Syaikh Rabi bin hadi Al-Madkhali hafizhahullah ditanya:
“apakah boleh seseorang dijarah (dicerca) dengan sebab yang diperselisihkan bahwa itu cercaan, ataukah seseorang tidak dicerca kecuali dengan sesuatu yang disepakati saja?”
beliau menjawab:
أسباب الجرح معروفة كالكذب أو التهمة بالكذب أو فحش الغلط …إلى آخر أسباب الجرح وهي عشرة أسباب ذكرها الحافظ ابن حجر في نزهة النظر .
كذلك المفسقات مثل الزنا وشرب الخمر وتعاطي الربا وأكل مال اليتيم ,والكبائر التي تتجاوز السبعين كما يقول ابن عباس بل هي إلى السبعمائة أقرب ,فهذه من الأسباب المتفق على أنها تجرح وتسقط العدالة ويحكم على من ارتكب كبيرة منها بالفسق فلا تقبل روايته ولا شهادته .
والأسباب المختلف فيها : قد يكون هذا الخلاف لا قيمة له ,قد يعارض شخص في جارح ويقول :هذا غير جارح ويكون لا قيمة لكلامه ,وقد يكون لكلامه وزن ,والجارح ينظر ويجتهد في هذا هل هو جارح أو لا ويظهر له من خلال الدراسة أن هذا جارح فيجرح به وهناك أمور ينبغي أن لا نسمّيها مختلفا فيها بل نقول :متفقٌ على أنها ليست مما يجرح كقول الجارح في الراوي :رأيته يركب على برذون ,أو قوله :سمعت كذا من بيته …الخ فهذا لا يقال :إنه جرح مختلف فيه بل متفق على عدم اعتباره وقد شذّ من يراه جارحاً .
الشاهد أنه لا يُجرح الشخص إلا بجارح معتبرٍ عند الأئمة ,والأمور التي قد يختلف فيها بعض الناس يرجح هذا العالم ما يراه راجحا .
منقول من موقع الشيخ ربيع بن هادى المدخلى (فتوى رقم 111)
Sebab cercaan adalah hal yang telah diketahui seperti dusta, atau dituduh berdusta atau kesalahan yang fatal, dan seterusnya dari macam – macam sebab cercaan yang berjumlah sepuluh sebab sebagaimana yang disebutkan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam nuzhatun nazhar.
demikian pula halnya penyebab kefasikan seperti zina, minum khamr, memperoleh harta dengan cara riba , makan harta anak yatim, dan dosa- dosa besar lainnya yang jumlahnya melebihi 70 sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma dan bahkan mendekati 700. maka ini merupakan sebab- sebab yang disepakati bahwa hal itu menyebabkan dicercanya seseorang dan menghilangkan sifat adilnya dan dihukumi orang yang melakukan dosa besar dengan kefasikan serta tidak diterima persaksiannya. adapun sebab- sebab yang diperselisihkan , boleh jadi perselisihan tersebut tidak bernilai sama sekali, boleh jadi ada seseorang yang mengeritik orang yang mencercanya dan berkata: ini bukan sesuatu yang menyebabkan seseorang dicerca, sehingga cercaan itu tidak berarti sama sekali, dan boleh jadi pula cercaan tersebut bernilai. maka orang yang mencerca hendaknya memperhatikan dan berijtihad apakah ini termasuk sebab dicercanya seseorang atau setelah mempelajarinya lalu tidak tampak baginya bahwa hal itu termasuk sebab cercaan, sehingga diapun mencercanya. Adapula hal- hal yang tidak sepantasnya kita sebut sebagai perkara yang diperselisihkan ,namun kita katakan: bahwa hal tersebut disepakati bahwa itu bukan sebab dicercanya seseorang, seperti ucapan seorang yang mencerca perawi: aku melihat si fulan naik birdzaun ( sejenis keledai), atau ucapannya: aku mendengar sesuatu dari rumahnya…. , dan seterusnya, maka ini tidak dikatakan bahwa hal itu merupakan cercaan yang diperselisihkan , namun hal itu telah disepakati bahwa cercaan tersebut tidak teranggap sama sekali, dan telah ganjil pendapat yang menganggapnya sebagai cercaan. Yang jelas, tidak dicerca seseorang kecuali dengan cercaan yang bernilai menurut para imam, Adapun .hal- hal yang terkadang diperselisihkan oleh sebagian orang , maka seorang alim melihat apa yang menurutnya lebih kuat.
(dinukil dari situs Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali ,fatwa no: 111)
http://sahab.net/forums/showthread.php?t=379806