*******************
MANHAJ KITA
*******************
APAKAH ORANG AWAM DIPERINGATKAN DARI SEKTE-SEKTE SESAT DAN PARA TOKOH AHLI BIDAH?
Mungkin masih terngiang-ngiang di telinga kita ucapan sebagian orang yang mengaku penuntut ilmu mengeluhkan, “Apa ada contohnya dari ulama mengadakan dauroh bertemakan khusus tentang fitnah sururiyah, turotsiyah, halabiyah dan hajuriyah? Bukankah masyarakat kita masih awam, membaca Al Quran saja nggak bisa, shalat masih banyak salahnya, Bukankah hal itu akan menyibukkan mereka saja!”
Rasanya memang kurang pantas penuntut ilmu melontarkan ucapan seperti itu, terlebih lagi ketika duduk di majelis ulama. Dimana ilmu yang mereka tuntut? Mana pengamalan ilmu mereka? Keberkahan ilmu hanyalah dari Allah.
Ya, itulah syubhat, penampakannya manis seolah-olah benar, tapi hakikatnya pahit dan menggerogoti hati kita. Ketika badan sakit mungkin kita akan bersegara berobat ke dokter, karena pertimbangan kepedihan dan penyakit yang semakin menjalar. Bagaimana kalau hati kita yang digerogoti dengan syubhat-syubhat semacam itu? Tentu lebih utama lagi bagi kita untuk bersegera berobat ke dokter hati, ya, merekalah para ulama.
Kita sepakat untuk selalu merujuk ke para ulama dalam semua permasalahan terlebih lagi ketika fitnah mewabah. Para ulama dengan keilmuannya yang tinggi dan pandangan tajamnya terhadap permasalahan selalu membuahkan solusi terbaik bagi kaum muslimin. Terkait syubhat ini, mari kita simak fatwa sebagian ulama berikut ini:
Ditanyakan ke Al Alamah Asy Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah pertanyaan berikut,
“Apakah wajib bagi para ulama untuk menjelaskan ke para pemuda dan masyarakat awam bahaya persektean, perpecahan, dan kelompok-kelompok sesat?”
Jawaban beliau,
“Ya, wajib menjelaskan bahaya persektean, bahaya perpecahan dan perselisihan, agar para manusia di atas pengetahuan. Karena walaupun orang awam akan tertipu juga. Betapa banyak dari kalangan awam yang sudah tertipu dengan sebagian kelompok-kelompok sesat, menyangka bahwa mereka di atas kebenaran. Maka wajib bagi kita untuk menjelaskan kepada masyarakat baik yang terpelajar ataupun awam bahaya sekte-sekte dan aliran-aliran.
Apabila mereka diam, masyarakat akan mengatakan, ‘Para ulama telah mengetahui hal ini dan mereka diam saja!’ Maka masuklah kesesatan dari pintu ini.
Maka wajib untuk memberikan penjelasan tatkala terjadi semisal perkara-perkara ini. Bahayanya bagi kalangan awam lebih besar daripada bahayanya bagi kalangan terpelajar. Hal itu dikarenakan orang awam dengan diamnya para ulama akan menyangka bahwa perkara ini faktual dan di atas kebenaran.” (Al Ajwibah Al Mufidah, hal. 131)
Ditanyakan ke Al Alamah Asy Syaikh Robi’ hafidzahullah dalam kaset “Muamalah Ahli Bidah” pertanyaan berikut,
“Apa pandangan Anda terhadap orang yang berzuhud dari mendengarkan bantahan-bantahan, dan tatkala ditanya tentang sebab sikapnya dia menjawab, ‘Sesungguhnya orang yang bertanya hal itu kepadaku masih awam belum bagus untuk membaca Al Quran.’ Maka apa nasihat Anda?, semoga Allah memberkahi Anda.”
Jawaban beliau,
“Apabila orang awam, diajarkan padanya akidah dan diperingatkan dari ahli bidah. Kebanyakan orang awam sekarang telah menjadi bala tentaranya ahli bidah, maka harus memperingatkan dari mereka.
Katakan kepadanya, ‘Si polan padanya ada bidah ini dan itu, pendengaranmu kepadanya akan membahayakanmu, maka janganlah membaca kepadanya, dan janganlah mendengarkan kaset-kasetnya.’ Dan diperingatkan dari perkataan-perkataannya.
Orang awam ini sangat butuh orang yang memperingatkan mereka. Maka diingatkan dengan kaidah,
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
“Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”
Di masa sekarang ini orang awam menjadi targetnya ahli bidah. Dia akan berkata padamu, ‘Jangan biarkan mereka membaca kitab-kitab bantahan! Jangan, jangan, itu akan mengantarkan mereka ke perkara yang sia-sia belaka!” (Fatawa Wa Majmu’ Asy Syaikh Robi’ 14/273)
Bukalah mata hati Anda, resapilah fatwa para ulama dan amalkanlah. Tidak perlu meragukan kredibilitas mereka yang tentunya sudah maklum dan masyhur di kalangan para ulama dan penuntut ilmu. Kalau Anda masih ragu, perbanyaklah bertaubat dan beristighfar, terkadang banyaknya dosa memang menutupi hati. Semoga Allah memberikan hidayah pada kita semua. Allah yubarik fikum.
Fiyus, 10 Jumadits Tsani 1435
Abu Abdillah Zaki Ibnu Salman
WhatsApp Thulab Fiyus