Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:(yang artinya)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (Qs. An-Nisaa: 135)
Sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menimpakan cobaan kepada ummat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan bermunculannya ahlil ahwa’ wal bida’ (pengekor hawa nafsu dan bid’ah) yang mengelabui ummat Islam dalam perkara agama mereka. Mereka telah mencerai beraikan kesatuan kaum muslimin dan merusak agama mereka. Dan kelompok yang paling buruk dan berbahaya terhadap agama dan ummat Islam adalah Syi’ah (Imamiyah/Rafidhah). Hal ini tidak lain adalah karena ajarannya yang bertentangan dengan Islam dari segala macam sisinya, akidah maupun ibadahnya. Mereka memiliki agama yang berbeda dengan ummat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Asal usul ajaran mereka bersumber dari aliran yang beraneka ragam, Yahudi, Nashrani, dan yang lain sebagainya dari ajaran-ajaran kufur dan sesat. Hal ini seperti yang telah disebutkan oleh lebih dari seorang Imam.
Paraulama mencatat ada banyak kesamaan antara ajaran Syi’ah (Imamiyah/Rafidhah) dengan agama Yahudi dan Nashrani, di antaranya:
1. Agama Yahudi mengatakan, tidak sah kerajaan kecuali pada keturunan Daud Alaihissalaam. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak sah kepemimpinan kecuali pada keturunan Ali Radhiyallahu ‘Anhu.
2. Agama Yahudi mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah sampai bangkitnya Dajjal dan turun pedang dari langit. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah sampai muncul Al Mahdi dan terdengar suara memanggil dari langit.
3. Agama Yahudi menunda sembayang sampai munculnya bintang. Dan agama Syi’ah menunda Maghrib sampai munculnya bintang.
4. Orang-orang Yahudi merubah Taurat dan Syi’ah merubah Al Qur’an.
5. Orang Yahudi memusuhi Jibril Alaihissalaam dan mengatakan dia adalah musuh kami dari kalangan Malaikat. Begitu pula kaum Syi’ah mengatakan Jibril Alaihissalaam keliru menyampaikan wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Bersamaan dengan kemiripan-kemiripan di atas, ajaran Syi’ah berbeda dari agama Yahudi dan Nashrani dalam satu hal. Yaitu apabila orang Yahudi ditanya, “Siapa sebaik-baik penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Parashahabat Musa Alaihissalaam”. Dan apabila orang Nashrani ditanya, “Siapa sebaik-baik penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Parashahabat Isa Alaihissalaam”. Dan apabila orang Syi’ah ditanya, “Siapa sejelek-jelek penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Parashahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”. Minhajus Sunnah An-Nabawiyah (1/24)
Pendiri ajaran Syi’ah Rafidhah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sesunguhnya yang pertama kali membuat ajaran Rafidhah (Syi’ah Imamiyah) adalah seorang yang asalnya beragama Yahudi dan pura-pura masuk Islam dan (akhirnya –penj) menyusupkan kepada orang-orang jahil berbagai macam ajaran yang menikam inti ajaran Islam. Oleh karena itu ajaran ini adalah pintu terbesar kemunafikan dan jalan mulus untuk menjadi zindiq”. Majmu’ Fatawa (4/428)
Al Imam Asy-Sya’bi berkata, “Hati-hatilah kalian dari pengekor hafa nafsu yang menyesatkan, dan yang paling berbahaya adalah Rafidhah”.
Asal usul penamaan mereka dengan Rafidhah
Ada tiga pendapat yang menyebutkan asal usul penyebutan mereka dengan nama Rafidhah. Yang pertama adalah karena penolakan (Ra-fa-dha) mereka terhadap kepemimpinan Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma. Yang ke dua mengatakan mereka disebut Rafidhah karena penolakan mereka terhadap Islam. Dan pendapat ke tiga mengatakan karena penolakan mereka terhadap kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husain Radhiyallahu ‘Anhu yang menolak untuk berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, mereka disebut Rafidhah.
Ajaran mereka yang paling menonjol
Di antara ajaran mereka yang paling menonjol adalah mencintai Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu secara berlebihan dan memusuhi para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, terlebih lagi kepada Abu Bakar dan Umar serta anak mereka berdoa (istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) Aisyah dan Hafshah Radhiyallahu ‘Anhum.
Al Kulaini (seorang ulama Syi’ah) menyebutkan di dalam Furu’ Al Kafi (Hal 115) dari Jafar Alaihissalaam, “Parashahabat adalah orang-orang yang telah murtad (kafir –pentj) sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kecuali tiga orang saja. “Siapa saja mereka?’ kataku. Ia menjawab, “Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi”.
Para ulama mencatat bahwa asal usul ajaran ini adalah ulah sang Ibnu Sauda’ (Abdullah bin Saba’). Sebelum masuk Islam, Abdullah bin Saba’ yang ketika itu beragama Yahudi meyakini bahwa Yusya’ bin Nun adalah wasiat (pengganti) Musa Alaihissalaam. Maka ketika masuk Islam ia masih membawa keyakinannya tersebut hanya saja dalam hal ini Ali Radhiyallahu ‘Anhu yang dikorbankan. Ia berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, pengemban amanat langsung untuk menjadi khalifah setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dari sinilah akhirnya ia menancapkan permusuhan kepada Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma serta mayoritas shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mencap mereka sebagai orang-orang fasik dan mengkafirkan sebagiannya.
An-Nubakhti berkata di dalam kitabnya “Firaqus Syi’ah”, “ Abdullah bin Saba’ adalah orang yang pertama kali mencaci maki Abu Bakar, Umar dan Utsman serta shahabat lainnya dan berlepas diri dari mereka. Ia berdalih bahwa Ali bin Abi Thalib yang memerintahkannya demikian. Maka Ali Radhiyallahu ‘Anhu menangkapnya dan menginterogasinya terkait ucapannya tersebut dan Abdullah pun mengakuinya. Sehingga Ali Radhiyallahu ‘Anhu akhirnya mengeluarkan titah untuk membunuhnya. Tapi massaketika itu protes kepada Ali Radhiyallahu ‘Anhu dan mengatakan, “Wahai Amirulmukminin apa anda akan membunuh seseorang yang menyeru untuk mencintaimu, ahlul bait, dan mengajak untuk setia kepadamu serta berlepas diri dari musuh-musuhmu?” Akhirnya Ali Radhiyallahu ‘Anhu mengasingkan Abdullah bin Saba’ ke Madain (Ibukota Faris kala itu). Silahkan periksa Firaqus Syi’ah karya An-Nubakhti hal 43-44 cetakan Al Haidariyah Najaf-Irak, tahun 1959 M.
Oleh karena kecintaan mereka yang berlebihan ini sebagian mereka menganggap bahwa Ali Radhiyallahu ‘Anhu adalah Nabi. Dan yang lainnya menganggap bahwa Jibril sang pembawa wahyu telah salah alamat kepada Muhammad, seharusnya kepada Ali Radhiyallahu ‘Anhu. Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.
Bersamaan dengan itu mereka menjuluki Abu Bakar dan Umar dengan “dua berhala Quraisy”. Dan tercatat pada salah satu ritual ibadah mereka, pembacaan sebuah doa yang mereka namakan dengan “Doa dua berhala Quraisy” yang berisikan laknat kepada Abu Bakar dan Umar serta anak mereka berdoa –Aisyah dan Hafshah- Radhiyallahu ‘Anhum ajma’in. Silahkan periksa kitab mereka Miftahul Jinan (hal 114).
Ditambah lagi sikap mereka yang sangat mengelu-elukan Abu Lu’lu’ah Al Majusy –sang pembunuh Umar Radhiyallahu ‘Anhu- dan menjulukinya dengan julukan Syujaud Diin (pahlawan agama) serta menjadikan hari kematian Umar Radhiyallahu ‘Anhu sebagai salah satu hari-hari besar yang mereka rayakan dengan penuh suka cita. Al Kuna Wal Alqaab (2/55) karya Abbas Al Qummi.
Apa yang kami telah sebutkan di sini hanyalah selintas dari sekian banyak kesesatan-kesesatan ajaran Syi’ah yang didukung dengan bukti-bukti otentik. Maksudnya adalah agar ummat Islam berhati-hati dari setiap ajakan yang menyeru kepada pendekatan antara Ahlussunnah dan Syi’ah, yang berdampak kepada sikap mentolerir kekufuran dan kesesatan serta pengabaian prinsip Al Wala’ wal Bara’ dan amar ma’ruf nahi mungkar di dalam Islam. Wallahua’lam bis Shawab.
Dikirim via e-mail oleh al akh Fajar Wuryanto.