Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

menyambut bulan rojab

11 tahun yang lalu
baca 8 menit

kaligrafi-bismillahirrahmanirrahim-i3

Oleh : Ust. Abu Abdillah Utsman

Menyambut Bulan Rajab

Merupakan wewenang Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadikan sebagian waktu lebih utama dibandingkan yang lain sebagaimana hak Allah pula ketika memilih memuliakan sebagian hamba-Nya di atas sebagian yang lain. Kita harus yakin dan beriman bahwa pada pilihan Allah ta’ala ada hikmah besar yang terkandung padanya.

Diantara waktu mulia dalam setahun adalah empat bulan yang Allah ta’ala beri nama asyhurul hurum (bulan – bulan yang terhormat) dimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah merincinya : Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Maka, diantara rahmat Allah yang terus melimpah kepada kita sekarang ialah kesempatan untuk berada di bulan yang terhormat : bulan Rajab. Kehormatan bulan Rajab ini memiliki beberapa konsekuensi yang perlu kita pahami, diantaranya :

1  Sebagaimana Allah ta’ala telah menjadikannya sebagai salah satu waktu yang terhormat maka kita pun juga harus menghormatinya.

2  Diantara bentuk penghormatan kita kepada bulan Rajab adalah kita tidak menzhalimi diri kita di bulan ini. Menzhalimi diri sendiri artinya memakai anugerah dan nikmat Allah berupa keberadaan diri kita untuk bermaksiat kepada-Nya dan mengabaikan syariat Allah ta’ala.

3  Kaedah yang disebutkan oleh banyak ulama : amal kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya jika dilakukan di tempat yang mulia (seperti Masjidil Haram) maupun waktu yang mulia (seperti bulan Rajab ini). Sebaliknya, maksiat dan kejelekan akan berlipat pula dosanya jika terjadi di waktu yang terhormat dan tempat yang terhormat.

Dari beberapa konsekuensi di atas, kami mengajak pembaca untuk bersama mewaspadai tipu daya musuh nyata kita bersama : setan (asy syaithon). Kita juga perlu senantiasa mengingat sumpah Iblis di hadapan Allah ‘azza wa jalla untuk menyesatkan seluruh manusia kecuali hamba – hamba yang ikhlas dan terpilih dimana merekalah yang selamat.

Beberapa tipu daya setan :

1  Setan datang dari pintu amal shalih. Jika ada diantara hamba Allah yang hendak berbuat kebaikan maka setan berusaha membujuk agar sang hamba menunda amalnya.

2  Atau, amal kebaikan yang akan dikerjakan ini diselewengkan sehingga melampaui batas dan berlebih – lebihan, menyalahi tuntunan nabawi.

3  Setan datang dari pintu maksiat. Dia melihat maksiat apa yang paling bisa merusak agama seseorang maka ke arah itulah setan berusaha menjerumuskan kita, yaitu untuk berbuat syirik kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

4  Jika tidak bisa mengajak kepada maksiat yang terjelek, dia berpindah dengan berusaha menjadikan manusia senang berbuat maksiat yang ringan dan mengentengkannya.

5  Atau, membisikkan bisikan yang mematikan : bermaksiatlah kepada Allah sekarang, toh kamu masih bisa bertaubat kepada Allah, Zat yang Maha Pengampun. Ketika seorang hamba sudah mengentengkan maksiat maka akan terus digiring kepada maksiat lain yang lebih besar dan membinasakan.

6  Setan datang dari pintu perkara makruh (jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan lillahi ta’ala akan berpahala). Kita disibukkan dengan berbuat yang makruh sehingga lupa dari beramal kebaikan.

7  Bisa pula dengan menganggap enteng perkara yang dianggap makruh padahal kalau dicermati secara mendalam tampak jelas keharamannya karena berdampak buruk kepada diri kita dari berbagai sisi; seperti masalah rokok.

8  Setan datang dari pintu mubah/ perkara yang boleh dikerjakan.dengan menyibukkan manusia dengan perkara – perkara mubah sehingga lupa dari amal kebaikan. Diantara yang perlu kita ingat bersama disini masalah senang memiliki harta yang banyak. Ini hukum asalnya boleh. Namun, jika menyeret kita pada pelanggaran syariat maka kita harus waspada dan manjauh. Seperti karena cintanya kepada dunia banyak orang tidak peduli apakah harta yang didapat dari jalan yang halal atau yang haram. Atau, yang penting meraih keuntungan sebanyak mungkin walau dengan mengambil hak orang lain.

Makar dalam bentuk lain

Terkhusus di bulan Rajab, Iblis dan bala tentaranya memiliki suatu bentuk makar tersendiri berupa penyebaran hadits – hadits lemah dan palsu. Diantara tujuannya, menyibukkan manusia dengan perkara – perkara yang Islam tidak mengajarkannya namun dikemas oleh setan sehingga kaum muslimin pun terbuai dengannya.

Sebelumnya perlu kami ingatkan bahwa ikut andil dalam menyebarkan palsu merupakan suatu dosa besar dan diancam dengan neraka sebagaimana Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda (artinya) : “Barangsiapa berkata atas namaku apa – apa yang tidak aku ucapkan maka hendaklah mempersiapkan tempatnya di neraka.” (HR.al-Bukhari Muslim). Diantara dampak nyata tersebarnya hadits palsu ialah memperlebar jurang perpecahan yang terjadi diantara kaum muslimin.

Secara umum, para ulama dan pakar hadits telah menyatakan bahwa tidak ada hadits yang secara khusus menghasung untuk melakukan amalan tertentu di bulan Rajab. Sayangnya, telah beredar beberapa hadits palsu maupun lemah yang menganjurkan melakukan amal – amal khusus, seperti :

  • Shalat. Diantara hadits lemah dan palsu yang banyak beredar adalah :

i)    Hadits Sholat Raghaib yaitu sholat yang dilakukan pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab dengan tata cara tertentu. Hadits ini dinilai oleh para ulama seperti Ibnul Jauzy sebagai hadits palsu dengan dan pemalsunya adalah seorang bernama Ibnu Jahdhom. An Nawawi asy Syafi’i rahimahullah menegaskan shalat Raghaib adalah suatu bid’ah yang sangat jelek dan mungkar. ( bisa dirujuk ke kitab beliau Syarh Shahih Muslim dan Kumpulan Fatwa beliau)

ii)   Hadits Barangsiapa menghidupkan [dengan shalat ]satu malam di bulan Rajab dan puasa satu hari di bulan itu maka Allah akan beri dia makanan dari buah – buahan surga.

  • Puasa. Diantara hadits lemah dan palsu yang banyak beredar adalah :

i)     Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab dan shalat satu malam padanya maka akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan aman [dari adzab Allah].

ii)   Hadits Barangsiapa berpuasa satu hari di bulan Rajab dan dia sholat di hari tersebut empat raka’at dimana pada raka’at pertama membaca Ayat Kursi 100x dan di raka’at kedua membaca Al Ikhlas 100x maka dia tidak akan mati kecuali telah dinampakkan baginya tempatnya kelak di surga.

Ibnul Jauzy berkata bahwa ini adalah hadits palsu dan kebanyakan perawinya tidak dikenal

  • Istighfar. Diantara hadits lemah dan palsu yang banyak beredar adalah :

Perbanyaklah istighfar di bulan Rajab karena pada setiap saat di bulan Rajab Allah memiliki hamba – hamba yang dibebaskan dari neraka.

  • Peringatan Isra Mi’raj di bulan Rajab dan meyakini bahwa terjadinya pada tanggal 27 dari bulan Rajab.

Perlu diketahui bahwa para pakar sejarah Islam berbeda pendapat kapan terjadinya peristiwa besar Isra Mi’raj di zaman nabawi dan sampai sekarang belum ditemukan bukti konkret bahwa terjadinya pada malam 27 Rajab. Yang lebih menguatkan hal ini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum tidak pernah merayakan peringatan Isra Mi’raj. Kesimpulannya, jika kita merasa umat Nabi Agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mari kita mencontoh beliau dengan tidak mengadakan ritual acara khusus menyambut peringatan Isra Mi’raj.

Selain itu, sebagian kaum muslimin mengkhususkan umrah maupun menyembelih hewan serta mengeluarkan zakat mal di bulan Rajab. Ketiga amalan ini merupakan amal shalih hanya saja mengkhususkannya di bulan Rajab tidak dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beberapa bentuk penghormatan yang benar terhadap bulan Rajab

©       Meyakini di dalam qalbu kehormatan bulan ini karena Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengagungkannya.

©       Memperbanyak amal shalih di bulan ini bukan berdasarkan hadits yang lemah maupun palsu namun berdasarkan keumuman amal – amal shalih pada waktu – waktu lainnya. Amal – amal shalih ini yang paling utama tentu berupa amal yang hukumnya wajib seperti menjaga shalat lima waktu dan bagi kaum pria yang diharuskan untuk menunaikan secara berjamaah di masjid kecuali jika ada alasan yang dibenarkan dalam syariat untuk tidak datang ke masjid. Fenomena yang menyedihkan memang : ketika masjid – masjid semakin dihias dan dipercantik namun yang memakmurkan semakin sedikit.

©       Bagi kaum wanita, diantara kewajiban yang banyak dilalaikan dan semoga momen Rajab ini sebagai awal untuk kembali kepada syariat Islam yang benar adalah kewajiban berhijab/berjilbab yang sesuai dengan kaedah syariat, bukan sekedar jilbab gaul atau asal menutupi tubuh tanpa memperhatikan ternyata justru yang dipakai sangat menarik mata lawan jenis; baik karena ketat, tembus pandang dan yang semisalnya.

©       Berlomba – lomba dalam amal shalih yang hukumnya sunnah namun memiliki nilai yang sangat besar di sisi Allah ta’ala seperti mewakafkan harta di jalan Allah dan menyalurkan wakafnya ke pihak – pihak yang terpercaya dan beramanah untuk memanfaatkannya sesuai syariat Islam dengan pemahaman kaum salaf (pendahulu umat ini)

©       Mengajak manusia untuk bersama – sama memuliakan bulan Rajab dan berdakwah sesuai dengan kemampuan masing – masing .

©       Jika mendengar ada orang yang sembarangan mengutip hadits tentang keutamaan bulan Rajab tanpa memperhatikan keshahihan haditsnya maka kita berupaya memperingatkan dengan sopan.

©       Beredarnya sekian banyak hadits lemah dan palsu di tengah masyarakat menuntut kita untuk bersemangat dalam mencari ilmu agama melalui guru – guru yang terpercaya. Semua kelompok yang ada mengaku berdasarkan Al Quran dan As Sunnah namun ternyata mereka berbeda – beda. Bagaimana kita memilih yang benar ? Kita memilih yang memahami Al Quran dan Al Hadits/As Sunnah berdasarkan apa yang dipahami oleh para shahabat nabi radhiyallahu ‘anhum dan siapa saja yang meniti jejak mereka. Kita memilih demikian karena merekalah yang mendapat rekomendasi dari Allah ta’ala dan Rasul-Nya ‘alaihis shalatu was salam. Diantara rekomendasi yang begitu banyak itu ialah sabda beliau (artinya) : “Sebaik – baik manusia adalah generasiku [beliau dan para shahabat] kemudian generasi setelahnya kemudian setelahnya.” (HR.al-Bukhari Muslim)

Wallahua’lam.

Oleh:
admin daarulihsan
Sumber Tulisan:
Menyambut Bulan Rojab