Kelanjutan terkait apa dan bagaimana kondisi Iran setelah revolusi Khumainy adalah;
Kalau saja kita mau memeriksa kenyataan negara Iran setelah dikuasai oleh syi’ah rafidhah syi’ah khumainiyah, maka sesungguhnya Iran adalah negara yang miskin agama, akhlaq dan ekonomi, serta selainnya.
Dalam hal agama
Kesyirikan, kebid’ahan dan khurafat -terkhusus sikap berlebih-lebihan terhadap sebagian nisan-nisan Khumainy- tersebar di Iran dengan penyebaran yang sangat mengerikan. Dan merupakan perkara yang sudah dikenal oleh orang yang jauh ataupun yang dekat.
Dalam hal ibadah
Seperti shalat, puasa dan misal ibadah yang lain. Dalam hal ini seorang jurnalis Abdul Ilah Syayi’ dalam artikelnya “Iran … Keluar Dari Agama Atau Memperbarui Agama??”, yang disebarkan dalam surat kabar Yaman “An-Nas” edisi 252 tanggal 27/6/2005, dimana jurnalis ditanya oleh pimpinan redaktu surat kabar resmi Iran “Al-Wifaq”: “Menurut anda bagaimana Iran ini?” Abdul Ilah berkata: “Maka saya jawab dengan bercanda padahal aku serius: “Aku dapati Iran ini negara yang tidak ada ajaran islam padanya.” Maka orang tersebut tertawa mendengar jawabanku, merasa aneh, lalu meminta dijelaskan. Maka aku katakan padanya: “Aku di Teheran sudah 2 minggu, dan aku belum sekalipun mendengar adzan, tidak pula di stasiun-stasiun televisi. Lebih dari itu aku sampai sekarang belum mendapatkan kesempatan untuk shalat jum’ah ataupun shalat jama’ah.”
Dalam majalah “Al-Bayan” edisi 264 bulan Agustus 2009 disebutkan: “Yang paling parah, orang-orang Iran melalui lisan Mantan Kepala Departemen Pendidikan dan Budaya untuk Kotamadya Teheran -Muhammad ‘Ali Zaam-, sembilan tahun sebelumnya, bahwa selama dibawah kekuasaan Wilayah Al-Faqih –bentuk kekuasaan dalam keyakinan syi’ah– 80 % (delapan puluh persen) rakyat Iran tidak shalat, tidak beribadah kepada Allah تعالى.” Padahal Iran ingin menyebarkan revolusinya ke semua dunia Islam. Inikah revolusi islam yang diagung-agungkan, hasil seperti inikah yang ditunggu-tunggu??!!
Ahmad Al-Mathary dalam tulisannya “Kasaksianku di Iran” yang disebutkan oleh Syaikh Muqbil رحمه الله dalam kitab “Al-Ilhad Al-Khumainy” hal. 311 menyebutkan: “Aku melihat banyak sekali orang di siang hari bulan Ramadhan mereka tidak berpuasa. Lebih dari satu orang berkata padaku: “Sekitar 95 % (sembilan puluh lima persen) dari rakyat Iran ini tidak puasa. Yang laing bilang 70 %, yang lain bilang 80 %. Inilah negara syi’ah rafidhah. Dan aku memasuki beberapa masjid di bulan Ramadhan, tidak aku temukan kecuali 3 atau 4 orang saja, dan masing-masing shalat sendiri-sendiri. Dan semua masjid seperti ini. Padahal penduduk Teheran saja itu 15-17 juta jiwa. Dan aku tidak temukan satu masjidpun di Teheran yang didirikan shalat jum’ah padanya. Mereka malahan melakukannya di halaman kampus-kampus, dan meninggalkan masjid.”
Inilah syi’ah rafidhah, inilah Iran yang didirikan di atas keyakinan syi’ah. Tidaklah membawa kebaikan untuk masyarakat, justru menjurumuskan mereka kepada sebab-sebab murka Allah تعالى. Hawa nafsu mereka dahulukan, keridhaan Allah تعالى mereka lupakan.
Dinukil dari buku “An-Nushrah Al-Yamaniyah” karya Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam حفظه الله.
Tema selanjutnya tentang Keterpurukan Akhlaq dan Moral serta Ekonomi di Iran. Dan juga mengenai kekejaman Revolusi Iran.
Sumber : thalibmakbar