedang ridho Alloh akan kekal selamanya.
Apabila dikatakan oleh seseorang, “Ini adalah perkara yang baik !” Ada orang lain yang berkata, “Ini perkara baik dipandang dari segi demikian.” Berkata orang ketiga, “Ini adalah perkara yang jelek.” Berkata orang keempat, “Ini adalah demikian dan demikian.” Setiap orang akan berkata dan berkomentar dengan akalnya !!! Setiap orang akan berkata dan berkomentar dengan hawa nafsunya !!! Apabila kita berselisih dalam suatu perkara ! Kemana akan kita kembalikan ?! Apakah kita kembalikan kepada dasar pemikiran dan akal ?! Tidak demi Allah !!! Kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya:
“Apabila kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya (Al-Quran dan As-sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya (balasannya)”. (Q.S. An Nisaa’ : 59)
Mustahil kita bisa mengembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wasallam, apabila kita berselisih padahal kita sebagai orang-orang yang mubtadiin (baru belajar agama) ! Dengan kuatnya kita berpegang teguh dan mengembalikan kepada dasar pemikiran akal-akal kita ! Dengan kuatnya kita ta’ashub (fanatik tanpa dalil) kepada ucapan-ucapan kita dalam keadaan kita tidak tahu hukumnya secara syar’i ! Dalam keadaan kita tidak bisa memahami suatu hukum syar’i yang disebabkan cekak dan dangkalnya akal kita.
Maka, bimbingan para ‘ulama adalah sebagai perkara asas di dalam kita mengembalikan perselisihan di atas kebenaran Al-Quran dan As-Sunnah karena ‘ulama ahlussunnah adalah golongan yang paling ‘alim dengan sunnah Rasulullah ‘alaihisshalaatu wasallam. Para imam ahlul haq adalah golongan yang paling ‘alim dengan al haq. Ini bukan perkara dusta dan dakwaan belaka, tetapi merekalah orang-orang yang telah dipersaksikan keadilan, ilmu, kesabaran, keistiqomahan dakwah, dan iltizamnya kepada ilmu agama Allah dengan rentang waktu yang sangat panjang. Mereka adalah para da’i kebenaran.
Apabila kita memperhatikan, pada saat ini, orang-orang yang demikian jumlahnya sangat sedikit. Ketika nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
عليكم بالجماعة
“Tetaplah kalian di atas Al Jama’ah”.
Maka berkata Abdulllah bin Mas’ud radliyallahu’anhu : “Al Jama’ah adalah seseorang yang berada di atas kebenaran meskipun sendirian.”
Seseorang yang berada di atas al haq (sebagai pengikut rasul dan para shohabatnya), maka dia itu adalah Al Jama’ah, meskipun ia sendiri.
Maka, janganlah kalian terkecoh dengan ketenaran nama-nama !!!!! Gemerlapnya harta dunia ! Jadilah kalian orang-orang yang selalu dihiasi dan berdiri di atas ilmu, berdakwah kepada dan dengannya. Dan itu semua harus di atas dasar ikhlash dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Apabila telah jelas atas kita, wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, seluruh asas dan kaidah tersebut di atas, maka kita pasti mengetahui hakikat ilmu agama Allah dan hakikat ‘ulama. Demikian juga kita pasti mengetahui orang-orang yang menyelisihi ilmu agama Allah dan para ‘ulama.
Dengan ilmu agama Allah kita akan mengetahui bisikan syaithon yang selalu menjerumuskan kepada jalan kesesatan. Dengan ilmu agama Allah kita akan menjadi orang-orang yang siap membunuh syubhat dan syahwat. Akan tetapi, apabila tidak jelas asas dan kaidah tersebut atau kita menjadi golongan yang buta dan tuli, maka kita akan menjadi orang-orang yang sesat, merugi dan celaka !
Wajib bagi kita untuk selalu berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar senantiasa istiqomah di atas al haq. Dan ini yang diajarkan oleh Rasulullah ‘alaihisshalaatu wasallam. Beliau adalah seorang rasul. Beliau meminta dan berdo’a kepada Allah agar senantiasa berada di atas jalan yang lurus ! Beliau adalah sebagai qudwah hasanah yang sempurna !
Maka seyogyanya bagi kita lebih muhasabah diri dalam mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jangan sekali-kali kita menyimpang dari contoh yang telah beliau shallallahu’alaihi wasallam ajarkan disebabkan oleh perasaan, semangat tinggi individualisme, syubhat, dan syahwat. Wajib bagi kita bersungguh-sungguh dengan sekuat kemampuan untuk mengembalikan seluruh amalan di atas dasar ikhlash dan mutaba’ah (mengikuti sunnah Nabi shallallahu’alaihi wasallam).
Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla yang artinya :
“Dan orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik,”. (Q.S. Al ‘Ankabut : 69)
Demikian juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam:
المجاهد من جاهد هواه في ذات الله
“Seorang mujahid adalah mereka yang berjihad untuk memerangi hawa nafsunya
dalam rangka menuju Dzat-nya Allah”.
(Tamat)
(HR. Ahmad juz IV/102, Abu Dawuud juz V/5-6 no. hadits 4597, Ad Daarimi juz II/314, dan yang lainnya dengan lafadz yang berbeda. Hadits shohih lihat mauqif juz I/49 oleh Syaikh Ibrohim ArRuhaily).
(Diterjemahkan dari Kaset Dakwah Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali bin ‘Abdil Hamid Oleh Al Ustadz Abu’Isa Nur Wahid)
Sumber : Buletin Da’wah Al Atsary, Semarang Edisi X/Th.I
Dikirim oleh Al Akh Dadik via Email