Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

mensucikan jiwa melalui ibadah kurban

8 tahun yang lalu
baca 9 menit
Mensucikan Jiwa Melalui Ibadah Kurban
بِسمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Sejarah ibadah kurban tidaklah lepas dari sosok mulia Nabi Ibrahim ‘alaihi as-Salam. Allah kisahkan sejarah tersebut melalui firman-Nya (artinya) : “Ya Rabb-ku, anugerahkan kepada diriku (berupa seorang anak) yang ia termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami (Allah) beri dia (Ibrahim) berupa seorang anak yang amat sabar. Tatkala anak itu sampai pada usia yang ia sanggup membantu Ibrahim, Ibrahim berkata : “Wahai anakku, sesungguhnya aku telah melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu ! Ia menjawab : “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepada engkau. Insya Allah, engkau akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar. Ketika keduanya telah menyerahkan diri dan Ibrahim telah membaringkan anaknya di atas pelipisnya, maka Kami (Allah) tebus dengan seekor sesembelihan yang besar.Kami (Allah) panggil dia : “Wahai, Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi tersebut. Sesungguhnya demikianlah Kami (Allah) memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami (Allah) tebus anak itu dengan seekor sesembelihan yang besar. Kami (Allah) abadikan untuk Ibrahim (berupa pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.Kesejahteraan dilimpahkan kepada Ibrahim. Demikianlah Kami (Allah) memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman”. (Ash-Shaffat : 100-111)

Tatkala Nabi Ibrahim tidak melihat keinginan kaumnya beriman kepada Allah, beliau berdoa kepada Allah agar dianugerahi putra yang saleh yang akan bermanfaat ketika beliau masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Maka Allah kabulkan doa beliau meski beliau telah berusia lanjut. Beliau dikaruniai putra bernama Ismail ‘alaihi as-Salam.

Namun ketika Nabi Ibrahim sedang puncak-puncaknya sebagai orang tua menaruh kecintaan kepada Ismail yang sudah sanggup membantu sang ayah, ternyata Allah memerintah untuk sang anak disembelih. Di sinilah Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, siapa yang lebih beliau cintai, Allah ataukah sang putra. Tidak terbayangkan betapa besarnya ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim ! Beliau diperintah untuk menyembelih anak satu-satunya ketika itu yang sangat dicintainya dan itu pun beliau sembelih dengan tangannya sendiri ! Selanjutnya Nabi Ibrahim pun menyampaikan perintah tersebut kepada putranya. Ini beliau lakukan bukan dalam rangka bersama-sama dengan putranya ingin mempertimbangkan perintah Allah. Akan tetapi ini beliau lakukan agar diketahui seberapa besar kesabaran sang putra menerima perintah tersebut, sekaligus menjadi penyejuk kedua mata bagi sang ayah jika sang putra menaati Allah.

Ternyata sang putra justru memberikan dorongan agar sang ayah tetap teguh menjalankan perintah Allah. Sabar, ikhlas, ridha, tunduk pada kehendak Allah dan berbakti kepada orang tua menjadi satu padu pada diri Ismail hingga beliau berkata : “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepada engkau. Insyaallah, engkau akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”

Setelah itu, 2 sosok mulia yang berperan sebagai ayah dan putra ini pun berserah diri kepada Allah. Tidak ada rasa berat hati dan bimbang pada keduanya. Ketika suasana sangat mencekam saat sang ayah akan menyembelih putranya, turunlah ketenangan dari Allah. Pisau hanya bergerak tanpa sedikit pun melukai leher Nabi Ismail. Nabi Ismail ditebus dengan sesembelihan yang besar. Ujian besar telah berhasil dilalui Nabi Ibrahim. Beliau tercatat sebagai hamba yang membenarkan perintah Rabbnya dan memurnikan kecintaan hanya kepada-Nya. Pujian pun datang dari Allah dan generasi manusia yang hidup setelahnya hingga hari akhir nanti. Paripurna sudah kebaikan yang diraih oleh Nabi Ibrahim, sang Khalilullah (Kekasih Allah).

Ada Pensucian Jiwa (Tazkiyah an-Nafs) Di Balik Ibadah Kurban

Jika mencermati kisah di atas, seseorang yang berkurban dapat memetik pelajaran berharga untuk mensucikan jiwanya. Sungguh beruntung seseorang yang mensucikan jiwanya ! Pelajaran yang dapat ia petik adalah :

1)  Mendahulukan kecintaan kepada Allah di atas kecintaan kepada selain-Nya.

Berkurban merupakan tanda kecintaan seseorang kepada Allah yang ia dahulukan di atas harta yang ia miliki. Tabiat dirinya sebagai manusia adalah sangat mencintai harta, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (Al Fajr : 20)

Meski demikian tabiatnya, ternyata dia berupaya mengalahkan kecintaan kepada harta yang tidak lain adalah berjuang menundukkan hawa nafsunya dan itu tidaklah ringan.Orang yang berharta dan mengaku muslim sekalipun belum tentu sanggup atau mau melakukan hal ini. Padahal, seseorang tidaklah merasakan lezatnya iman jika ia belum menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Tidaklah seseorang mendapatkan lezatnya iman hingga ia mencintai seseorang yang tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dirinya dilempar di api lebih ia sukai dibanding harus kembali kafir setelah Allah selamatkan dirinya dari kekafiran dan Allah serta Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain keduanya.” (HR.al-Bukhari).

2)  Berserah diri kepada Allah sepenuhnya, tanpa berat hati dan bimbang.

Tatkala berkurban, seseorang dituntut untuk berserah diri kepada Allah sepenuhnya. Sekalipun harus mengorbankan tidak sedikit dari sebagian hartanya, ia jalani dengan penuh penyerahan dan ketulusan. Dalam kisah di atas, sangat terlihat sikap Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tatkala mendapatkan perintah dari Allah sekalipun harus mengorbankan jiwa raga. Mereka berdua telah berserah diri kepada Allah sepenuhnya. Akhirnya Allah ganti penyerahan diri yang tulus ini dengan selamatnya jiwa raga hamba-Nya sekaligus balasan berupa pahala yang besar.

3)  Bersabar meniti ujian dari Allah.

Pada awalnya, harta akan terasa berkurang ketika seseorang melaksanakan ibadah kurban. Pada saat itulah ia sedang menghadapi ujian dalam beramal saleh. Bersabarlah ! Kebaikan pasti akan ia raih tatkala bersabar.Ujian apapun termasuk berkurangnya harta bukanlah Allah tetapkan untuk membinasakan hamba-Nya. Akan tetapi hal itu untuk menguji keimanan sang hamba, apakah ia bersabar yang akan membuahkan ganti berupa kenikmatan sekaligus pahala besar, ataukah justru patah arang hingga mencampakkan perintah Allah. Kisah Nabi Ibrahim bersama sang putra adalah salah satu contoh terbaik tatkala keduanya bersabar meniti ujian berupa hilangnya jiwa raga yang sangat dicintai. Ternyata itu semata-mata ujian. Terbukti Allah selamatkan jiwa raga Nabi Ismail dan Allah tebus dengan sesembelihan sekaligus pahala yang besar.

Memupuk Keikhlasan Dalam Berkurban

Allah ingatkan perkara ini melalui firman-Nya (artinya) : “Tidak akan selama-lamanya daging dan darah unta (hewan kurban, pen) itu mencapai (keridhaan) Allah.Akan tetapi yang dapat mencapainya adalah ketakwaan kalian…”(Al Hajj : 37)

Al-Imam as-Sa’di rahimahullah berkata : “Yakni : Bukanlah maksud dari hewan kurban itu adalah semata-mata penyembelihan. Daging-daging dan darah-darah hewan kurban sedikit pun tidak mencapai (keridhaan) Allah, karena Allah adalah Zat Yang Maha Kaya dan Maha Terpuji. Hanyalah yang sampai kepada (keridhaan) Allah adalah keikhlasan dalam berkurban, mengharap pahala dan niat yang benar. Oleh karena itu, Dia berfirman (artinya) : “…Akan tetapi yang dapat mencapainya adalah ketakwaan kalian…” Maka di dalam firman ini ada anjuran dan dorongan untuk ikhlas dalam berkurban. Hendaklah tujuannya adalah wajah Allah semata, bukan bangga diri, riya’ (ingin dilihat lalu dipuji, pen), sum’ah (ingin didengar lalu dipuji, pen) atau sekedar kebiasaan. Demikian halnya seluruh bentuk ibadah.Jika ibadah itu tidak bergandengan dengan keikhlasan dan takwa kepada Allah, maka ibadah itu ibarat kulit tanpa isi atau jasad tanpa ruh”.(Tafsir as-Sa’di)

Seiring berjuang mengalahkan penyakit kikir dalam membelanjakan harta di jalan Allah, juga hendaknya seseorang berjuang mengalahkan penyakit tidak ikhlas ketika membelanjakan hartanya tersebut. Jangan sampai seseorang dermawan membelanjakan hartanya dalam urusan agama, namun ada tujuan selain akhirat di balik itu.Demikian pula, jangan sampai dirinya kikir dengan dalih “daripada tidak ikhlas”. Waspadalah ! Manusia itu sering dan mudah lalai, sedangkan syaithan senantiasa bersiaga masuk ke celah sesamar apapun demi merusak amalan manusia.

Berkurban Adalah Sebuah Ibadah Harta Yang Agung

Ini diisyaratkan di dalam 2 ayat Al Qur’an, yaitu :

1)  Surat Al An’am ayat ke-163 dan 164, yang artinya : “Katakanlah : “Sesungguhnya shalatku, ibadah sesembelihanku, hidupku dan matiku itu untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada ada satu pun sekutu bagi-Nya.Dengan itulah, aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berislam”.

Al-Imam as-Sa’di rahimahullah berkata : “Dan penyebutan shalat dan penyembelihan secara khusus (setelah penyebutan ibadah secara umum, pen) dikarenakan kemuliaan dan keutamaan 2 ibadah ini, juga karena keduanya menunjukkan kecintaan kepada Allah Ta’ala, pemurnian ibadah kepada-Nya dan pendekatan diri kepada-Nya melalui kalbu, lisan dan anggota badan. (Demikian pula menunjukkan pendekatan diri) melalui penyembelihan yang merupakan pengorbanan sesuatu yang dicintai jiwa manusia berupa harta untuk Zat yang lebih ia cintai, yaitu Allah Ta’ala.Barangsiapa berhasil ikhlas dalam shalat dan berkurban, maka akan membawa kepada keikhlasan karena Allah dalam segala amalannya”. (Tafsir as-Sa’di)

2)  Surat Al Kautsar ayat ke-2, yang artinya : “Maka shalatlah untuk Rabbmu dan berkurbanlah.”

Al-Imam as-Sa’di juga mengatakan : “Allah khususkan penyebutan 2 ibadah ini karena keduanya termasuk seutama-utama ibadah dan pendekatan diri kepada Allah. Sebab, shalat mengandung ketundukan kalbu dan anggota badan kepada Allah, serta shalat adalah peralihan ragam ibadah.Dalam ibadah kurban terdapat pendekatan diri kepada Allah dengan seutama-utama sesuatu yang dimiliki seorang hamba berupa hewan-hewan kurban dan pendekatan diri kepada Allah dengan mengeluarkan harta yang tabiat jiwa manusia itu sangat mencintainya dan kikir dengannya”. (Tafsir as-Sa’di)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Qasim an-Najdi rahimahullah berkata : “Maka shalat adalah seutama-utama ibadah badan, sedangkan penyembelihan adalah seutama-utama ibadah harta.Hanyalah penyembelihan itu dikatakan seutama-utama ibadah harta karena terkumpul 2 perkara padanya : Pertama : Ketaatan kepada Allah. Kedua : Pengorbanan harta yang jiwanya tenang dengan itu.

Memang pengorbanan harta itu sama-sama ada (pada ibadah harta yang lain, pen) jika dilihat dari sisi zatnya harta. Namun penyembelihan memiliki kelebihan dibanding ibadah harta lainnya dari sisi bahwa hewan-hewan sesembelihan itu sangat dicintai oleh pemiliknya. Muncul perasaan iba tatkala menyembelihnya karena sangat cintanya ia kepada hewan tersebut. Jika seseorang mengorbankan hewannya untuk Allah dan jiwanya lapang ketika hewannya merasakan kematian, maka jadilah penyembelihan itu lebih utama dibanding keberadaan ibadah harta lainnya…” (Hasyiyah Tsalatsah al-Ushul)

Tunaikan Ibadah Kurban Ketika Ada Kelapangan Harta !

Para pembaca rahimakumullah, jika telah diketahui bahwa ibadah kurban adalah ibadah harta yang sangat agung dan banyak mengandung penggemblengan jiwa hingga menjadi suci, maka tak selayaknya seseorang yang memiliki kelapangan harta untuk mengabaikannya. Ditambah lagi, ibadah ini telah dijalani oleh 2 kekasih Allah sekaligus 2 rasul terbaik, yaitu Ibrahim dan Muhammad ‘alaihima ash-Shalatu Wa as-Salam.

Di sisi lain, terdapat sebuah ancaman bagi seseorang yang memiliki kelapangan harta tapi enggan berkurban, yaitu ancaman yang bersumber dari sebuah atsar yang sahih : “Barangsiapa yang memiliki kelapangan (harta) namun ternyata ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami”.

Wallahu a’lamu bish-Shawab

Oleh:
admin daarulihsan