Para pembaca rahimakumullah, diantara keistimewaan yang Allah Taala berikan kepada Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam adalah besarnya kasih sayang beliau kepada umatnya, sebagaimana firman Allah (artinya) : “Sungguh telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, terasa berat olehnya penderitaan yang kalian alami, sangat bersemangat (menyampaikan petunjuk) kepada kalian, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (Surah At-Taubah : 128).
Beliau Shallallahu alaihi Wasallam tunjukkan besarnya kasih sayang tersebut dalam segala hal, dan itu bukanlah sesuatu yang asing di telinga kita. Diantara bentuk kasih sayang kepada umatnya dan besarnya keinginan beliau agar mereka mendapatkan kebaikan adalah doa yang beliau simpan untuk nanti dipanjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Taala sebagai syafaat kepada umatnya di hari kiamat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata : Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Setiap nabi memiliki doa yang dikabulkan, maka semua nabi menyegerakan doanya (di dunia). Sedangkan aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Syafaat tersebut akan didapatkan -Insyaallah- oleh siapa pun yang meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” (HR. al-Bukhari 6304 dan Muslim 199).
Definisi Syafaat
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata untuk menjelaskan syafaat, yaitu : “Menjadi perantara bagi orang lain untuk mendapatkan manfaat atau menolak mudarat. Contoh syafaat untuk mendapatkan manfaat adalah syafaat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam kepada calon penghuni surga untuk masuk ke surga. Sedangkan contoh syafaat untuk menolak mudarat / kejelekan adalah syafaat beliau untuk orang-orang yang sebenarnya layak masuk ke neraka namun mereka tidak masuk ke dalamnya.” (al-Qaulu al- Mufid Syarh Kitab at-Tauhid).
Macam-macam Syafaat
Para pembaca rahimakumullah, dalil-dalil baik berupa al-Quran maupun al-Hadits menjelaskan bahwa syafaat itu ada beberapa macam, yang kemudian diringkas oleh para ulama` menjadi 2 :
Ada beberapa syafaat yang menjadi kekhususan Nabi Shallallahu `alaihi Wasallam, seperti :
a) Syafaat yang agung (asy-Syafaah al-‘Uzhma)
Yaitu : Syafaat yang akan terjadi tatkala Allah Taala mengumpulkan semua umat manusia, saat semuanya sedang merasakan keletihan dan kepayahan dalam menanti hisab di padang mahsyar, merasakan panas dan bercucuran keringat sesuai dengan amal perbuatannya serta didekatkannya matahari. Lalu terjadilah percakapan diantara manusia dan ditemuinya para Nabi alaihim as-Salam agar mereka meminta kepada Allah untuk dimulai hisab. Datanglah umat manusia kepada Nabi Adam alaihi as-Salam, dengan mereka sebutkan kelebihan yang dimiliki Nabi Adam agar beliau memberi syafaat. Namun ternyata beliau enggan dan mengatakan : “Diriku sendiri, diriku sendiri dan diriku sendiri.” Lalu umat manusia datang menuju Nabi Nuh alaihi as-Salam yang diberi sifat dengan ‘Abdun Syakur (hamba yang bersyukur), Nabi Ibrahim alaihi as-Salam sang Khalilullah (kekasih Allah) lalu kepada Nabi Musa alaihi as-Salam sang Kalimullah (yang diajak bicara oleh Allah). Ternyata semuanya berhalangan. Kemudian umat manusia menuju Nabi Isa alaihi as-Salam. Namun beliau memberi arahan agar umat manusia menemui Nabi Muhammad Shallallahualaihi Wasallam. Umat manusia pun berkata kepada beliau : “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi, Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, maka berikanlah syafaat kepada kami dihadapan Rabb-mu !” Lantas beliau pergi sampai di bawah Arsy, tersungkur sujud dan memuji Allah Taala dengan pujian yang belum pernah dibukakan kepada siapapun sebelumnya, lalu dikatakan : “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu ! Mintalah, niscaya engkau akan diberi ! Berilah syafaat, engkau akan diterima syafaatnya”… (Lihat hadits Abu Hurairah radhiyallahuanhu yang diriwayatkan oleh al-Bukhari 4712 dan Muslim 194)
b)Syafaat beliau Shallallahu alaihi Wasallam untuk penduduk surga agar pintunya dibuka.
Hal itu sesuai dengan firman Allah (artinya) : “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya diantar menuju surga secara berombongan. Sehingga tatkala mereka sampai kepadanya (surga), maka pintu-pintunya dibukakan…” (Surah Az-Zumar : 73).
Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sadi rahimahullah menjelaskan ayat di atas : “Adapun surga, sungguh ia merupakan tempat tinggal yang tinggi dan berharga. Tidak semua orang bisa menggapai dan menempatinya, kecuali orang yang melakukan perbuatan-perbuatan (kebaikan) yang mengantarkan kepadanya. Bersamaan dengan itu, mereka untuk masuk ke dalamnya membutuhkan syafaat orang yang paling mulia. Surga tidak dibuka begitu saja dengan kehadiran penduduknya. Akan tetapi mereka meminta syafaat kepada Allah agar Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam mensyafaati mereka, maka Allah menerima syafaat beliau.” (Tafsir as-Sadi) Nabi bersabda (artinya): “Aku akan mendatangi pintu surga di hari kiamat, lalu aku meminta untuk dibukakan (pintunya). Lantas malaikat penjaga bertanya : “Siapa engkau ?” Aku menjawab : Muhammad”. Malaikat itu pun berkata : “Untuk engkau aku diperintah untuk tidak membukakan pintu surga kepada siapa pun sebelummu.” (HR. Muslim 197 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu `anhu).
Dalam lafadz yang lain, beliau mengatakan (artinya) : “Aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat, dan aku adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga (untuk dibuka).” Setelah membawakan hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma yang di dalamnya terdapat penyebutan 2 syafaat di atas, asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami rahimahullah memberikan komentar : “Pada hadits ini terdapat penyebutan 2 syafaat sekaligus. Yang pertama, yaitu : syafaat agar perhitungan (hisab) dimulai dan yang kedua : syafaat untuk dibukanya pintu surga. Keduanya disebut dengan al-Maqam al-Mahmud (kedudukan yang terpuji).” (Lihat kitab Maarij al-Qabul).
Adapun syafaat yang tidak dikhususkan bagi Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, seperti :
Syafaat untuk orang yang bertauhid dan dimasukkan ke neraka karena dosa besar yang dia lakukan.
Di dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahuanhu terdapat penjelasan bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam memberi syafaat agar orang-orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan sebesar biji gandum atau syair (sejenis gandum) dikeluarkan dari neraka. Lalu kepada orang yang memiliki iman sebesar biji sawi dan kemudian kepada orang imannya jauh lebih ringan daripada biji sawi. Mereka semua diberi syafaat oleh Nabi Shallallahu alaihi Wasallam dengan izin Allah Taala. (Lihat Shahih al-Bukhari 7510 dan Shahih Muslim 193)
Syafaat kepada penduduk surga agar ditinggikan derajatnya melebihi balasan perbuatan baik hamba tersebut.
Di dalam hadits disebutkan (artinya ) : “Sungguh ada seseorang yang diangkat derajatnya di surga. Maka orang tersebut bertanya : “Bagaimana aku mendapatkan ini ?” Maka dijawab : “Disebabkan permintaan ampun anakmu untuk dirimu.” (Dishahihkan al-Albani di dalam Shahih al- Jami` 1617)
Syafaat untuk orang yang akan dimasukkan ke neraka karena dosa yang dilakukannya. Namun ia diberi syafaat agar tidak masuk ke dalamnya.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menyebutkan : “Ini bisa didasari dengan ucapan Rasul Shallallahu alaihi Wasallam (artinya) : “Tidaklah seorang muslim yang meninggal dunia lalu jenazahnya dishalatkan oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik, melainkan Allah Taala akan jadikan mereka pemberi syafaat untuknya.” (al-Qaulu al-Mufid Syarh Kitab at-Tauhid).
Beberapa Amalan Yang Mendatangkan Syafaat
1.Memperhatikan dan mengamalkan isi al-Quran.
Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Bacalah al-Quran, karena pada hari kiamat kelak al-Quran akan datang sebagai pemberi syafaat untuk Ash-habuhu.” (HR. Muslim 804 dari sahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallahuanhu). Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah menjelaskan kata “Ash-habuhu” : “Menjadi syafaat untuk orang-orang mengamalkannya.” Beliau juga mengatakan : “Membaca al-Quran memang dianjurkan dan merupakan amalan kebaikan bagi orang yang ikhlas. Namun itu saja tidak mencukupi, tetapi harus diamalkan (isi al-Quran) berupa mengerjakan perintah dan menjauhi larangan…” (Lihat Syarh Riyadh ash-Shalihin).
2.Tinggal di kota Madinah dengan sabar hingga meninggal dunia.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya): “Tidaklah seseorang yang bersabar dari kesulitan dan kelaparan di Madinah sampai meninggal dunia, melainkan aku akan menjadi pemberi syafaat atau saksi baginya di hari kiamat, jika dia seorang muslim.” (HR. Muslim 1374).
3.Dishalati oleh orang-orang yang bertauhid dan tidak menyekutkan Allah Ta`ala.
Sebagaimana hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma yang disebutkan pada poin c.
4.Membaca doa setelah azan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya : “Barangsiapa yang mendengar azan lalu mengucapkan :
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ ,
maka telah tetap syafaatku untuk dia di hari kiamat.” (HR. al-Bukhari 614 dan 4719).
Adapun arti dari doa di atas : “Ya Allah, pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang tegak ini ! Berikanlah Muhammad kedudukan yang tinggi dan keutamaan, bangkitkan (pada hari kiamat) dan beri beliau kedudukan terpuji yang telah Engkau janjikan !”
Semoga Allah Ta`ala memberikan kemudahan kepada kita untuk mendapatkan syafaat di hari kiamat.
Wallahu a’lamu bish-Shawab