Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

nasihat menyambut bulan ramadhan

8 tahun yang lalu
baca 8 menit
Nasihat Menyambut Bulan Ramadhan

Asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih al-Fauzan hafizhahullah pernah ditanya : “Bagaimana keadaan para as-Salaf ash-Shalih yang Allah telah meridhai dan merahmati mereka ketika menyambut bulan yang agung ini ? Bagaimana bimbingan mereka ? Bagaimana perilaku dan tindak tanduk mereka ? Kedua : Wahai syaikh yang mulia, bagaimana persiapan seorang muslim untuk memanfaatkan hari-hari yang ia berada padanya sekarang ini ? Persiapan ilmu berupa mengenal hukum-hukum seputar puasa dan mengenal pembatal-pembatal puasa. Sebagian manusia lalai dari perkara –perkara ini sehingga tidak mendalami permasalahan puasa. Demikian juga, tidak mendalami perkara wajib pada puasa. Apakah syaikh yang semoga Allah menjaga anda dapat mengingatkan perkara ini ?”

Maka beliau menjawab :”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Wa ‘alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh. Semoga Allah memberkahi anda. Keadaan para salaf di bulan Ramadhan, sebagaimana tercatat di dalam buku-buku yang teriwayatkan dari orang-orang yang terpercaya, bahwasanya mereka (para salaf) memohon kepada Allah ‘Azza Wa Jalla agar menjadikan mereka dapat berjumpa dengan Ramadhan.Sebelum tiba Ramadhan, mereka memohon agar Allah menjadikan mereka dapat berjumpa dengan bulan tersebut. Sebab, mereka tahu bahwa di dalam bulan tersebut terdapat kebaikan yang besar dan kemanfaatan yang sempurna. Lantas jika mereka telah berjumpa dengan Ramadhan, mereka memohon kepada Allah agar menolong mereka untuk dapat beramal saleh.Lalu jika Ramadhan telah berlalu, mereka memohon kepada Allah agar menerima amal saleh mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah Jalla Wa ‘Ala (artinya) : “Dan orang-orang yang memberi apa yang telah mereka berikan dalam keadaan hati mereka takut (karena mereka tahu bahwa mereka akan kembali kepada Rabb mereka). Mereka bersegera dalam kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperoleh kebaikan.”(Al Mu’minun : 60-61)

Mereka bersungguh-sungguh dalam beramal, lalu kekhawatiran menimpa mereka usai beramal, apakah amalan mereka diterima ataukah tidak ? Hal ini karena mereka tahu tentang keagungan Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka tahu bahwa Allah tidak menerima amalan kecuali jika ikhlas mengharap wajah-Nya dan sesuai sunnah Rasul-Nya. Mereka tidak merekomendasi diri mereka sendiri. Mereka (justru) takut jika amalan mereka gugur. Mereka merasa lebih berat amalan itu diterima dibanding lelahnya mereka saat beramal, karena Allah Jalla Wa ‘Ala berfirman (artinya) :”Hanyalah Allah itu menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (Al Maidah : 27)

Mereka benar-benar menghabiskan bulan ini dengan ibadah, sebagaimana telah kami sebutkan. Mereka mengurangi aktifitas-aktifitas duniawi. Mereka memperbanyak waktu untuk duduk di masjid-masjid Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka berkata :”Kita jaga puasa kita. Kita jangan menggunjing seorang pun.” Mereka menghadirkan mushaf-mushaf Al Qur’an. Mereka saling mempelajari Kitab Allah ‘Azza Wa Jalla. Mereka menjaga waktu dari kesia-siaan. Mereka tidak menyia-nyiakan atau meremehkan seperti kebanyakan manusia hari ini. Akan tetapi mereka menjaga waktu malam dengan qiyamul lail dan siang dengan puasa, membaca Al Qur’an, zikrullah dan amalan-amalan kebaikan. Tidaklah mereka itu menyia-nyiakan sekalipun 1 menit atau sesaat saja, melainkan mereka manfaatkan dengan amalan saleh.”(www.alfawzan.af.org.sa)

Beliau juga ditanya : “Kami berharap arahan dari anda, syaikh yang mulia terkait datangnya bulan Ramadhan ? Apa kewajiban seorang muslim menyongsong bulan tersebut ?”

Maka beliau menjawab : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam Allah tercurahkan untuk Nabi kita Muhammad, keluarga dan segenap sahabat beliau. Selanjutnya : Sebentar lagi akan tiba bulan Ramadhan yang penuh berkah karena kebaikan dan keutamaannya bagi umat Islam. Bulan yang Allah jadikan berkah ini, telah Dia turunkan padanya Al Qur’an. Allah jadikan padanya ada Lailatul Qadr. Allah jadikan padanya ada puasa bagi kaum muslimin. Allah syariatkan puasa bagi kaum muslimin. Siangnya adalah (waktu) puasa, sedangkan malamnya adalah (waktu) Qiyamul Lail. Diantara waktu itu adalah zikrullah ‘Azza Wa Jalla, mendekatkan diri dengan beragam ketaatan. Setiap waktu bulan ini adalah berkah. Setiap waktu bulan ini adalah kebaikan. Setiap waktu bulan ini adalah keberuntungan bagi seorang muslim.

Maka wajib bagi seorang muslim untuk bergembira dengan kedatangan bulan ini, karena di dalam bulan ini terdapat hal-hal yang melepaskan seseorang dari kebinasaan. Sesungguhnya bulan ini dapat mendorong seseorang untuk kebaikan yang banyak dan perkara yang menyelamatkannya, jika memang dia bersedia mengetahui kedudukan bulan ini dan dapat mengambil manfaat darinya. Adapun orang yang lalai dan tidak mengerti hak bulan ini, maka ia tidak bisa membedakan antara bulan ini dengan selainnya. Bisa jadi, dia menganggap bulan Ramadhan adalah bulan untuk bermalas-malasan, bulan untuk makan-makan dan minum-minum (di malam hari, pen), bulan untuk tidur di siang hari dan begadang di malam hari. Maka dia tidak dapat mengambil manfaat darinya. Bahkan dia berdosa, karena kejelekan di bulan Ramadhan dapat dilipatgandakan dibanding bulan lain, sebagaimana pula kebaikan di bulan ini juga diperbesar (pahalanya). Kebaikan di bulan ini akan diperbesar pahalanya di sisi Allah, lebih besar dibanding bulan lain. Demikian pula kejelekan, dosanya semakin besar. Demikian karena kemuliaan bulan ini.

Maka seseorang dilewati begitu saja oleh bulan ini, keluar tanpa bisa mengambil faidah. Ini pada hakikatnya bukan manusia. Ini adalah hewan atau lebih hina dibanding hewan. Hewan tidak dikenai hukuman, sedangkan manusia itu dikenai hukuman.

Hakikatnya bahwa ini adalah bulan yang agung. Semestinya bulan ini disambut dengan taubat, persiapan amalan saleh dan seorang muslim sangat bergembira dengannya. Allah berfirman (artinya) :“Katakanlah (wahai Nabi) :”Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira.” (Yunus : 58)

Seorang muslim bergembira dengan musim kebaikan, sebagaimana para pedagang dan pemilik harta yang banyak bergembira dengan (datangnya) musim jual beli. Itu adalah harta benda yang ada sekarang. Bisa jadi harta benda tersebut akan menjadi petaka bagi pemiliknya. Pecinta syahwat yang bergembira dengan syahwatnya bisa jadi syahwatnya justru akan menjadi petaka dan penghancur baginya.

Adapun bulan ini, maka kegembiraan dengannya adalah kegembiraan atas karunia Allah dan rahmat-Nya. Tidaklah bergembira dengan bulan ini, kecuali orang-orang yang beriman.

Adapun orang-orang munafik dan lemah imannya, maka bulan ini menjadi sebuah beban berat bagi mereka. Hal ini dikarenakan bulan ini menghalangi mereka dari kejelekan dan syahwat. Mereka tidak leluasa di bulan ini sebagaimana bulan lainnya. Maka bulan ini menjadi beban berat bagi mereka. Oleh karena itu salah seorang penyair yang tidak memiliki rasa malu berkata :

Maka kiranya malam itu lamanya satu bulan

Dan siang itu lewat seperti lewatnya awan

Penyair tanpa malu ini bermaksud menggunakan waktu malamnya dengan syahwat dan kelalaiannya. Adapun siang, ia ingin agar lewat seperti lewatnya awan karena tidak ada syahwat dan dorongan. Ini adalah perasaan orang-orang munafik dan lemah imannya.

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah menyadari dosa-dosanya dan takut atas kesalahan-kesalahannya. Dirinya bergembira dengan bulan ini untuk bertaubat kepada Allah, beristighfar dan menambah ketaatan. Dirinya sibuk menambah (kebaikan) untuk usianya di bulan ini. Sesungguhnya usia itu pendek, sedangkan akhirat adalah negeri kekal dan abadi. Usia manusia itu pendek. Tiba-tiba bulan ini telah melewatinya. Di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Maka dirinya mengambil faidah dari malam ini. Ini adalah kebaikan yang agung. Mengingat usianya yang pendek, maka usianya dapat menjadi panjang dengan sebab amalan saleh.

Diantara rahmat Allah terhadap umat ini bahwasanya Dia telah menetapkan bulan ini untuk mereka, mengingat usia mereka yang pendek. Allah menetapkan malam ini untuk mereka dalam rangka memanjangkan usia mereka dan menambah amal saleh.

Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami dan kalian sebagai orang yang diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa dengan bulan ini, memberikan taufik untuk beramal saleh dan dapat mengambil faidah dari bulan ini. Dan jangan Dia jadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang lalai dan merugi.” (www.ajurry.com)

Beliau juga ditanya : “Apa faktor terpenting untuk membantu wanita melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan ?”

Beliau pun menjawab : “Faktor yang dapat membantu seorang muslim, baik pria maupun wanita untuk melakukan ketaatan di Ramadhan adalah :

  1. Takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan yakin bahwa Dia senantiasa mengawasi segenap perbuatan, ucapan dan niat hamba. Dia akan memperhitungkan hal itu. Jika seorang muslim merasakan hal ini, maka dia akan menyibukkan diri dengan ketaatan, meninggalkan dosa dan bersegera bertaubat dari kemaksiatan.
  2. Memperbanyak zikrullah dan membaca Al Qur’an, karena hal itu akan melembutkan hati. Allah Ta’ala berfirman (artinya) :“Orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram karena zikrullah.Ketahuilah, dengan zikrullah hati itu akan menjadi tentram.” (Ar Ra’du : 28)
  3. Allah juga berfirman (artinya) :“…orang-orang yang jika disebut nama Allah, maka hati mereka menjadi gemetar.” (Al Anfal : 2)

  4. Menjauhi penghalang-penghalang ketaatan yang akan mengeraskan hati dan menjauhkan hati tersebut dari Allah. Penghalang-penghalang itu adalah seluruh kemaksiatan, pergaulan dengan orang-orang buruk, makan yang haram, lalai dari zikrullah ‘Azza Wa Jalla dan menyaksikan film-film amoral.
  5. Menetapnya wanita di dalam rumah dan tidak keluar, kecuali untuk kebutuhan seiring segera pulang ke rumah jika kebutuhannya telah selesai.
  6. Tidur di malam hari, karena akan membantu Qiyamul Lail segera di akhir malam, mengurangi tidur di siang hari hingga sanggup melaksanakan shalat pada waktu-waktunya dan menyibukkan waktunya dengan ketaatan.

  7. Menjaga lisan dari menggunjing orang lain, adu domba, ucapan batil, perkataan yang haram dan menyibukkan diri dengan zikir”.(www.alfawzan.af.org.sa)

Demikian sedikit untaian nasihat dari seorang ulama besar masa ini untuk kita semuanya. Semoga Ramadhan tahun ini menjadi kesempatan untuk kita memperbaiki amal saleh dan menjauhi dosa-dosa. Selain itu, kita pun bersyukur pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan di setiap tahunnya. Alhamdulillah keadaan kita tidak seperti saudara-saudara kita muslimin di Xinjiang Cina yang setiap tahunnya dilarang berpuasa Ramadhan oleh rezim komunis Cina. Ini salah satu bukti bahwa komunis yang anti agama sangat memusuhi agama, terkhusus Islam. Hendaknya kita sadar bahwa kaum komunis yang kini semakin berani di negeri yang mayoritas muslimin ini akan berteriak menuntut HAM kala mereka minoritas. Namun manakala berkuasa, mereka akan benar-benar menginjak-injak HAM pihak lain (dalam hal ini muslimin).Jangan sekali-kali percaya terhadap tuntutan kaum komunis yang perjuangannya tak pernah lepas dari kekerasan dan teror !

Wallahu a’lamu bish-Shawab

Oleh:
admin daarulihsan