Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

menyikapi munculnya nabi palsu

9 tahun yang lalu
baca 8 menit

kaligrafi-bismillahirrahmanirrahim-i3

Menyikapi Munculnya Nabi Palsu

            Untuk kesekian kali, ada lagi seseorang yang mengaku sebagai nabi sepeninggal Nabi Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Beberapa hari yang lalu, kita kembali mendengar seorang warga Jombang, Jatim mengaku sebagai nabi.

Sebuah Bukti Benarnya Kenabian & Kerasulan Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

            Diantara kita telah mengetahui bahwa fenomena kemunculan nabi palsu sebenarnya telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Melalui sabdanya, beliau mengatakan (artinya) : “…Sesungguhnya akan muncul di tengah umatku para pendusta sebanyak 30 orang.Seluruh mereka ini mengaku bahwa dirinya adalah nabi, sedangkan aku adalah penutup para nabi yang tidak ada lagi seorang nabi pun setelahku…”(HR.Abu Dawud yang disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)

            Petikan hadits ini menunjukkan beberapa faidah, diantaranya :

1)    Akan ada beberapa orang yang mengaku sebagai nabi sepeninggal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Sungguh benar-benar terbukti apa yang telah diberitakan oleh beliau.Ini menandakan benarnya kenabian dan kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.

2)    Penegasan langsung dari Nabi bahwa para pengaku nabi ini adalah para pendusta.Dengan demikian, seseorang tidak sepantasnya ragu apalagi mempercayai pengakuan sebagai nabi oleh siapa pun sepeninggal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Bahkan setiap kita harus benar-benar meyakini langsung bahwa siapa saja yang mengaku sebagai nabi sepeninggal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah pendusta, apapun alasan yang ia kemukakan.

3)    Kedustaan mereka yang mengaku sebagai nabi dipertegas dengan pernyataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melalui lafazh (artinya) : “…sedangkan aku adalah penutup para nabi yang tidak ada lagi seorang nabi pun setelahku…”

 

Sebuah Tanda Dekatnya Hari Kiamat

 

            Melalui hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Tidaklah tiba kiamat hingga dimunculkan para dajjal pendusta yang jumlahnya hampir 30 orang.Seluruh dari mereka ini mengaku bahwa dirinya adalah utusan Allah”.(HR.Muslim.Lihat Shahih al-Bukhari)

            Hadits mulia ini jelas sekali menunjukkan tentang salah satu tanda dekatnya kiamat, yaitu munculnya para pendusta yang mengaku mendapatkan wahyu dari Allah sebagai utusan-Nya.

Ancaman Allah Kepada Siapa Saja Yang Mengaku-ngaku Mendapatkan Wahyu Kenabian Atau Kerasulan Dari-Nya

 

            Melalui sebuah ayat, Allah berfirman (artinya) : “Dan siapakah yang lebih zalim dibandingkan seseorang yang membuat kedustaan atas nama Allah atau seseorang yang berkata : “Telah diwahyukan kepadaku”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya dan seseorang yang berkata : “Aku akan menurunkan semisal apa yang telah Allah turunkan.Alangkah dahsyatnya jika engkau menyaksikan di waktu orang-orang zalim itu dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangan mereka sambil berkata : “Keluarkanlah nyawa kalian”.Di hari ini kalian akan dibalas dengan siksa yang sangat  menghinakan, karena apa yang kalian katakan atas nama Allah dengan tidak benar, dan karena pula kalian menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya”.(Al An’am : 93)

            Dari ayat yang agung ini, kita dapat memetik beberapa faidah, diantaranya :

1)    Tidak ada yang lebih zalim dibandingkan seseorang yang mengaku mendapatkan wahyu dari Allah, padahal tidak satu pun wahyu Allah yang turun kepadanya.

2)    Ancaman su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk) bagi seseorang yang berbuat zalim, termasuk seseorang yang mengaku sebagai nabi, padahal ia bukan nabi.

3)    Ancaman azab yang menghinakan bagi seseorang yang berbuat zalim, termasuk seseorang yang mengaku sebagai nabi, padahal palsu.

Sikap Pemerintah Muslimin Terhadap Para Nabi Palsu

 

            Sikap yang tepat oleh pemerintah kaum muslimin terhadap para nabi palsu adalah meminta mereka agar bertaubat dari pengakuan dustanya.Jika taubat ini mereka (para nabi palsu) lakukan, maka ini kebaikan bagi mereka.Namun jika mereka bersikukuh dengan kebatilan yang nyata tersebut, maka mereka diperangi dengan senjata.Demikian inilah yang dilakukan oleh manusia terbaik di umat ini setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, yaitu Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.Permintaan taubat lalu peperangan, beliau lakukan tatkala menyikapi nabi palsu pertama dalam sejarah Islam, yaitu Musailamah al-Kadzdzab.Akhirnya Musailamah al-Kadzdzab (yang telah mengaku sebagai nabi tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam masih hidup) tewas bersama sekian banyak pengikutnya dalam Perang Yamamah.

            Nampak sekali sikap bijak yang ditempuh oleh sang khalifah terbimbing ini.Beliau melakukan pendekatan persuasif dengan meminta taubat lalu tindakan lebih tegas lagi jika pendekatan persuasif tidak lagi mempan, yaitu perang.Demikian inilah sikap adil dan rahmatan lil ‘alamin yang sesungguhnya dari pemimpin yang berwibawa.

Nabi Palsu Ternyata Ada Saja Yang Mengikutinya

 

            Al-Imam Ibnu Baththah rahimahullah pernah berkata : “Manusia pada zaman kita ini adalah sekawanan seperti burung, sebagian mengikuti sebagian yang lain.Kalau seandainya muncul di tengah mereka seseorang yang mengaku sebagai nabi seiring mereka telah mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah penutup para nabi, atau muncul seseorang yang mengaku sebagai tuhan, maka niscaya ia akan mendapati para pengikut atau pendukung untuk itu”.(al-Ibanah al-Kubra, Maktabah Syamilah)

            Sungguh berharga pernyataan seorang ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah ini.Beliau berbicara di atas ilmu.Kalau hal itu beliau katakan sekitar 1000 tahun yang lalu, lalu bagaimana dengan zaman kita sekarang ini ?! Bukankah suatu zaman itu datang, melainkan zaman setelahnya lebih buruk keadaan agamanya ?! Kalau orang yang sudah mengetahui bahwa tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam bisa saja mengikuti nabi palsu, maka bukan semata-mata perkaranya tahu atau tidak tahu.Perkaranya adalah sikap taklid (membebek) sebagaimana perkataan Ibnu Baththah di atas, atau syubhat sebagaimana akan kita sebutkan.

            Kita pun dapat menjumpai sejak zaman Musailamah al-Kadzdzab hingga sekarang, ternyata ada saja orang yang mengikuti nabi palsu.Bahkan diantara mereka memiliki jaringan yang terorganisir dalam menebarkan pengakuan nabi palsu.

Jumlah Para Nabi Palsu

 

            Dalam hadits Nabi yang kita lalui di atas, beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengatakan bahwa jumlah nabi palsu itu ada 30 atau mendekati 30 orang.Namun al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud oleh hadits ini bukanlah setiap orang yang mengaku sebagai nabi, karena jumlah orang seperti ini banyak tidak terhitung.Kebanyakan orang seperti ini faktor pengakuan dustanya karena tidak sehat akalnya atau frustasi.Akan tetapi yang dimaksud hadits di atas adalah nabi palsu yang memang memiliki kekuatan dan syubhat (pengaburan terhadap agama).Allah telah membinasakan mereka dan tersisa para nabi palsu yang akan datang menyusul hingga berakhir dengan kemunculan Dajjal besar (Dikutip secara bebas dari Fathul Bari).

            Dari pernyataan ini, kita pun sadar bahwa masih saja ada orang-orang yang mengikuti nabi palsu, bisa dikarenakan kekuatan yang memaksa atau syubhat yang mampu mempengaruhi keyakinan mereka.Suatu contoh : Syubhat yang dilontarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad.Dia mengatakan bahwa arti kata “Khataman Nabiyyin” pada Surat Al Ahzab ayat ke-40 adalah “perhiasan para Nabi”.Maksudnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah Nabi yang paling mulia, bukan artinya “penutup para Nabi”.Dengan demikian , tidak menutup kemungkinan akan adanya nabi setelah beliau meski bukan nabi yang paling mulia.

            Bisa jadi syubhat ini akan sangat mudah mempengaruhi seseorang.Namun kalau kita mau belajar agama lebih baik lagi, maka dapat kita jawab syubhat mereka :

1)    Siapa diantara para sahabat, tabi’in, atba’ tabi’in atau ulama kaum muslimin (terkhusus ulama tafsir dan bahasa Arab) yang mengartikan “Khataman Nabiyyin” dengan “perhiasan para Nabi” ? Atau apakah Mirza Ghulam Ahmad mengetahui sebuah tafsir atau maksud sebuah ayat Al Qur’an yang tidak diketahui oleh generasi terbaik umat ini ?

2)    Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam sendiri telah menjelaskan bahwa maksud “Khataman Nabiyyin” melalui hadits yang sudah kita lewati adalah “tidak ada lagi seorang nabi pun setelahku”.Beliau yang paling mengerti maksud ayat Al Qur’an dan apa yang disabdakannya sama sekali tidak memaksudkan kata “Khataman Nabiyyin” adalah “perhiasan para nabi”.

Ada Saja Sebagian Tokoh Yang Membela Nabi Palsu

 

            Selain para pengikut nabi palsu, ada juga sebagian tokoh yang membela keberadaan nabi lagisetelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Ini juga yang memprihatinkan kita.Di negara yang mayoritas muslimin ini, masih saja ada sebagian tokoh yang membela sesuatu yang terlalu nampak kebatilannya.Sebut saja macam :

1)    Ulil Abshar Abdalla.

Dalam situs resmi kaum liberal, dia menuliskan sebelas doktrin yang sebenarnya kurang perlu dalam Islam (menurut logika buruk Ulil), yang semestinya dihapus.Pada poin ketiga, dia berkata : “Tiga, doktrin bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman. Doktrin ini jelas “janggal” dan sama sekali menggelikan. Setiap agama, dengan caranya masing-masing, memandang dirinya sebagai “pamungkas”, dan nabi atau rasulnya sebagai pamungkas pula. Doktrin ini sama sekali kurang perlu. Apakah yang ditakutkan oleh umat Islam jika setelah Nabi Muhammad ada nabi atau rasul lagi ?”

2)    Abdul Moqsith Ghazali.

Alumnus Pondok Pesantren Salafiyah asy-Syafi’iyah, Asembagus, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur ini dalam sebuah wawancara yang dimuat dalam situs ummahonline wordpress com, mengatakan : “Ada pandangan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir. Tapi saya menganut satu prinsip bahawa pintu kenabian belum ditutup.”

Kemudian ia menyebutkan alasannya yang terlalu dipaksakan : “Karena di dalam kitab-kitab kuning, bahawa jumlah nabi itu 124,000. Maka, kalau kita kumpul sejumlah nama-nama nabi dalam kitab-kitab suci itu baru berjumlah sekitar 200 orang. Jadi seratus ribu lebih masih belum ditemui sampai sekarang. Masih terbuka peluangnya untuk menjadi nabi-nabi baru. Tentunya di Jawa namanya bukan nabi, mungkin kiyai.”

 

Keberadaan tokoh-tokoh seperti inilah yang akan menjadikan kehidupan beragama kaum muslimin di negeri kita semakin carut marut.Semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas kebenaran.

 

Wallahu a’lamu bish-Shawab

 

Oleh:
admin daarulihsan